Ternyata benar,
ditahun Ular air ini suasana jagat perpolitikan
Indonesia penuh dengan intrik-intrik, saling membelit apalagi suasana akhir Pebruari ini , bahkan menjadi
saling menggigit .Ada yang tidak sabar
lagi menanti Anas mengantung di Monas lalu dengan kasak kusuk “Menggunting”
Anas. Ada menu baru yang bisa dipesan di Indonesia ini , apa itu ? status,
status orang bisa dipesan untuk ditersangkakan ,dll, duh …., sudah sedemikian parahkah penegakkan
hukum dinegeri tercinta ini, meminjam istilah Anas (Nabok nyilih tangan) .
SPRINDIK, dokumen
yang sangat rahasia itu, tiba-tiba beredar dikalangan luas, menjadi konsumsi
publik, yang ujung-ujungnya mengarah ke lingkaran kekuasaan , oknum yang
menyebar luaskan Sprindik itu, bukannya ditangkap dengan sangkaan membocorkan rahasia negara , pejabatnya malah saling obral
statemen ini-itu, yang ujung-ujungnya blunder. Sekarang ini dibentuk komite
etik atau apa namanya, ketuanya Anis
Baswedan, apa relevansinya ? buang-buang waktu saja, laporkan Polisi, saya
yakin polisi tidak sulit mencari biang kerok, pembocor dokumen negara itu ,
tapi lagi lagi mungkin KPK malu, nanti kehilangan marwahnya. Tapi menurut saya setiap perbuatan
kriminal harus diusut dan satu-satunya lembaga yang punya kewenangan mengusut
adalah POLRI, dan siapapun yang menghalang-halangi penyidikan POLRI bisa
dianggap melawan hukum, inilah saatnya POLRI masuk ke KPK, sukur-sukur bisa
nangkep pelakunya (Pasti nanti ada yang
komentar “Kriminalisasi”).
Anas dijadikan
tersangka, lalu Anas menggelar konpres , memakai jaket biru mercy , atau jaket
kebesaran ,jaket itulah yang menjadi saksi suka-dukanya , yang mengantarkan dia
menjadi KETUM, walau katanya “Bayi yang tidak dikehendaki lahir” , setelah
menyampaikan pidato “Pahit” dengan lontaran ancaman yang mendebarkan , Anas
berkata bahwa ini bukan akhir, tetapi awal dari lembaran-lembaran halaman
sebuah buku, yang akan segera bisa dibaca untuk kepentingan bangsa , itu baru
halaman pertama, itulah pidato Anas yang paling panas, yang keluar dari KETUM
partai yang nampak culun itu, genderang perang telah ditabuh, anak panah telah
terlanjur diluncurkan, maka banyaklah reaksi dari mantan “Shohib-Shohibnya” di
Parpol, banyak yang kupingnya panas dan terbakar jenggotnya.
Babak baru telah
dimulai , Anas bukan lagi Ketum, tetapi anak manis yang terlahir dari rahim
politik orde reformasi yang terlanjur
tahu seluk beluk , baik buruk, merah biru partainya ,maka nyanyiannya tidak
terdengar canggung, sumbang tetapi sangat nyaring , bergema menjadi issue segar yang banyak dinanti “Paparazzi”.Anak
manis itu sekarang tiba-tiba menjadi anak durhaka yang dengan lantang menantang
, dan mulai menohok "sang putra mahkota" yang katanya ikut pula menikmati
pundi-pundi uang negara itu, apakah publik percaya ?, ya saat ini publik mungkin
sangat percaya kepada Anas , sebab nampaknya saat ini Anas menjadi pihak yang
terdholimi, maka publik menjadi simpati kepada Anas, entah karena apa? Mungkin
karena hari – hari ini sedang ada politik Kambing hitam . Demi martabat sebuah
partai demi naiknya elektoral partai maka beberapa orang layak dikorbankan,
pernahkan anda mengamati semut-semut yang berburu sesuatu yang manis , tidak
jarang beberapa ekor memilih mati, atau dibuat mati untuk jembatan dan pijakan kawan-kawannya mendapatkan manisnya gula.
Ada pepatah asing
berbunyi “ Better be alone than have bad company” atau kalau di
Indonesiakan “ Lebih baik hidup sendiri dari pada punya kelompok tetapi buruk”,
mungkin itulah pilihan Anas, sehingga dia rela mencopot jaket kebanggaannya,
melepas jabatan KETUMnya dan kini hidup menyendiri keluar dari komunitas partainya
,dengan status TERSANGKA, dunia belum
berakhir, mungkin ini bisa menjadi penyejuk
dalam situasi yang panas, ditengah propaganda politik para Sengkuni , “Pray until something happens”,
berdo’a sampai sesuatu terjadi.
( Semali, 28 Pebruari 2013, Hanif Hanani Tamjiz
putu suta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar