“Nasihat
Perkawinan Untuk Putriku”
Abu Khaulah Zainal Abidin
(Seandainya
ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa panjangkan umurku dan memberikan kesempatan
kepadaku menyaksikan pernikahan putriku tercinta, kira-kira seperti inilah yang
ingin aku sampaikan):
بسم الله
الرحمن الرحيم
إن الحمد لله , نحمده ونستعينه ,
ونستغفره , ونعوذ بالله من شرور أنفسنا , ومن سيئات أعمالنا , من يهده الله فلا
مضل له , ومن يضلل فلا هادي له , وأشهد أن لاإله إلا الله وحده لاشريك له , وأشهد
أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وسلم .
{ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله حق
تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون }
{ يا أيها الناس اتقوا ربكم الذي
خلقكم من نفس واحدة وخلق منها زوجها وبث منهما رجالا كثيرا ونساء واتقوا الله الذي
تسألون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا }
{ يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وقولوا
قولا سديدا , يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم , ومن يطع الله ورسوله فقد فاز
فوزا عظيما }
Anak-anakku..,
Hari
ini akan menjadi satu di antara hari-hari yang paling bersejarah di dalam
kehidupan kalian berdua. Sebentar lagi kalian akan menjadi sepasang suami-isteri,
yang darinya kelak akan lahir anak-anak yang sholeh dan sholehah, dan kalian
akan menjadi seorang bapak dan seorang ibu, untuk kemudian menjadi seorang
kakek dan seorang nenek, ……insya الله.
Rentang
perjalanan hidup manusia yang begitu panjang … sesungguhnya singkat saja.
Begitu pula…liku-liku dan pernik-pernik kerumitan hidup sesungguhnya jugalah
sederhana. Kita semua.. diciptakan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa tidak
lain untuk beribadah kepada NYA. Maka, jika kita semua berharap kelak dapat berjumpa
dengan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa …dalam keadaan IA ridlo kepada kita,
hendaklah kita jadikan segala tindakan kita semata-mata di dalam rangka mencari
keridlo’an-NYA dan menyelaraskan diri kepada Sunnah Nabi-NYA Yang Mulia -Shallallahu
alaihi wa sallam-
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ
رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ
أَحَدًا.
(Maka
barangsiapa merindukan akan perjumpaannya dengan robb-nya, hendaknya ia beramal
dengan amalan yang sholeh, serta tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun di
dalam peribadatan kepada robb-nya.)
Begitu
pula pernikahan ini, ijab-qabulnya, adanya wali dan dua orang saksi, termasuk
hadirnya kita semua memenuhi undangan ini…adalah ibadah, yang tidak luput dari
keharusan untuk sesuai dengan syari’at ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa.
Oleh
karena itu…, kepada calon suami anakku…
Saya
ingatkan, bahwa wanita itu dinikahi karena empat alasan, sebagaimana sabda Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam:
عن أبي هريره رضي الله عنه، عن النبي
صلى الله عليه وسلم قال:
تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
“Wanita
dinikahi karena empat alasan. Hartanya, keturunannya, kecantikannya,atau
agamanya. Pilihlah karena agamanya, niscaya selamatlah engkau.” (HR:Muslim)
Maka
ambilah nanti putriku sebagai isteri sekaligus sebagai amanah yang kelak kamu
dituntut bertanggung jawab atasnya. Dengannya dan bersamanya lah kamu beribadah
kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa, di dalam suka…di dalam duka.
Gaulilah ia secara baik, sesuai dengan yang diharuskan menurut syari’at ALLAH.
Terimalah ia sepenuh hati, kelebihan dan kekurangannya, karena ALLAH Subhaanahu
wa ta’alaa telah memerintahkan demikian:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
فَإِنْ كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ
فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
(Dan
gaulilah isteri-isterimu dengan cara yang ma’ruf. Maka seandainya kalian
membenci mereka, karena boleh jadi ada sesuatu yang kalian tidak sukai dari
mereka, sedangkan ALLAH menjadikan padanya banyak kebaikan.) (An-Nisaa’:19)
Dan
ingatlah pula wasiat Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
إستوصوا بالنساء خيرا فإنهن عوان
عندكم
(Pergaulilah
isteri-isteri dengan baik. Karena sesungguhnya mereka itu mitra hidup kalian)
Dan
perlakuanmu terhadap isterimu ini menjadi cermin kadar keimananmu, sebagaimana
Sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-;
أكمل المؤمن إيمانا أحسنهم خلقا و
خياركم خياركم لنساءهم
(الترمذي عن ابي هريرة)
(Mu’min
yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya. Dan sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya)
Dan
kamu sebagai laki-laki adalah pemimpin di dalam rumah tangga.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى
النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا
مِنْ أَمْوَالِهِمْ
(Lelaki
itu pemimpin bagi wanita disebabkan ALLAH telah melebihkan yang satu dari yang
lainnya dan disebabkan para lelaki yang memberi nafkah dengan hartanya.)
(An-Nisaa’: 34)
Maka
agar kamu dapat memimpin rumah tanggamu, penuhilah syarat-syaratnya, berupa
kemampuan untuk menafkahi, mengajari, dan mengayomi. Raihlah kewibawaan agar
isterimu patuh di bawah pimpinanmu. Jadilah suami yang bertanggungjawab, arif
dan lemah lembut , sehingga isterimu merasa hangat dan tentram di sisimu.
Berusahalah sekuat tenaga menjadi teladan yang baik baginya, sehingga ia bangga
bersuamikan kamu. Ya, inilah sa’atnya untuk membuktikan bahwa kamu laki-laki
sejati, laki-laki yang bukan hanya lahirnya.
Kepada
putriku…
Saya
ingatkan kepadamu akan sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- :
عن أبي هريرة؛ قال:- قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم:
إذا أتاكم من ترضون خلقه ودينه
فزوجوه. إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد عريض
“Jika datang kepadamu (-wahai para
orang tua anak gadis-) seorang pemuda yang kau sukai akhlaq dan agamanya, maka
nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan menyebarnya kerusakan
di muka bumi.” (HR: Ibnu Majah)
Dan
semoga -tentunya- calon suamimu datang dan diterima karena agama dan akhlaqnya,
bukan karena yang lain. Maka hendaknya kau luruskan pula niatmu. Sambutlah dia
sebagai suami sekaligus pemimpinmu. Jadikanlah perkawinanmu ini sebagai wasilah
ibadahmu kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Camkanlah sabda Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam-:
لو كنت أمرا أحد ان يسجد لأحد لأمرت
المرءة ان تسجد لزوجها
(الترم1ي عن ابي هريرة)
(Seandainya
aku boleh memerintahkan manusia untuk sujud kepada sesamanya, sungguh sudah aku
perintahkan sang isteri sujud kepada suaminya.)
Karenanya
sekali lagi saya nasihatkan , wahai putriku…
Terima
dan sambutlah suamimu ini dengan sepenuh cinta dan ketaatan.
Layani
ia dengan kehangatanmu…
Manjakan
ia dengan kelincahan dan kecerdasanmu…
Bantulah
ia dengan kesabaran dan doamu…
Hiburlah
ia dengan nasihat-nasihatmu…
Bangkitkan
ia dengan keceriaan dan kelembutanmu…
Tutuplah
kekurangannya dengan mulianya akhlaqmu…
Manakala
telah kamu lakukan itu semua, tak ada gelar yang lebih tepat disandangkan
padamu selain Al Mar’atush-Shalihah, yaitu sebaik-baik perhiasan dunia.
Sebagaimana Sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة
الصالحة ( مسلم)
(Dunia
tak lain adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang
sholihah.)
Inilah
satu kebahagiaan hakiki -bukan khayali- yang diidam-idamkan oleh setiap wanita
beriman. Maka bersyukurlah, sekali lagi bersyukurlah kamu untuk semua itu,
karena tidak semua wanita memperoleh kesempatan sedemikian berharga. Kesempatan
menjadi seorang isteri, menjadi seorang ibu. Terlebih lagi, adanya kesempatan,
diundang masuk ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki. Yang
demikian ini mungkin bagimu selagi kamu melaksanakan sholat wajib lima waktu
-cukup yang lima waktu-, puasa -juga cukup yang wajib- di bulan Ramadhan,
menjaga kemaluan -termasuk menutup aurat- , dan ta’at kepada suami. Cukup,
cukup itu. Sebagaimana sabda Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
إذا صلت المرأة خمسها وصامت شهرها
وحفظت فرجها وأطاعت زوجها
قيل لها: ادخلي الجنة من أي أبواب
الجنة شئت (أحمد عن عبدالرحمن بن عوف)
(Jika seorang isteri telah sholat
yang lima, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan ta’at kepada
suaminya. Dikatakan kapadanya: Silahkan masuk ke dalam Surga dari pintu mana
saja yang engkau mau.)
Anak-anakku…,
Melalui
rangkaian ayat-ayat suci Al Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi Yang Mulia, kami
semua yang hadir di sini mengantarkan kalian berdua memasuki gerbang kehidupan
yang baru, bersiap-siap meninggalkan ruang tunggu, dan mengakhiri masa
penantian kalian yang lama. Kami semua hanya dapat mengantar kalian hingga di
dermaga. Untuk selanjutnya, bahtera rumah-tangga kalian akan mengarungi samudra
kehidupan, yang tentunya tak sepi dari ombak, bahkan mungkin badai.
Karena
itu, jangan tinggalkan jalan ketaqwaan. Karena hanya dengan ketaqwaan saja
ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa akan mudahkan segala urusan kalian,
mengeluarkan kalian dari kesulitan-kesulitan, bahkan mengaruniai kalian rizki.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ
مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
(Dan barang siapa yang bertaqwa
kepada ALLAH, niscaya ALLAH akan berikan bagi nya jalan keluar dan mengaruniai
rizki dari sisi yang tak terduga.)
(Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH, niscaya
ALLAH akan mudahkan urusannya.)
Bersyukurlah
kalian berdua akan ni’mat ini semua. ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa telah
mengarunia kalian separuh dari agama ini, ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa
telah mengarunia kalian kesempatan untuk menjalankan syari’at-NYA yang mulia,
ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa juga telah mengaruniai kalian kesempatan
untuk mencintai dan dicintai dengan jalan yang suci dan terhormat.
Ketahuilah,
bahwa pernikahan ini menyebabkan kalian harus lebih berbagi. Orang tua kalian
bertambah, saudara kalian bertambah, bahkan sahabat-sahabat kalian pun
bertambah, yang kesemua itu tentu memperpanjang tali silaturahmi, memperlebar
tempat berpijak, memperluas pandangan, dan memperjauh daya pendengaran. Bukan
saja semakin banyak yang perlu kalian atur dan perhatikan, sebaliknya semakin
banyak pula yang akan ikut mengatur dan memperhatikan kalian. Maka, barang
siapa yang tidak kokoh sebagai pribadi dia akan semakin gamang menghadapi
kehidupannya yang baru.
Ketahuilah,
bahwa anak-anak yang sholeh dan sholehah yang kalian idam-idamkan itu sulit
lahir dan tumbuh kecuali di dalam rumah tangga yang sakinah penuh cinta dan kasih
sayang. Dan tentunya tak akan tercipta rumah-tangga yang sakinah, kecuali
dibangun oleh suami yang sholeh dan isteri yang sholehah.
Akan
tetapi, wahai anak-anakku, jangan takut menatap masa depan dan memikul tanggung
jawab ini semua. Jangan bersedih dan berkecil hati jika kalian menganggap bekal
yang kalian miliki sekarang ini masih sangat kurang. ALLAH Subhaanahu wa
ta’alaa berfirman:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
(Artinya:
“Dan janganlah berkecil hati juga jangan bersedih. Padahal kalian adalah
orang-orang yang mulia seandainya sungguh-sungguh beriman.”) (Ali Imran:
139)
Ya,
selama masih ada iman di dalam dada segalanya akan menjadi mudah bagi kalian.
Bukankah dengan pernikahan ini kalian bisa saling tolong-menolong di dalam
kebajikan dan taqwa. Bukankah dengan pernikahan ini kalian bisa saling menutupi
kelemahan dan kekurangan masing-masing. Bersungguh-sungguhlah untuk itu, untuk
meraih segala kebaikan yang ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa sediakan melalui
pernikahan ini. Jangan lupa untuk senantiasa memohon pertolongan kepada ALLAH.
kemudian jangan merasa tak mampu atau pesimis. Jangan, jangan kalian awali
kehidupan rumah tangga ini dengan perasaan lemah !
احرص على ما ينفعك. واستعن بالله ولا
تعجز
(Bersungguh-sungguhlah
kepada yang bermanfa’at bagimu, mohonlah pertolongan kepada ALLAH, dan jangan
merasa lemah!) (HR: Ibnu Majah)
Terakhir,
ingatlah bahwa nikah merupakan Sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-,
sebagaimana sabdanya:
النكاح من سنتي فمن رغب عن سنتي فليس
مني
(Nikah
itu merupakan bagian dari Sunnahku. Maka barang siapa berpaling dari Sunnahku,
ia bukanlah bagian dari umatku.)
Maka
janganlah justru melalui pernikahan ini atau setelah aqad ini kalian justru
meninggalkan Sunnah untuk kemudian bergelimang di dalam berbagai bid’ah dan
kema’shiyatan.
Kepada
besanku…
Terimalah
masing-masing mereka sebagai tambahan anak bagi kita. Ma’lumilah
kekurangan-kekurangannya, karena mereka memang masih muda. Bimbinglah mereka,
karena inilah saatnya mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya.
Wajar,
sebagaimana seorang anak bayi yang sedang belajar berdiri dan berjalan, tentu
pernah mengalami jatuh untuk kemudian bangkit dan mencoba kembali. Maka
bantulah mereka sampai benar-benar kokoh untuk berdiri dan berjalan sendiri.
Bantu
dan bimbing mereka, tetapi jangan mengatur. Biarkan.., Karena sepenuhnya diri
mereka dan keturunan yang kelak lahir dari perkawinan mereka adalah
tanggung-jawab mereka sendiri di hadapan ALLAH Subhaanahu wa ta’alaa. Hargailah
harapan dan cita-cita yang mereka bangun di atas ilmu yang telah sampai pada
mereka.
Keterlibatan
kita yang terlalu jauh dan tidak pada tempatnya di dalam persoalan rumah tangga
mereka bukannya akan membantu. Bahkan sebaliknya, membuat mereka tak akan
pernah kokoh. Sementara mereka dituntut untuk menjadi sebenar-benar bapak dan
sebenar-benar ibu di hadapan…dan bagi anak-anak mereka sendiri.
Ketahuilah,
bahwa bukan mereka saja yang sedang memasuki kehidupannya yang baru, sebagai
suami isteri. Kita pun, para orang tua, sedang memasuki kehidupan kita yang
baru, yakni kehidupan calon seorang kakek atau nenek – insya الله. Maka hendaknya
umur dan pengalaman ini membuat kita,…para orang tua, menjadi lebih arif dan
sabar, bukannya semakin pandir dan dikuasai perasaan. Pengalaman hidup kita
memang bisa jadi pelajaran, tetapi belum tentu harus jadi acuan bagi mereka.
Jika
kelak -dari pernikahan ini- lahir cucu-cucu bagi kita. Sayangilah mereka tanpa
harus melecehkan dan menjatuhkan wibawa orang tuanya. Berapa banyak cerita di
mana kakek atau nenek merebut superioritas ayah dan ibu. Sehingga anak-anak
lebih ta’at kepada kakek atau neneknya ketimbang kepada kedua orang tuanya.
Sungguh, akankah kelak cucu-cucu kita menjadi anak-anak yang ta’at kepada orang
tuanya atau tidak, sedikit banyak dipengaruhi oleh cara kita memanjakan mereka.
Kepada
semua, baik yang pernah mengalami peristiwa semacam ini, maupun yang sedang
menanti-nanti gilirannya, marilah kita do’akan mereka dengan do’a yang telah
diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-:
بارك الله لك وبارك عليك وجمع بينكما
في خير
فأعتبروا يا أولي الأبصار
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان لاإله
إلاأنت أستغفرك وأتوب إليك
Tidak ada komentar:
Posting Komentar