Oleh : H.Hanif Hanani Tamjiz putu soeta
“Dimana saja kamu berada, kematian
akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada didalam benteng yang tinggi lagi
kokoh… (An-Nisa’ : 78)
Semua mahluk yang pernah hidup pasti akan mengalami mati,
sebab mati adalah wajib bagi setiap yang bernyawa, kita berjalan jauh menyusuri
lorong waktu dan ,melewati umur kita pada hakekatnya kita sedang menuju satu
titik yaitu kematian, kadang maut itu datang saat kita tidak menyangka-nyangka,
dan kedatangan “Tamu terakhir” yang bernama Izroil, itu tidak lagi dapat kita
tolak, dan kematian itu datangnya
seketika, tidak dapat dimundurkan dan tak bisa pula dapat dimajukan , sudahkah kita siapkan perbekalan
kita menuju keabadian, dimana tidak ada yang dapat menolong kita kecuali amal
sholih yang kita usahakan ketika kita hidup didunia.
Banyak orang yang menyesal ketika
kematian datang, ada yang berkata bahwa kalau saja sekiranya Tuhan memberikan
toleransi dan kesempatan diberikan kehidupan kembali maka ia akan berinfaq dan
berama sholih, ada pula yang menangis penuh penyesalan sembari mengatakan ,
kalau sekiranya kesudahannya seperti ini , mungkin lebih baik dulu ia dijadikan
sebongkah batu saja, ada pula yang mengatakan, Tuhan , bukankah dulu aku
didunia dapat melihat dengan kedua mataku, tetapi kenapa sekarang aku menjadi
buta. Namun bukan itu yang penting , karena Tuhan telah menciptakan kita
sebagai manusia , dan manusia dikarunia akal, agama dan hidayah ,
maka semestinya anugerah yang telah diberikan Allah kepada kita , kita kelola sehingga
memperoleh manfaat sebaik-baiknya.
Sejatinya Tuhan telah memberikan
khabar bagi kita tentang tanda-tanda kematian kita, adakalanya melalui
perantaan sakit, dan tanda tanda disekitar kita , banyak teman-teman kita yang
sebaya dengan kita telah mati, bahkan ada pula yang lebih muda dari kita juga
telah mendahului kita ,ada pula melalui sinyal-sinyal pada tubuh dan badan
kita, misalnya mulai tumbuhnya uban dirambut kita, mulai tanggalnya gigi-gigi
kita satu per satu , atau mulai dikurangi kenikmatan-kenikmatan kita yang
berupa pendengaran , penglihatan , hanya saja kadang kita lalai bahwa hampir
datang saatnya perjanjian kita dengan Yang Maha Menghidupi telah datang, yaitu kita harus kembali kepada
Dzat yang menggenggam nyawa kita.
Mati , bagi seorang Muslim adalah
ibarat melepas pakaian yang lusuh yang
telah kita pakai untuk kita ganti dengan pakaian yang bersih, mati juga berarti
melepaskan kepenatan kita dari kehidupan dunia yang menghimpit, bukankah
sebaiknya bagi seorang Muslim itu, hidup di dunia bagaikan orang asing, dan dunia
hakekatnya adalah penjara bagi seorang muslim, dan kematian bagi seorang muslim
yang baik adalah sebagai “mustarikh” yaitu istirahat yang abadi dari kepayahan
dan godaan nafsu duniawi. Bukan kematian yang digolongkan “Mustarokha Minhu” ,
yaitu semua orang disekeliling dan dilingkungannya bergembira karena bisa
beristirahat dari gangguan orang yang mati tersebut. Batapa bahagianya apabila
kita mati, orang-orang melepas kita dengan derai air mata, dan kedukaan yang
mendalam, sementara kita tersenyum karena kita telah dipanggil oleh Sang Kholiq
“ Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Robmu dengan ridho , berkumpulah
dengan hamba-Ku dan masuklah kedalam Surga-Ku”.
Kadangkala kita takut mati, ada
apa? , mungkin karena sadar bahwa ketika kita hidup didunia tidak banyak
manfaat yang kita berikan kepada orang lain, hidup yang hanya sebentar ini,
hanyalah dihabiskan untuk memuaskan nafsu duniawi semata , atau kita tidak siap
mempertanggungjawabkan perbuatan kita , bukankan semua kesalahan pasti diminta
pertanggungjawabannya , ibaratnya anak-anak yang berbuat kesalahan kecil saja,
ia takut pulang kerumah,takut bertemu dengan orang tuanya,
karena pasti ditanyakan kepadanya kenapa berbuat salah , padahal itu hanya
kesalahan kecil semata, bagaimana dengan kita , dengan kesalahan yang besar ,
apakah kita bisa menjawab pertanyaan
yang diajukan kepada kita , oleh Sang penanya yang tidak akan pernah lupa
dengan catatan amal-amal kita.
Rosulullah Saw pernah bertanya
kepada para sahabatnya, tahukah engkau orang yang bangkrut? Para sahabat
menjawab , orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai harta dan
dirham, Rosul berkata, bukan itu, orang yang bangkrut adalah orang yang
meninggal dengan membawa amalan baik ketika didunia, tetapi ia juga membawa
dosa-dosa yang banyak, berupa kedholiman dan penganiayaan kepada orang lain, lalu ketika amalnya
ditimbang, ia mempunyai banyak amal , tetapi ketika itu pula banyak orang yang
menagih , memohon pengadilan atas kejahatannya ketika didunia, maka pahala yang
diusahakan didunia itu diambil untuk mengganti kejahatannya sehingga amal yang
banyak itu menjadi habis tak tersisa , namun masih banyak lagi tuntutan yang
lain kepadanya, karena amalnya
telah habis maka dosa orang yang telah disakiti, didholimi dan di aniaya
didunia diberikan kepadanya, maka orang itu menjadi banyak dosanya , itulah
orang yang bangkrut (muflis) .
Ingat mati dengan hati, jika hati
kita selalu dzikir maka kita tidak punya keinginan untuk berbuat yang tidak-tidak
, kita akan selalu berbuat hal-hal yang positif , kita akan selalu merasakan
bahwa kematian kita sudah dekat , lalu kita hanya berkonsentrasi bagaimana kita
mempersiapkan kehidupan kita setelah mati.Mari kita bangun dari tidur panjang
yang melelahkan , tidak ada musuh yang paling berat untuk diusir daripada
kebodohan dan kelalaian dan hati yang keras, tidak ada musibah yang paling
berat seperti musibah matinya hati .
Saudaraku, ingatlah suatu saat
engkau akan didatangi tamu terakhir (The Last guest), mungkin ia hanya akan
terdiam, ia datang atas perintah Robmu , maka karena engkau tidak kuasa untuk
menolak kedatangannya , sambutlah ia dengan wajah yang berseri-seri, jangan
takut , dan jangan lupa katakan pada tamumu itu “ Laa ila ha Illalloh” Tiada
Tuhan Yang Berhak disembah Kecuali Allah, Insya Allah engkau Akan Selamat,
Aamiin Yaa Robbal Alamiin.
Salamkanci, 10 Mei 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar