Oleh : Hanif Hanani Tamjiz Putu Soeta
Siapa bilang ORANG HIDUP itu tidak rentan terhadap ujian
dan cobaan siapapun orangny a tidak peduli jenderal, kopral, sopir juruparkir
,eksekutif, primitive, direktur, kondektor bahkan kyai ,guru ngaji atau
selebriti,pegawai ,tukang sate, pokoknya
segala lini,lintas strata, segala situasi, yang namanya ORANG HIDUP pasti ada cobaannya.
Yang kaya(Aghniya’) diuji dengan kekayaannya,kadang hidup
boros, konsumtif, hedonism, setiap hari agendanya hanya show, makan-makan,
hura-hura bahkan kadang-kadang hanya menghabiskan sisa usia di meja judi, meja bilyar
atau meja-meja di discotic atau dunia generlap (Dugem).
Kaum menengah yang tidak borju, diuji dengan
berlomba-lomba mencari jati diri, menambah pundi-pundi rejeki, angan angannya
ingin punya mobil padahal kreditan motor
saja hampir saja diblokir, dompetnya penuh ATM, Kartu kredit yang hampir semua bank punya, walau sejatinya kartu –kartu itu
kosong dananya, angan-angannya menjadi
milyarder tetapi apesnya rejekinya cepak, dibawah satu meter.
Kaum miskinpun tak mau ketinggalan, hidupnya tidak lagi
ditata , tidak mau kerja yang nyata, inginnya dapat harta, kadangkala mencari
barang yang tidak resmi, ia tak lagi memikirkan untung dan rugi, semboyannya
hanya kata pendek sekali, “Pokoknya saya senang”
Kadang dicoba pula dengan rasa bosan, pasangan hidup yang
sejatinya lebih dari ideal, ia pandang hanya sebagai penghalang, kalau pergi
harus selalu pamit ,ijin , pergi lama selalu dikontrol di chek sana-sini
seperti BURONAN saja, tetapi itulah salah satu fungsi dari “suami istri”
pasangan hidup yang mestinya selalu mengingatkan, menjaga, mengawasi agar tidak
terjadi tindakan yang menyimpang dari
tradisi.
Anak-anak pun kadang jadi tidak terurus, mereka seolah
dibiarkan hidup bak rumput liar, yang bisa tumbuh menjulang kemana-mana, tanpa
arahan, tanpa teguran, apalagi bimbingan, orang tua yang mestinya patut menjadi
tauladan, tetapi hanya menjadi pengatur yang Cuma ngingetin jadual untuk makan,tidur, mandi dan gosok gigi,
makanya anak-anak menjadi terlalu berani, ngenet sampai pagi , face bookan dan
twiteran sepanjang hari.
Belajar dan sekolah hanya menjadi ritual semu tanpa
prestasi, ia kepengin sekolah karena teman-temannya pada sekolah, belajar , no.
Ia tau salah satu keuntungan anak yang mau sekolah, pasti dapat uang saku, uang
jajan , uang les yang kadang habis untuk membeli pulsa, makanya kadang tubuhnya
kurus karena asupan gizi tidak penuh, uang jajan yang mestinya untuk membeli
keperluan perut , hanya dia gunakan untuk mengisi “Perut” HPnya , yang selalu
lapar,kemudian sepanjang hari sibuk sms kesana kemari, mencari teman untuk
diajak kolaborasi, masuk genk motor bikin sensasi, kebut-kebutan,kadang menjadi joki, taruhan uang ,barang bahkan
kadang dipertaruhkan pula pacarnya sendiri.
Kapan situasi
seperti itu dapat berjalan normal kembali, hidup ini perlu ditata, ibarat orang
mau berwisata mesti ditentukan kemana
arahnya, kemana tujuannya, apa perbekalannya, hidup Cuma hanya sekali, kalau
tidak berarti, hakekatnya sama dengan mati,
Rosululloh pernah ditanya oleh sahabatnya, “ Ya Rosul,
manusia yang paling ideal itu siapa? ,
rasul menjawab setiap orang yang hatinya
selamat atau bersih dan lesannya/ucapannya benar, para sahabat bertanya lagi, kalau orang
yang lisannya benar kami sudah tau, tapi
apa yang dimaksud dengan hati yang bersih atau hati yang selamat, maka jawab
rosul, yaitu orang yang taqwa, bersih,tidak ada dosa sama sekali, tidak ada
kedurhakaan , peng hianatan , dan tidak
mendengki.
Jadikanlah hidup didunia ini laksana orang asing, atau
laksana penyeberang jalan
Sesungguhnya dunia ini laksana lautan yang luas dan dalam
, banyak orang yang tenggelam dalam kedalaman laut itu, maka jadikanlah
perahumu itu dalam rangka taqwa pada
Allah , maka engkau akan selamat sampai ke pantai keabadian, bertemu dengan
Sang Pemilik Keadilan.
Salamkanci, Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar