Kamis, 28 Februari 2013

ANAS ,PEMEGANG BOLA PANAS

-->
Ternyata benar, ditahun Ular air ini suasana jagat  perpolitikan Indonesia penuh dengan intrik-intrik, saling membelit apalagi  suasana akhir Pebruari ini , bahkan menjadi saling menggigit  .Ada yang tidak sabar lagi menanti Anas mengantung di Monas lalu dengan kasak kusuk “Menggunting” Anas. Ada menu baru yang bisa dipesan di Indonesia ini , apa itu ? status, status orang bisa dipesan untuk ditersangkakan ,dll,  duh …., sudah sedemikian parahkah penegakkan hukum dinegeri tercinta ini, meminjam istilah Anas (Nabok nyilih tangan) .
SPRINDIK, dokumen yang sangat rahasia itu, tiba-tiba beredar dikalangan luas, menjadi konsumsi publik, yang ujung-ujungnya mengarah ke lingkaran kekuasaan , oknum yang menyebar luaskan Sprindik itu, bukannya ditangkap  dengan sangkaan membocorkan  rahasia negara , pejabatnya malah saling obral statemen ini-itu, yang ujung-ujungnya blunder. Sekarang ini dibentuk komite etik atau apa namanya, ketuanya  Anis Baswedan, apa relevansinya ? buang-buang waktu saja, laporkan Polisi, saya yakin polisi tidak sulit mencari biang kerok, pembocor dokumen negara itu , tapi lagi lagi mungkin KPK malu, nanti kehilangan  marwahnya. Tapi menurut saya setiap perbuatan kriminal harus diusut dan satu-satunya lembaga yang punya kewenangan mengusut adalah POLRI, dan siapapun yang menghalang-halangi penyidikan POLRI bisa dianggap melawan hukum, inilah saatnya POLRI masuk ke KPK, sukur-sukur bisa nangkep pelakunya  (Pasti nanti ada yang komentar “Kriminalisasi”).
Anas dijadikan tersangka, lalu Anas menggelar konpres , memakai jaket biru mercy , atau jaket kebesaran ,jaket itulah yang menjadi saksi suka-dukanya , yang mengantarkan dia menjadi KETUM, walau katanya “Bayi yang tidak dikehendaki lahir” , setelah menyampaikan pidato “Pahit” dengan lontaran ancaman yang mendebarkan , Anas berkata bahwa ini bukan akhir, tetapi awal dari lembaran-lembaran halaman sebuah buku, yang akan segera bisa dibaca untuk kepentingan bangsa , itu baru halaman pertama, itulah pidato Anas yang paling panas, yang keluar dari KETUM partai yang nampak culun itu, genderang perang telah ditabuh, anak panah telah terlanjur diluncurkan, maka banyaklah reaksi dari mantan “Shohib-Shohibnya” di Parpol, banyak yang kupingnya panas dan terbakar jenggotnya.
Babak baru telah dimulai , Anas bukan lagi Ketum, tetapi anak manis yang terlahir dari rahim politik orde reformasi  yang terlanjur tahu seluk beluk , baik buruk, merah biru partainya ,maka nyanyiannya tidak terdengar canggung, sumbang tetapi sangat nyaring , bergema menjadi issue  segar yang banyak dinanti “Paparazzi”.Anak manis itu sekarang tiba-tiba menjadi anak durhaka yang dengan lantang menantang , dan mulai menohok "sang putra mahkota" yang katanya ikut pula menikmati pundi-pundi uang negara itu, apakah publik percaya ?, ya saat ini publik mungkin sangat percaya kepada Anas , sebab nampaknya saat ini Anas menjadi pihak yang terdholimi, maka publik menjadi simpati kepada Anas, entah karena apa? Mungkin karena hari – hari ini sedang ada politik Kambing hitam . Demi martabat sebuah partai demi naiknya elektoral partai maka beberapa orang layak dikorbankan, pernahkan anda mengamati semut-semut yang berburu sesuatu yang manis , tidak jarang beberapa ekor memilih mati, atau dibuat mati untuk jembatan dan pijakan  kawan-kawannya mendapatkan manisnya gula.
Ada pepatah asing berbunyi “ Better be alone than have bad company” atau kalau di Indonesiakan “ Lebih baik hidup sendiri dari pada punya kelompok tetapi buruk”, mungkin itulah pilihan Anas, sehingga dia rela mencopot jaket kebanggaannya, melepas jabatan KETUMnya dan kini hidup menyendiri keluar dari komunitas partainya  ,dengan status TERSANGKA, dunia belum berakhir, mungkin ini bisa menjadi penyejuk  dalam situasi yang panas, ditengah propaganda politik para Sengkuni  , “Pray until something happens”, berdo’a sampai sesuatu terjadi.
( Semali, 28 Pebruari 2013, Hanif Hanani Tamjiz putu suta)