THE POWER AND SPIRIT OF
LOVE
Oleh: Hanif Hanani Tamjiz
Konon katanya,hal-hal yang
berkaitan dengan cinta,asmara, rindu , cemburu adalah budayanya orang muda,
selalu ada hal yang manarik apabila ditarik dari sisi ini, bagaimana cerita
romantisme dari masa ke masa, sebutlah kisah percintaan yang sangat terkenal dan mendunia seperti Romeo and
Zuliyet, rama dan shinta, atau laila dan mejnun atau yang sudah menjadi legenda
visual seperti percintaan dan romantisme
ala “Titanic” yang diperankan oleh Reonaldo de Caprio dan dan Kate Winslet itu,
yang sangat menarik simpati,empati itu,meskipun sudah berulang kali tayang di
hampir semua stasiun televisi, tapi seakan-akan kita tidak pernah bosan
menikmati alur ceritanya. Di Jawa juga ada cerita Prono Citro dan Roro Mendut.
Menjadi sangat hidup dan penuh
penghayatan apabila salah satu kisah percintaan itu saya ceritakan
melalui blog saya ini, tiada maksud
untuk mempengaruhi gaya dan budaya mencintai dan dicintai, tetapi yang lebih
urgen dan detail adalah bagaimana sebenarnya kita bisa memaknai percintaan dan
kesetiaan yang agung dimana dalam bahasa agama sering disebut “ Mitsaqon
gholidhon” atau perjanjian yang kokoh.
Saya mulai dari kisah percintaan
Laila dan Majnun, bagaimana dua sejoli itu menjalin cinta yang membara sehingga
penuh sensasi, bagaimana hubungan cinta suci
Laila dan Majnun yang tidak tersampai karena ketidak setujuan orang tuanya
dan ketidak berdayaan dua sejoli itu melawan tirani, bagaimana rintihan Laila
yang setiap malam merindukan kehadiran Majnun kekasihnya, sehingga dalam tangis
yang menduka laila menulis puisi dalam kertas kertas , kemudian dikirimkan
kepada Majnun melalui lembutnya angin sepoi sepoi, dan ternyata pesan cinta itu
sampai juga ke hati Majnun,walaupun Majnun ada dibelantara nun jauh disana,
bagaimana ketegaran hati Laila yang dipaksa orang tuanya menikahi lelaki lain,
namun tidak sedikitpun hati laila dapat dinikahi oleh pecinta asing yang tidak
pernah ada dalam sanubari Laila, dalam cintanya , dalam kesetiannya ternyata
cinta Laila tidak untuk orang lain , namun hanyalah untuk Majnun seorang diri,
kadang kita jadi cemburu apakah kita juga sedang menjadi sang pecinta yang
sejati.
Begitu pula dengan Majnun sang kekasih yang tak
pernah kehilangan spirit untuk mencintai, walaupun Laila telah dimiliki orang
lain, tapi itu hanyalah jasadnya saja , jasmaninya,badan wadagnya saja tan ruh,
yang tidak akan pernah menggoyahkan hati Laila untuk setia dan hanya
menancapkan nama Majnun dalam Jantung hatinya.Untuk menghilangkan kesedihan ,
dan penderitaanya Majnun lalu lari menyendiri ketengah hutan balantara , dia
tidak mau makan dan minum, dia menyatukan kesedihan dan tekad cintanya pada
alam raya , dia tidak kehilangan ghiroh untuk mencintai dan dia tidak memiliki sakit
hati dan dendam kepada kekasih sejatinya, begitu menyatunya dia dengan alam,
sampai sampai Sang Raja Hutanpun tidak sanggup mengusiknya, kulit dan daging
nya tidak lagi menjanjikan dan Sang Raja Hutanpun jadi kehilangan selera untuk
menikmati kelezatan daging Majnun untuk dikonsumsi, sebab seluruh jiwa dan
raganya telah dihabiskan untuk mencitai, sebab Majnun adalah Sang pecinta
sejati yang sedang bertapa merindui kekasihnya.
Tidak kurang akal keluarga Majnun
agar majnun bisa melupakan kekasih hatinya dan agar bisa condong untuk
mengalihkan cintanya kepada wanita yang lain, diadakanlah perjamuan makan, dimana
diundang gadis-gadis cantik nan muda belia dari berbagai kalangan untuk
menghibur hati anaknya dari gundah gulana, tapi lenggak-lenggok dan kecantikan
paras rupa gadis-gadis asing itu tidak sedikitpun dapat menggoyahkan hati Majnun,
bukan Majnun namanya kalau hatinya mudah
tergoda dan tergadai, hati Majnun sudah terlanjur dihibahkan pada
kekasihnya yaitu Laila, bahkan seluruh jiwa raganya terlanjur menyatu dengan
Laila seiring berjalannya sang waktu menuju ajal menjemputnya, itulah Majnun
Sang pecinta sejati.
Lain lagi kisah kasih yang tak
sampai ,dalam Novel “Dibawan Lindungan Ka’bah” gubahan Almarhun Prof. Buya
Hamka, tentang cinta sejati Hamid anak angkat keluarga kaya Haji Ja’far yang
jatuh cinta pada putri ayah angkatnya yang bernama Zainab, kasih tak sampai
ini, dibawa ke alam Baqa, oleh Hamid yang memendam cintanya terhadap adik
angkatnya, hingga ajal menjemput dipelataran Ka’bah ketika ia towaf , dan ajal
menjemputnya ketika ia dekat dengan Sang Pencipta pemilik keabadian “ia mati
saat memegang kain penutup Ka’bah (Kiswah), selesai Towaf” Kisah-kasih Cintanya
yang tak sampai dan dibawa ke alam
keabadian” Inilah hakekat cinta sejati, walaupun jasad tak pernah dimiliki tetapi ruh dari Cinta
terhadap Zainab dibawanya kepada Sang Kholiq Sang Kekasih yang tidak pernah
pilih kasih.
Semali, Salamkanci, 02 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar