H.HANIF
HANANI,S.H.,M.H.
“LABBAIK
ALLOH HUMMA LABBAIK”
AKUDATANG MEMENUHI
PANGGILAN-MU
(KISAH
PERJALANAN HAJI ORANG FAQIR & DHOIF)
SALWA OFFSET MAGELANG
KATA PENGANTAR
Segala
puji saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah menjadikan Baitulloh
sebagai tempat beribadah dan memberikan ketentraman. Dan segala puji syukur
kita haturkan kepada Zat yang Maha Agung , yang telah berfirman dalam kitab
suci-Nya :
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulloh” (QS.Ali Imron
:97)
Sholawat dan salam,
kusampaikan kepada Nabi Muhammad SAW ,
yang diutus sebagai rahmat semesta alam, yang telah bersabda: “ Barang siapa
yang berhaji dengan tidak berkata kotor dan tidak melakukan perbuatan keji,
maka dia kembali suci seperti saat dilahirkan oleh ibunya “ . Amma ba’du.
Terbitnya
buku ini dikandung maksud, membagikan setetes ilmu dan pengalaman penulis
didalam menunaikan ibadah haji, juga penulis memotret segala seluk- beluk dan
hal-hal lucu tapi nyata yang
berhubungan dengan prosesi ibadah haji sejak dari pendaftaran, persiapan ,
pelaksaan sampai hal-hal yang mungkin dianggap remeh temeh, namun penulis yakin
, justru inilah yang menarik dari rangkaian perjalanan haji, dengan harapan setetes ilmu dan pengalaman
penulis ini , bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi orang-orang yang
kepengin menunaikan ibadah haji, untuk segera bertamu ke Baitulloh, menjadi
dhuyufurrochman.
Namun demikian, penulis
menyadari bahwa buku ini, belum lah layak menjadi bagian dari khasanah ilmu
pengetahuan, ibarat jauh panggang dari api,
masih jauh dari kesempurnaan.
Tiada gading yang tak retak, penulis hanyalah
hamba Allah yang faqir dan dhoif, terus dan terus senantiasa mohon saran dan
kritikan dari pembaca.
Semoga Allah menjadikan
haji kita mabrur , amiin ya Robbal ‘alamiin.
Magelang, April 2006
Penulis
H.Hanif
Hanani,S.H.,M.H.
BIODATA PENULIS
H.Hanif Hanani,S.H.,M.H, lahir di Magelang , 02
Mei 1968. Pada tahun 1987 diangkat menjadi Calon PNS di Depag Kab. Magelang dan
bertugas sebagai Pegawai Urusan TU Kepegawaian,pada tahun 1996 meraih gelar S.1
hukum di Universitas Muhammadiyah Magelang.
Tahun 2000, diangkat menjadi Kepala
KUA.Kecamatan Mertoyudan , tahun 2006 dialih tugaskan menjadi Kepala KUA. Kecamatan Muntilan,
sampai sekarang.
Pada tahun 2008 ,suami dari Hj. Anik
Sulistyanti ini,melanjutkan study
Program Pasca Sarjana pada
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang , pada tahun 2009 meraih gelar Magister Ilmu Hukum, dengan Thesis berjudul “
Peranan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam Penyelesaian Sengketa Pernikahan
Wali Adlal (Study Kasus Pencatatan
Pernikahan Wali Adlal di KUA Kecamatan Muntilan).
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……..……………………………………………...
….. i
DAFTAR
ISI………………………………………………………………… ii
PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1
DI DO’AKAN
NENEK-NENEK…………………………………………….. 5
MENDAFTAR
HAJI…………………………………………………………. 10
HAMPIR KEHILANGAN
ISTRI……………………………………………. 19
LUPA JALAN KE
MAKTAB……………………………………………… 27
DI DORONG
ASYKAR……………………………………………………. 31
MELONTAR
JUMROH……………………………………………………. 40
CUKUR
GUNDUL…………………………………………………………. 43
TIDUR SEPERTI
BANDENG………………………………………………. 48
DIHADANG BADAI
GURUN………………………………………………..56
TIBA DI MAKKAH
LAGI……………………………………………………67
THOWAF
IFADHOH……………………………………………………… .69
THOWAF
WADA’………………………………………………………… 72
BERANGKAT KE
MADINAH……………………………………………….73
MASUK
ROUDHOH………………………………………………………….77
KEMALINGAN DI
HOTEL…………………………………………………. 81
ZIARAH KE
TEMPAT-TEMPAT BERSEJARAH…………………………. .83
TRANSIT DI
MADINATUL HUJJAJ……………………………………….. 89
KEMBALI KE TANAH
AIR…………………………………………………..91
BIO DATA
PENULIS……………………………………………………… …94
ii
PENDAHULUAN
Tahun 1994, aku mulai
merindui hendak sowan ke tanah suci-Mu, sejak ayah tercinta, berniat naik haji
tahun 1994 dalam jiwaku mulai terusik dan menggantungkan cita-citaku hendak
menuniakan ibadah haji entah kapan waktunya.Saat ayah berangkat meninggalkan
tanah air hatiku terasa teriris, haru sedih perasaan mengharu biru tercampur
aduk jadi satu. Aku ingat saat ayah memanggilku secara khusus di kantor
kecamatan , beliau memintaku untuk menjaga seluruh keluarga, simak adik-adik
dan saudara tuaku. Ayah berlinang air
mata ketika menyerahkan klaim asuransi kematian sembari berwasiat apabila
beliau tidak pulang aku diminta mengurus segala hal ihwal tentang asuransi
kematian dari Garuda Indonesia.
Aku jadi ingat ketika beliau
beberapa saat setelah melunasi setoran ONH kemudian mengajakku untuk turut
serta, waktu itu ongkos naik haji baru sekitar enam jutaan , beliau bilang aku
telah mampu sebab saat itu aku punya beberapa ekor sapi, perhiasan emas dan
kendaraan bermotor yang apabila dijual harga waktu itu , digunggung kepruk semuanya telah mencukupi
untuk membayar ONH tetapi entah karena apa aku belum tetarik mungkin karena
umur saya saat itu baru 28 tahun, suatu masa yang belum matang dan kadar
keberagamaanku masih labil.Namun saat itulah kurasakan hatiku mulai tertarik
dan menggantungkan cita-cita untuk bisa pergi ketanah suci.
Menurut cerita beliau selama
di tanah suci , bapak tak henti-hentinya
berdoá untuk semua keluarga agar diberi kesempatan mengikuti jejaknya ,
kata beliau tiada hal yang paling membahagiakan dan tidak ada perjalanan yang
paling mengesankan kecuali perjalanan haji, memang dalam perjalanan tersebut
1
banyak kesulitan dan rintangan yang dihadapi
tetapi , semakin banyak kesulitan samakin banyak hikmah yang diperoleh. Ayahku
pulang dengan selamat dan membawa prestasi haji mabrur, saya dapat mengatakan
demikian sebab semenjak beliau pulang haji , hati beliau bertambah arif , kasih
sayang dan perhatian beliau terhadap keluarga semakin bertambah, namun Allah
berkehendak lain , beliau hanya sempat berkumpul dengan keluarga 1,5 tahun
semenjak kepulangannya.
Pada tahun itu sepulang ayah
naik haji rasa kepingin saya hendak pergi ketanah suci semakin tidak dapat
kukendalikan, ketika aku sowan kepada kepala kantorku yang kebetulan juga naik
haji bersama ayah, sampai –sampai aku menanyakan kepada beliau, apa yang bisa
membuat beliau naik haji berkali-kali, pada waktu itu beliau naik haji yang ke
tiga kalinya.beliau meberiku ijazah yaitu dengan berdoá yang dijadikan wirid
setiap bakda sholat fardhu adapun doánya “Allahumma yasirlana ziarota
kharomaika”yang artinya ya Allah ,mudahkanlah ziarah ke dua tanah suci-Mu,
dibaca setiap bakda sholat fardhu 3 x, semenjak itu aku selalu membaca dan
kujadikan wiridan. Hari berganti, bulan berganti bahkan tahunpun berganti, tak terasa wirid
itu senantiasa kulafalkan namun belum kunjung jua aku menunaikan ibadah haji
sampai yang memberi ijazah berangkat lagi, sambil tilik haji beliau kutanyakan
lagi apa rumusnya atau resep tambahannya beliu memberikan jawaban “sampeyan
kurang ngeyel memohonnya , sambil ngeyel bila perlu menangis, Allah itu suka
kalau hambanya minta sambil menangis dan malu apabila tidak menuruti” kemudian beliau menambahkan “kalau
manusia di eyel jengkel, tetapi Allah dieyel suka”.
Bulan Agustus 1995 , aku
mengantar ayah memberi pengajian di Kecamatan dalam rangka 17 Agustusan, dalam
perjalanan beliau banyak berpesan kepadaku terutama mengenai perjalanan dan
kehidupan beragamaku,
2
ayah menasehatiku agar banyak belajar
ilmu agama sebab dengan ilmu itu kita akan banyak mendapatkan manfaat dan
bahkan janji Allah terhadap orang yang beriman sekaligus berilmu adalah akan
mendapatkan derajat disisi Tuhan dan masyarakat.Beliau juga berpesan agar
apabila mampu, berinfaq, apabila sudah sampai nisob ,berzakat, setiap tahun
apabila mampu, berkurban , tidak ketung seekor Kambing, tak lupa beliau
berwasiat agar apabila sudah mampu segera menunaikan rukun Islam yang kelima
yaitu Ibadah Haji.
Beberapa hari setelah itu
ayahku jatuh sakit, sekitar jam 22.00 malam Ahad , simak mengetuk pintu
rumahku sambil menangis sambari mengatakan bahwa ayahku sakit agak parah,
dengan bergegas aku masuki kamar beliau , kesakitan yang dirasakan sambil
memegang dada sebelah kiri, ayah memintaku untuk mengantar berobat kerumah
sakit.Aku antarkan kerumah sakit dikota Magelang yang jarak dari rumah sekitar
7 km.Rupanya itulah kepergian ayah yang terakhir , sebelum berangkat beliu
sempat melihat rumah untuk yang terakhir kali 14 hari setelah itu ayah
meninggal dunia, di ruang ICU RSU Tidar Magelang, ditunggui oleh sanak
keluarga, aku sendiri yang mengantar kepulangan beliau sowan keHadirat Ilahi ,
kubisiki telinganya dengan kalimat Tahlil dan ayat Al-qurán “Ya. Ayyatuha Annafsu Al-Mutmainnah Irjií
ilaa Robbiki Roodhiyatan Al Mardhiyyah fadkuli fi ngibadii wadkhuli jannatii”,
beliau menghembuskan nafas terakhir pada hari Ahad setelah beliau menjalankan
sholat Maghrib.
Hari Senin ayah dimakamkan
dengan pemakaman sederhana , kuburannya nyaris rata dengan tanah, sebab ayah
sudah wasiat dengan adikku yang ragil, bahwa beliau mengharamkan apabila
kuburannya ditinggikan apalagi dibangun kijing, beliau sangat tidak suka,
beliau mengatakan di “Baqi’” tidak ada kuburan yang dikijing.
3
Aku sangat terpukul , namun
bisa bersabar dan Tawakal pada Allah,Swt dengan kepergian beliau, beliau adalah
tongkat sekaligus lentera bagi kehidupanku, belum puas rasanya aku menerima
wejangan dan petuah yang dapat menjadi penerang hidupku, namun apa daya
kehendak Allah yang paling baik, aku rela, aku rela dan ridho semua kehendak-MU
,ayah meninggal dalam usia 57 tahun.
4
DIDO’AKAN NENEK-NENEK
Seiring dengan berjalannya
waktu , sepeninggal ayahku , aku diangkat dimasyarakat sebagai pengganti beliau walaupun aku sadar diriku tidak
sepadan dibanding kan dengan ketokohan beliau selama ini , namun masyarakat
memaksa aku untuk menggantikan tugas-tugas beliau terutama dalam hal kegiatan
agama, salah satunya adalah khotib Jumát, semua itu kuterima dengan lapang dada
dan ikhlas ,sambil prihatin belajar
ilmu agama agar aku tidak gamang dalam menerima kepercayaan dari masyarakat.
Pertama kali aku menjalankan
tugas sebagai khotib menggantikan ayah, banyak handai tolan yang meneteskan
airmata, teringat akan perjuangan ayahku , seraya berdoá semoga aku kuat
memikul amanah yang telah mereka berikan, banyak yang menaruh harapan agar aku
dapat menjadi penerus perjuangan beliau.
Tidak terasa 5 tahun ayahku
telah meninggalkan aku, bersaamaan dengan itu karirku di Departemen Agama
mengalami kemajuan, setelah ijazah sarjana hukum kuperoleh, aku diberi
kepercayaan untuk memimpin KUA Kecamatan Mertoyudan Kabupaten
Magelang, waktu itu usiaku 32 tahun aku bersyukur Tuhan memberi amanah
jabatan dilingkungan Departemen Agama ,
paling tidak aku dapat mengabdi dan bekerja sambil beribadah,dengan segenap
kemampuan ku.Aku yakini firman Allah “Yarfangu Alladhina Amanuu min kum wal
ladhina uutu alngilma darajatan”.
Aku menjadi publik figur di
masyarakat tempatku bekerja , dengan profesiku sebagai kepala KUA atau Penghulu
aku sering berkumpul dengan para álim , suatu ketika aku diundang dalam acara
IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia ) Kecamatan Mertoyudan, ketika usai
acara tersebut aku sengaja
5
pulang paling akhir sambil menunggu
antri menuruni tangga , karena kebetulan acara dilaksanakan di lantai dua. Ada
seorang nenek-nenek yang pulang paling akhir , beliu minta tolong padaku untuk
dituntun karena takut menuruni tangga, dalam kesempatan itu nenek tersebut
bertanya padaku, nak kapan nak pergi haji ? tahun berapa ? masih muda kok sudah
pergi haji , senang ya ? pertanyaan tersebut terus meluncur dari mulutnya
,beliau mengira saya sudah pergi haji, karena saya turut hadir dalam undangan
IPHI tersebut. Dengan senyum kecut saya jawab ,kulo dereng minggah kaji mbah,
lho kok sampean teng mriki ngeterke sinten ? tanyanya lagi, kulo kepala KUA,
Pengulu mbah, . Lho pengulu kok durung munggah kaji ? timpalnya lagi dengan
enteng, kulo dongakke tahun ngarep sampean keturutan munggah kaji, amin mbah ,
jawabku.
Dialog yang singkat tersebut
mampu menggugah sanubariku, aku jadi ingin sekali mendaftar naik haji, tapi apa
daya, waktu itu biaya belum mencukupi apalagi istriku berniat hendak ikut, dia
ingin haji berdua.
Ekonomiku mengalami kemajuan
pesat , istriku yang pedagang Alhamdulillah , laris dan kami punya usaha
sampingan yaitu industri kecil , pembuat kue-kue kering dengan jumlah pekerja
32 orang dan omset perhari bisa mencapi 600 kg, kue kering dengan asumsi harga
3,6. juta usahaku berkembang pesat , namun keinginan untuk pergi haji
rupa-rupanya terlupakan, doá yang sering saya mohon pada Allah terkabul aku
diberi rizki yang lumayan mungkin kalau aku berniat naik haji ongkosnya sudah
cukup. Namun aku hanyalah manusia , ibaratnya manusia itu kalau diberi gunung
emas dia akan meminta lembah emas begitulah manusia tidak akan puas sebelum
diiisi perutnya dengan tanah.
Tuhan menagih janji aku diberi cobaan bertubi-tubi mulai
dari kecurian , terkena tipu, bisnis mobil yang mendatangkan rugi, semua
kerugian apabila aku
6
total jumlahnya telah cukup, bahkan
lebih, kalau kugunakan untuk ONH. Aku mulai mengefaluasi langkahku, meneliti
kembali perjalanan hidupku hingga kucapai satu kesimpulan bahwa , dunia ini
kalau di kejar tiada akan habis dan tidak pernah mencapai kata puas , aku
teringat ayat al-qurán “Wala Al-Aakhirotu khoirun laka minal ulaa”.
Tahun 2003 hari raya Idul
fitri kami sekeluarga berkumpul untuk silaturrokhim, tiba tiba paman yang
seorang pedagang berseloroh kepadaku , mengajak bersama –sama naik haji tahun
depan, ku mengira beliau hanyalah bercanda maka dengan serta merta aku
menyanggupi untuk berangkat bersama tahun depan, tak kusangka ternyata ajakan
beliu sungguh sungguh, tahun 2004 beliau naik haji bersama istrinya, sedangkan
aku, hatiku terasa teriris-iris karena ternyata Tuhan belum berkenan nimbali
aku ke Bait-Nya. Barhari-hari aku merenung, istriku senantiasa menghiburku
bahwa kalau saatnya Allah memanggil kami berdua , kami pasti berangkat dan
tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi kehendak-Nya.
Pada saat upacara pemberangkatan haji
paman dan bibi, kami berdua hadir dan tentu saja melepas kepergiannya dengan
linagan air mata, duh Gusti kapan Engkau sudi memanggil hamba-Mu yang lemah
ini, kami titip doá kepada beliau
berdua.
Dapat “Ijazah”.
Tahun 2003, teman saya ,
salah satu kepala KUA , naik haji, sambil berkunjung kerumahnya saya bertanya
apa amalan atau lelaku supaya bisa segera naik haji, kemudian dia memberiku
ijazah, katanya apabila bisa nitip uang , untuk disedekahkan di tanah suci,
InsyaAllah tidak lama lagi akan segera berangkat, sedangkan jumlah uangnya
yaitu , sekian rupiah dikalikan seratus
ribu derajat, misalnya titip lima puluh ribu, maka perhitungannya lima puluh
7
ribu dikalikan seratus ribu jadi lima
puluh juta (seratus ribu adalah nilai derajat amalan ditanah haram)., Maka pada
tahun itu saya nitip uang seratus ribu untuk saya dan istri dengan harapan
Allah segara berkenan memanggilku untuk berhaji , kutunggu sampai satu tahun
rupa-rupanya Allah belum berkenan, maka ketika paman berangkat saya juga
menitipkan lagi sejumlah uang untuk diinfaqkan di tanah suci
Paman berangkat pada bulan Pebruari
2004 sampai beliau pulang perjalanannya memakan waktu kurang lebih 40
hari, kepulangannya bulan maret 2004,
kulepas kepergiannya dengan linangan air mata , pilu rasa hatiku, hati terasa
keronto-ronto , keloro-loro,gundah gulana, saat itulah saat yang paling sedih
yang kurasakan sepanjang hidupku.
Allah Maha Adil, Gusti Allah
ora sare, setelah kepergian paman ke Baitulloh saya mulai berpikir bahwa
panggilan Allah itu berlaku bagi orang atau hamba-Nya yang mau mendengarkan,
bagaimana mungkin akan terlaksana manakala dipanggil tetapi telinganya tuli
atau mendengar tetapi enggan, maka saya punya pendapat ,Allah memanggil dan
hamba mendekat sebagaimana
aba – aba sholat yang kita jawab “sami’na
wa atho’na”, atau sebagaimana lagu Bimbo “aku jauh Engkau jauh, aku dekat Engkau dekat”.
Aku mulai menghitung – hitung
uangku bararangkali cukup untuk berangkat haji meskipun sendiri, setelah aku
jumlahkan semua , aku bisa membayar ONH, tetapi hanya cukup untuk berangkat
sendiri, aku mulai merayu, ngerum-rum istriku agar dia mengikhlaskan kepergianku,
mulanya istriku tidak mau dia bersikukuh harus berangkat bersama, karena selama
ini kami bekerja banting tulang bersama, berhari-hari aku mencoba membujuknya ,
aku mengajukan alasan, kalau tahun ini aku dapat berangkat InsyaAllah tahun
depan berangkat bersama , aku mungkin mendapatkan tugas dari Departemen
8
Agama
dan dia ongkos sendiri, walaupun dengan berat hati akhirmya istriku
mengijinkan aku berangkat lebih dahulu.
Setelah keberangkatanku
disetujui istri malam harinya aku ke stodio foto,untuk foto yang akan kugunakan
untuk kir dokter dan persyaratan membayar ONH, waktu itu istriku ikut
mengantarkan aku untuk foto, disela-sela antri menunggu giliran untuk difoto ,
entah dapat bisikan dari mana tiba-tiba istriku juga ingin berfoto, ketika
kutanya untuk apa foto itu “ istri saya menjawab “barangkali Allah memanggilku
juga, aku kan hamba Allah juga, yang berhak juga sowan ketanah suci-Nya”
mendapat jawaban seperti itu aku hanya terdiam .
9
DAFTAR NAIK HAJI
Dengan berbekal uang dua
puluh juta pagi harinya aku mendaftarkan diri Ke BRI Magelang, waktu itu hari
masih pagi, aku mengambil nomor urut, kemudian duduk menunggu panggilan, beberapa
kawan menegurku, kemudian aku mengantri pada bagian setoran ONH, istriku
mengikutiku dari belakang, tiba-tiba beberapa pejabat BRI mendekatiku setelah
bertegur sapa kemudian menanyakan keperluanku , karena mereka sudah kukenal
maka aku menjawab bahwa aku akan membayar ONH tetapi baru bisa berangkat
sendiri karena uang tidak cukup.Mereka bukannya terdiam namun mulai
mempengaruhi istriku agar ikut, bahkan sambil menggoda dan memprofokasi
istriku,agar jangan mau ditinggal, tentu saja aku agak khawatir, karena
memang aku tidak punya cukup uang untuk keberangkatan berdua, mereka lalu
berkata bahwa kalau istriku mau, pihak BRI akan memberikan dana talangan .Tentu
saja tawaran menggiurkan itu kusetujui, pada hari itu juga istriku menabung
sejumlah satu juta rupiah, kemudian
kekurangan sembilan belas juta ditalangi oleh BRI.
Ya Allah....,
hampir saja meledak tangisku, Engkau Maha Besar, Panjenengan Dzat
ingkang Ngudaneni.
Hari itu juga aku
mendaftarkan dan membayar sebagian ONH dan telah mendapat porsi untuk berangkat
tahun depan sedangkan istriku menunggu proses persetujuan untuk mendapatkan
talangan dari Direktur BRI.Tiga hari setelah itu aku mendapatkan informasi
bahwa pengajuan permohonan talangan dapat disetujui dan istri saya mendapat
porsi serta dapat berangkat haji tahun yang akan datang, air mataku tak dapat
kutahan , aku menangis , Allah mengabulkan permohonan pintaku ,yang telah aku
wirid dengan linangan air mata selama 10 tahun, Alhamdulillah , duh Gusti
Engkaulah yang memberiku jalan , kehendak-Mu pasti terjadi.
10
Mandapatkan godaan.
Setelah porsi haji kami
berdua kuperolih, maka aku harus bersiap-siap mencari persyaratan lainya
seperti foto, kir dokter, imunisasi dan lainnya, ternyata betul kata orang
bahwa orang yang akan pergi haji itu banyak godaan dan cobaan , bukan hanya di
tanah suci saja tetapi mulai di tanah air sudah ada godaan tinggal kita ini
kuat atau tidak, sabar atau tidak mendapat cobaan itu, atau kadang kita tidak
menyadari bahwa hal itu adalah merupakan cobaan dari Allah untuk menguji sampai
dimana kita dapat menahan amarah kita.
Akan kuceritakan beberapa
godaan yang pernah kualami, pertama yaitu ketika aku dan istriku akan melakukan
kir dokter sebagai persyaratan utama.
Jarak dari rumah ke Puskesmas
Kecamatan adalah sekitar 5 km , sebetulnya bukan jarak yang amat jauh namun
kebetulan jembatan yang menghubungkan rumahku dengan kota kecamatan, sedang
diperbaiki sehingga akses untuk ke kota kecamatan harus dilalui dengan sepeda
motor ,itupun antri karena jembatan penyeberangannya sempit, licin dan harus
antri.Harinya Sabtu , kebetulan aku libur karena instansi tempat bekerjaku
melaksanakan 5 hari kerja, aku berangkat
dari rumah jam 10.00 WIB dengan pertimbangan barangkali pasien yang lain sudah
selesai, sampai di Puskesmas jam 10.15 menit , istriku turun untuk mohon
informasi sambil mendaftarkan kami berdua untuk kir dokter, apa yang terjadi ?,
ketika istriku bertanya dimana pendaftaran pasien, bukan jawaban yang halus dan
enak yang kami terima tetapi umpatan dan omelan yang sangat menusuk
perasaan hati kami, katanya kami terlalu
siang, resepsionisnya berkata dengan sisnis “Ewoh opo jam segini kok baru
daftar? Mau, nyambut gawe opo , dadi pejabat opo ? kok pagi tidak bisa daftar
pokoknya sudah tutup”, katanya. Ketika saya tanyakan jam kerjanya sampai jam
berapa, dengan sinis dia menjawab “lihat itu ditempel diruang tunggu”,
11
Astaghfirullohal
‘adhiim, aku
kemudian beristighfar memohon ampun pada Allah , karena aku sadar ini adalah
cobaan buat kami berdua, apakah kami sabar atau tidak, untunglah kami sabar ,
aku menghimbau istri untuk mengalah , pulang untuk datang lagi pada hari Senin,
dengan kedatangan yang lebih pagi.
Kemudian aku digoda lagi ,
yaitu ada orang yang menawariku sawah, dengan harga yang murah, kalau tidak
salah luasnya sembilan kesuk (satu kesuk kurang lebih 1000 meter) berarti 9.000
meter luasnya, mintanya sangat murah katanya sekitar 60 juta itupun bisa dinego
dan lagi sawahnya termasuk lendoh, lendoh itu subur ,gampang airnya dan gampang
pengerjaannya , aku hampir saja terpancing untuk menanggapi penawaran itu
tetapi untunglah istriku mengingatkanku agar tidak melayani penawaran itu,
karena itu termasuk godaan agar aku terpecah konsentrasi nya,paling tidak
pikiranku akan bercabang antara berangkat
Haji, dengan pembayaran tanah. Akhirnya dengan halus kutolak penawaran
orang tersebut dan kusampaikan bahwa aku tidak punya uang sebanyak itu karena
aku akan melaksanakan ibadah haji, dengan serta merta orang tersebut pamit
pulang.
Adapun godaan yang ketiga
yaitu, pada bulan itu kebetulan Toyota mengeluarkan mobil baru, yang harganya
cukup murah untuk ukuran cilinder dan fasilitasnya, hampir saja aku ikutan
inden untuk memiliki mobil tersebut, tetapi lagi-lagi aku teringat , cita-cita
yang lebih mulia dan penting, dari pada hanya sekedar memiliki mobil baru.
Akhirnya dengan memejamkan
mata dan niat Bismillahi rochmanir rochim, saya bulatkan tekad
untuk meninggalkan urusan dunia dan saya
pentingkan akherat yang lebih utama.
Kata orang, kalau kita mencari
akherat maka akherat akan didapat sekaligus dunianya akan tercukupi, namun
sebaliknya kalau orang hanya mementingkan
12
dunia saja, kadang tidak mendapatkan
apapun, dunia tidak diperoleh apa lagi akherat ,tidak akan terpenuhi.saya
setuju dengan pendapat diatas , terutama ketika aku membulatkan tekad untuk melaksanakan haji.
Didaerahku,Kabupaten
Magelang, orang yang akan berangkat haji itu banyak didatangi orang, baik itu
famili , handai tolan,teman , kolega , tetangga bahkan orang yang tidak kita
kenalpun banyak mengujungi kita, untuk bersilaturrochim. Ada yang berniat hanya tilik atau menjenguk saja , ada
yang berniat minta didoákan, ada yang
mendoákan bahkan ada yang ekstrim, menganggap bahwa orang yang akan pergi haji
itu , memiliki berkah sehingga mereka ingin ngalap berkah tersebut,
semua pendapat tersebut sah-sah saja nyatanya pada musim haji banyak orang
saling berkunjung, sehingga akan menambah semarak dan meramaikan syiar
Islam.Aku banyak mendapatkan cerita dari orang yang pernah menunaikan haji,
katanya tamunya banyak sekali bahkan tamu yang datang melebihi kalau kita mantu atau khajatan yang lain . Ternyata betul, setelah bulan syawwal
orang-orang mulai berdatangan yang tidak kuduga jumlahnya setiap hari ,
dari pagi sampai malam, banyak yang datang ,bahkan ada yang datang sampai dua,
tiga kali.Malam hari banyak tetangga yang ikut menemani hanya untuk sekedar
tirakatan ,dengan begitu tentu saja
kebutuhan logistik juga meningkat dengan tajam, aku baru menyadari bahwa
ungkapan “tamu itu membawa rizki”benar adanya, sebab mereka banyak membawa buah
tangan, mulai dari gula pasir, mie, telur ,kue-kue, bahkan ada yang membawa
minyak goreng, bumbon sampai lauk-pauk mereka membawa dan yang mengheran kan,
seolah olah Allah memberikan rizki yang
banyak (laa tukhsuuha) tidak dapat dihitung dengan nalar. Dalam alqurán disebut
“min khaithsu laa yakhtasib”datang dari arah yang tidak disangka-sangka.
Satu saat istriku bilang,
bahwa persediaan dapur sudah agak menipis ,
13
sambil berkelakar aku bilang kamu
ingin apa? nanti saya minta pada Allah , InsyaAllah akan dikabulkan,
istriku bilang yang habis minyak goreng
dan krecek, seketika itu aku memohon pada Allah setelah sholat dhuhur, Maha
Benar Allah dengan Firman-Nya , pak lik dengan keluarga datang membawa minyak
curah dan kebutuhan lain melebihi apa yang kuminta pada Allah.Fa bi Ayyi aalaa
‘i robbikumaa tukaddhiban “nikmat yang mana lagi yang hendak kau dustakan.Masih
banyak lagi hal-hal yang diluar dugaan namun terjadi dengan begitu saja.
Tiba saatnya aku dan istriku
berangkat ke tanah suci , seminggu menjelang keberangkatan, banyak sekali tamu
dan kolega yang datang menjenguk kami bahkan waktunya tidak hanya siang hari
tetapi sampai menjelang malam, hampir-hampir kami tidak dapat istirahat, namun
demikian kami bahagia dapat menyambut dan menghormat tamu dengan sambutan yang
baik, sejak semula kami berencana akan berangkat ketanah suci dan sebelumnya
akan singgah dimasjid, sekaligus
berpamitan kepada masyarakat sekampung untuk yang terakhir kalinya, aku tidak
mengira sambutan masyarakat begitu antusias, hampir seluruh warga ,tua, muda ,
besar kecil ,anak-anak maupun dewasa , orang awam maupun para álim berkumpul
dimasjid untuk melepas kepergian kami.Sebelum acara dimulai aku menyempatkan
sholat shofar dan sholat khajat sekaligus ikrar pasrah pada Sang Kholik, ikhlas
apabila kami berdua tidak sempat pulang kembali ketanah air kemudian acara
dimulai dengan kata pamitan dari saya selaku kepala keluarga .
Hampir semua orang luruh dalam
keharuan dipenuhi dengan isak tangis, ketika aku memohon maaf dan minta
diikhlaskan segala salah dan khilaf kami, kemudian dilanjutkan dengan sambutan
sesepuh yang mewakili masyarakat lalu acara selanjutnya adalah doá – doá untuk
bekal perjalanan kami yang dipimpin oleh kiyai selaku takmir masjid setempat,
setelah itu doá penutup yang
14
disampaikan oleh kiyai yang paling
sepuh diakhiri dengan adzan dan iqomah yang menggema sebagai pengantar
terakhir.
Ketika kami beranjak dari
masjid menuju mobil yang menanti keberangkatan kami, dengan gema sholawat Nabi,
semua orang menyalamiku, memelukku bahkan menciumku dengan linangan air mata,
duhai ternyata sudara-saudara kami mengantarkan dan mendoákanku dengan tulus,
tidak cukup sampai disitu hampir semua penduduk kampung mengantar kepargian
kami sampai kota kecamatan, mereka ingin melihat kami terakhir kalinya selama
berada ditanah air, dengan lambaian tangan dan isak tangis kami berdua.
Dihalaman kantor kecamatan
,masyarakat banyak yang menunggu berduyun-duyun dari segala penjuru , mereka
mangantar familinya, keluarganya, mungkin juga ayah ibunya dan banyak lagi
masyarakat umum yang ingin ngalap berkah para tamu Allah.Sekali lagi kami
dilepas secara resmi oleh bapak camat selaku kepala pemerintahan ditingkat
kecamatan, tidak lupa para tokoh masyarakat tingkat kecamatan juga ikut melepas
kepergian kami. Kami jamaah haji kecamatan sejumlah 22 orang .
Dengan dikawal mobil polisi dan DLLAJR kami
berangkat menuju embarkasi Jawa Tengah di Boyolali, yaitu Donohudan sekitar 3
jam perjalanan, kami tiba ditempat asrama haji. Setelah acara penerimaan , kami
diperiksa kesehatan ulang, lalu ditempatkan di ruang istirahat dan dikarantina
selama 24 jam, selama itu, kami mendapatkan pelayanan yang nyaman, makan dan
minum sebagaimana standar kecukupan gizi
menurut kesahatan.
Bagi kami sangatlah berlebih
karena biasanya orang desa seperti kami hanya makan seadanya, pada malam
harinya kami diberikan paspor,gelang identitas dan uang bekal atau living cost
sejumlah 1.500 real, apabila dirupiah
15
-kan jumlahnya sekitar Rp. 3.750.000 .Sangatlah cukup untuk hidup di
tanah suci sekitar 38 hari.
Siang harinya baru kami
diberangkatkan menuju bandara Adi Sumarmo setelah lebih dulu diperiksa dengan
metal detektor, wah takut rasanya, mulailah permasalahan timbul karena banyak
jamaah yang kedapatan membawa barang yang sebenarnya dilarang dibawa oleh
jamaah apalagi masuk dalam pesawat, banyak terdapat alat- alat yang harus
disita , seperti pisau cukur, gunting, korek gas serta obat obatan yang belum
terdaftar sebagai obat yang harus dibawa . Mestinya obat –obat itu didaftarkan
ke tenaga medis dan akan dituluis medikal atau “dawak” dalam bahasa Arabnya.
Kami dibawa dengan bis per
rombongan satu bis untuk 40 orang jamaah, lagi-lagi didalam bis kami diberi
nasi dan snek yang istimewa, sesampai di bandara kami masuk secara bergantian
dipesawat , banyak yang tidak sabar maka saling berebut disitulah butuh
kesabaran kita , sebab ternyata kursi tempat duduk sudah diatur dengan
baik.Masalah juga mulai timbul karena keterbatasan pengalaman mulai dari
memakai sabuk pengaman , pengaturan bagasi sampai sembarangan membuang sampah
yang sangat tidak dibenarkan sebab sudah diatur harus ditaruh dikantung sampah
yag sudah dibagikan, tetapi lagi- lagi banyak yang tidak mengerti aturan
tersebut. Belum lagi kalau harus ke toilet, yang ternyata disana tidak ada air,
hanya tisu, banyak yang masuk toilet kemudian keluar lagi dengan tergopoh-gopoh
karena tidak tahu memakainya dan apabila ada yang memakai tetapi banyak yang
tidak bisa membuang kotorannya karena tidak tahu caranya, padahal sebetulnya
hanya perlu memencet “push”, tetapi kebanyakan tidak bisa membaca.
Ketika tiba saat makan
kebanyakan jamaah pada lenger-lenger, karena menganggap makanannya terlalu
mewah dan jumlahnya terlalu banyak, belum
16
lagi minumannya ada sprite, kopi ,
teh, juice , kalau orang yang umpakan kadang kadang menggunakan aji mumpung,
mumpung ndak bayar maka hampir semua menu yang ditawarkan diambil semua ,
akibatnya kekenyangan bahkan kemlakaren ,yang pada akhirnya menimbulkan masalah
di toilet ,karena setelah itu banyak jamaah yang antre berebut toilet.
Ketika tiba waktu sholat
banyak yang bingung bagaimana harus sholat, lalu kami tayamum dan sholat dengan
jama’ takdim atau ta’khir qosor, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa
dipesawat tidak layak untuk sholat maka banyak yang memakai li khurmatil wakti
atau menghormat waktu, nanti setelah sampai di darat bisa mengganti sholat
didarat (“I’adah).
Sekitar 11 jam kami
melayang-layang diudara , yang tampak hanyalah mega yang putih seperti bongkahan
es yang membentuk pilar-pilar raksasa begitu indahnya, Maha Besar Allah,
pesawat kami transit di Bandara Abu Dhabi untuk mengisi Aftur.Emirat Arab
adalah negara yang kaya terlihat dari mewahnya bandara , kota Abu dhabi, indah
sekali di malam hari, tampak dari sinar lampunya yang terang benderang mungkin
menghabiskan listrik jutaan watt. Pesawat dibersihkan selama mengisi aftur,
oleh tenaga cleaning service yang sudah profesional.lalu pesawat tinggal landas
lagi menuju bandara King Abdul Azis yang terkenal itu.
Kebanyakan jamaah haji pada
bingung setelah sampai dibandara King Abdul Aziz, bingung bercampur sedikit
takut dan panik karena kebanyakan dari kami belum pernah pergi keTanah
suci.Setelah pesawat berhenti kami turun satu persatu sesampai dibawah, bus
telah menjemput kami, lalu naik dari rombongan ke rombongan lalu satu persatu
masuk gate untuk diadakan pemeriksaan barang bawaan terutama tas tenteng, lalu
kami dipersilahkan
17
menunggu ditempat istirahat bandara,
sambil menunggu pemeriksaan paspor , dipisahkan jamaah wanita dengan laki-laki
walaupun suami istri tetap dipisah.
18
HAMPIR “KEHILANGAN ISTRI”
Sesampai di gate tempat
istirahat sambil menunggu pemeriksaan paspor dan lain-lain, ada yang paling
laris, yaitu toilet , bisa dibayangkan orang yang jumlahnya 325 orang ,
kebanyakan pada ngempet untuk buang air besar, karena dipesawat walaupun
tersedia toilet , tapi rasanya kikuk karena tidak terbiasa, masak kami harus
cebuk pakai tissu, alias istinjak rasa-rasanya ndak sampai hati, maka bisa
ditebak, banyak jamaah yang terpaksa menahan BAB, untuk ditumpahkan setelah
berada didarat. Betul juga, sesampainya dibandara yang paling awal mereka
lakukan adalah berebut toilet, tidak terkecuali aku dan istriku.
Di Arab Saudi , antara pria
dan wanita tidak boleh bersama, masing masing tolilet dipisahkan dan dijaga
oleh askar, kalau ada laki-laki yang sengaja masuk ke toilet perempuan akan
dikuyo-kuyo, biasanya askar akan bilang “haram,haram, sambil bersungut-sungut.
Jangankan masuk untuk sekedar melongok ke kawasan toilet nisa’ pasti akan
segera ditegur oleh sang askar.
Aku bergegas menuju toilet
laki-laki , aku faham disamping yang ngantri banyak laki-laki , pada pintu
terpasang simbul laki-laki berjenggot, itu tanda tolilet laki-laki, kalau untuk
perempuan ditandai dengan simbul wanita berjilbab.
Aku mengamati orang- orang
yang berlalu lalang dan kebanyakan orang yang lagi ngantri toilet, dalam
pengamatan saya ada satu pintu yang apabila ada orang masuk tiba-tiba keluar
lagi dengan tergopoh-gopoh, bahkan ada yang hampir muntah, tidak sedikit yang
bersungut-sungut, akupun penasaran, maka kumasuki pintu itu, ternyata Wc-nya
mampet, orang-orang yang masuk segera keluar lagi, karena tidak tahu cara
mengatasi kemacetan itu. Bahkan kulihat
19
lubang toiletnya sudah penuh, maka
dengan menahan jijik, saya coba mengatasi dengan menarik tuas untuk menyiram,
berkali-kali kutarik ternyata membuahkan hasil, terdengar suara air
menggelegak, tanda bahwa sumbatan telah hanyut terbawa air. Jadilah saya
melampiaskan hajat saya tanpa mengantri sebagai upah karena aku iseng jadi
cleanig service dadakan.
Setelah selesai keperluanku, aku
bergegas keluar , sambil menebak-nebak kira-kira istriku berada dimana.
Lama aku celingukan mencari
istriku, setiap orang yang aku tanya tidak ada yang bisa memberikan jawaban
memuaskan. Hampir setengah jam aku menanti istriku di depan kawasan toilet
wanita, aku mulai agak khawatir, apa yang terjadi pada istriku.
Kami dilayani pegawai yang
masih muda- muda sekali, kebanyakan mereka meminta sesuatu, apa yang diminta ?
mereka minta gula-gula atau permen karena mereka tahu hampir setiap jamaah haji
pasti membawa permen karena oleh Garuda kami masing-masing diberi permen 1 Pak
.
Setelah selesai pemeriksaan
paspor lalu kami masuk ketempat istarahat, untuk menanti pembagian maktab
(pemondokan) bagi gelombang kedua. Ditempat itu kami berganti baju Ikhrom, ada
yang mandi , ketoilet dan mulai niat Umroh, disinilah mulai terjadi keganjilan
dan tindakan yang lucu diantaranya ada jamaah yang tidak sadar kalau ini
ditanah arab yang sangat berbeda kabudayaan dengan orang Indonesia, banyak
jamaah perempuan yang nekat ganti pakaian atau mencopot kerudung disitu padahal
dinegara Arab, rambut wanita itu termasuk aurot, tentu saja banyak laki-laki
yang memandang dengan tatapan penuh birahi, terutama para kuli-kuli angkut dari
Mesir,Banglades dan Nigeria mereka mamandang seolah-olah hendak menelan para
jamaah wanita kita.Ada juga yang sudah pakai Ikhrom bagi laki-laki, tetapi
masih memakai celana
20
dalam, katanya ndak sampai hati takut
kalau manuke mabur, ada lagi yang makai kupluk atau peci sebab kalau
diIndonesia itu, pakai peci itu kayaknya setengah wajib, adapula yang memakai
kaos kaki karena kedinginan, ada pula yang memakai masker atau pakaian tambahan
seperti handuk dan lainnya padahal untuk laki-laki kan tidak boleh memakai
pakaian berjahit. Namun lagi- lagi karena ketidak tahuannya, banyak terjadi
hal- hal yang diluar kesadaran kami, belum lagi masalah lain, yaitu jamaah
laki-laki yang duduk sembarangan , akhirnya aurotnya terbuka dan kelihatan
,ketika ditegur atau diingatkan paling banter hanya bisa tersenyum kecut,
sambil berkata he.. he..lupa .
Setelah berhenti sejenak
,tampak mobil-mobil pengangkut tas datang membawa kopor-kopor kami, lagi-lagi
jamaah bingung dan panik berebut tas masing masing, padahal seandainya
dibiarkan saja nanti toh oleh maktab akan diangkut sampai kepemondokan atau
paling tidak dipasrahke ketua regu atau ketua rombongan , jadi tidak terjadi
desak- desakan dan kadang berebut karena tasnya sama warnanya Setelah bis
pengantar ke Makkah siap , kami di bariskan per rombongan yang paling depan
harus seorang laki-laki sedangkan dibelakangnya wanita,harus muhrimnya disusul
barisan wanita baru kemudian laki-laki dibelakangya, kami dibawa masuk ke bus
masing masing , tetapi setelah kami masuk semua, bis tidak segera berangkat ,
kami pada pating plongo lalu teringat katanya kalau tidak dikasih uang , sopir
tidak akan berangkat ternyata benar, setelah kami mengumpulkan uang
masing-masing satu real dan dikasihkan, baru sopir menjalankan bisnya
,pemberian uang real itu disana dinamakan Baksis yang bisa diartikan Tip atau
bebungah.
Sambil
tak henti-hentinya membaca talbiah (Labbaika Allahumma Labbaik Labbaika Laa
Syarika Laka Labbaik Inna Al Hamda Wa nikmata laka Wal Mulk Laa Syarii Ka laka)
Ya, Allah aku datang memenuhi PanggilanMU,
21
aku datang tiada sekutu bagi-MU, aku
datang memenuhi Panggilan-MU, sesunguhnya segala Puji dan Nikmat dariMU dan
semua Karajaan, tiada sekutu Bagimu.Sambil terkantuk-kantuk kami tetap
bertalbiah sampai-sampai ketika tiba dibatas tanah haram kami terkejut karena
tiba-tiba bis dihentikan oleh polisi dan tentara Arab Saudi yang disebut Askar
untuk diperiksa sebab hanya muslim yang diijinkan masuk tanah Haram dan dalam
pintu gerbang terdapat tulisan besar berbahasa inggris “Muslim Only”. Aku mulai
melihat kota yang sangat tua dengan gunungbatu kemloso sepanjang jalan dan
gedung-gedung bertingkat yang berusia sangat tua, sekali lagi aku terhenyak
Ya.Allah ternyata Engkau sudi memanggilku ke tanah Suci-Mu.Sampailah kami satu
kloter di maktab kami, yaitu di jalan Jarwal kira-kira 2 kilo meter dari
Masjidil haram, kira –kira pukul 10 pagi Waktu Saudi kami masuk maktab tempat
kami menginap, sebuah hotel tua berlantai lima , dengan lift tua yang apabila
digunakan menimbulkan suara krenyat krenyit, aku jadi ingat film horor diamana
banyak pembunuhan dilift tua seperti itu. Aku kebagian tempat dilantai 3 dengan
beberapa kamar setiap kamar diisisi 6 sampai 7 orang , aku terpaksa berpisah
kamar dengan istriku sebab kawan yang lain menghendaki sementara berpisah
dengan istri agar tidak menggangu konsentrasi ibadah, tidak ada fasilitas
istimewa disana, ndak ada almari atau fasilitas pendukung lain , hanya kamar
mandi tanpa bak mandi dan satu lagi agak baik ada fasilitas air hangat dan ada
bak mandi besar bisa untuk merendam.
Kejadian-kejadian ganjil dan
lucu mulai terjadi, diantara jamaah ada yang tidak bisa menghidupkan kran air ,
sebagian lagi opyak-opyak dan sambat kok tidak ada kolamnya , yang lainnya
bingung karena salah pencet sehingga yang keluar hanya air panas, pantas saja
ketika cebok njundil- jundil kepanasan karena tidak tahu cara ngaturnya , belum
lagi masalah kehabisan air sebab
22
jamaah kami banyak yang berasal dari daerah yang sangat murah air sehingga
inginnya byar- byur tanpa memikirkan persediaan air, padahal ternyata oleh
maktab sudah dihitung kebutuhan air perjamaah, maka air sangat terbatas lagi pula
air yang disediakan untuk kami adalah air laut yang disuling sehingga harganya
sangat mahal dan nilai ekonomisnya sangat tinggi. Malahan ada beberapa orang
yang terbiasa tidur dengan suara gemericik air sehingga dia sering manghidupkan
kran air hanya untuk mendengarkan suara gemericik nya . Belum lagi ada hal –hal
yang sangat nganyelke yaitu sering terjadi orang yang beol tapi ndak tahu cara
menyiramnya sehingga orang yang datang
kemudian gebes-gebes, sebab ada sisa pembuangan yang masih utuh hanya gara
–gara ndak tahu cara ngguyangnya , yang terpaksa ngguyang orang yang pengalaman,
mlalahi nyiram walaupun dengan agak bersungut sungut.
Untuk masalah makan , tidak
menemui kesulitan sebab di tanah arab ternyata lebih makmur dan harga makanan
sangat murah dinegara petro reyal tersebut , harga rata- rata untuk sebungkus
nasi 1 reyal ( 2500 rupiah 1 realnya) lauk 1 reyal dan sayur satu reyal plus
kopi susu juga 1 reyal jadi untuk sekali makan paling-paling hanya 4 sampai 5
reyal atau setara dengan 10 ribu sampai 12.500 rupiah saja.aku paling senang makan
dengan lauk Cumi-cumi yang harganya juga Cuma satu reyal untuk tiga ekor
cumi-cumi besar , padahal kalau di tanah air sea food seperti itu bisa sampai
10 ribu rupiah..
Sekitar jam 11 Waktu arab
saudi kami diminta siap-siap untuk menjalankan Umroh wajib , kami diantar oleh
mutowwif menuju masjidil haram, mula –mula kami bisa berjalan beriringan untuk
hampir 4 rombongan , 1 rombongan 44 orang , aku ingat betul kalau sampai
ditempat tempat pemeriksaan sopir akan mengatakan arba’ arbangin yang artinya jumlah
penumpangnya 44 orang , sebanyak empat rombongan itu dengan sedikit
23
bingung campur takjub menuju masjid ,
kebetulan harinya jum’at sehingga jalanan menuju masjid padat oleh jutaan
jamaah, betapa terkejutnya kami sesampai di halaman masjid kami tercerai berai
dan mutowwif yang mengantar kamipun tidak kelihatan lagi, kami kehilangan jejak
dan berbaur dengan jutaan jamaah dihalaman masjid, kami tinggal 1 regu yaitu
sebelas orang lalu masuk kemasjid inginnya segera melakukan towaf yaitu
mengelilingi Ka’bah 7 kali dilanjutkan Sa’i yaitu berjalan dari Sofa ke Marwa tujuh kali dimulai dari bukit sofa dan
diakhiri dibukit marwa. Namun apa hendak dikata ternyata pelataran ka’bah
tempat towaf sudah dipenuhi jamaah yang lebih dulu datang , konon katanya kalau
masjid penuh kapasitasnya adalah 900 ribu jamaah , masya Allah.Akhirnya kami
sepakat untuk menunda Towaf kemudian mencari shof untuk melaksanakan sholat
jum’at terlebih dulu. Setelah sholat Jum’at kami kembali berusaha untuk
mendekati Ka’bah , Alhamdulillah dengan ijin dan pertolongan Allah kami bisa
mencapai tempat Towaf, namun jamaah kami tidak lagi utuh, kami terpisah-pisah,
saya hanya bisa menggamit istri dan menggandeng mbah Rohmi yang usianya sudah
lanjut.Aku tidak percaya kalau sudah sampai di depan Ka’bah sampai- sampai,
sering kucubit tanganku untuk memastikan bahwa aku tidak sedang bermimpi,
mula-mula kudekati “Makom Ibrahim” dan berkali-kali bergerak ke Hajar Aswad
tetapi untuk yang di Hajar Aswad ini sungguh sangat sulit, setelah selesai Towaf
saya mengkhususkan sholat di Multazam walaupun
untuk rukuk dan sujud kami kadang diempet-empet jamaah lain,
terpaksa saya ruku’ dan sujud dipunggung
jamaah lain,Setelah selesai Thowaf, saya dan istri sholat di Hijjir Ismail tetapi
karena Hijjir Ismail sangat padat ,hanya sempat sholat sambil nggandul pintu
Hijjir ismail (pintu Hijir Ismail kira-kira 1 meteran), sedangkan mbah Rohmi
yang saya gandeng tadi sudah terlepas entah kemana. Selesai dari Hijjir Ismail saya
24
menuju ke Marwa untuk Sa’i. kami lingak-linguk
sebab tidak tahu mana Sofa dan mana Marwa, sebab disana kami bingung arah,
setelah tanya dengan askar kami diberitahu bukit marwa, maka mulailah saya Sa’i
, tidak kuduga saya ketemu lagi dengan mbah Rohmi yang sempat terpisah dengan
kami, selesai Sa’i kami kebingungan untuk Tahallul (memotong rambut), sebab
kami lupa ndak mbawa gunting, sedangkan untuk cukur di barber shop (tukang
cukur) kami harus merogoh kocek per orang 25 real untuk tiga orang berarti
harus keluar dana 75 real setara dengan uang rupiah 200 ribuan , maka saya cari
akal saya cari cari gunting dengan membeli, tentu saja dengan bahasa isyarat,
ternyata harga 1 buah gunting hanya empat real, dengan gunting itu saya bisa
bercukur untuk 4 orang plus nulungi orang-orang yang Tahallul tapi ndak membawa
gunting, banyak orang bahkan ada yang kulit hitam, ketika saya cukur tak raba
rambutnya, sulit diambil karena saking brekelenya
alias keriting banget.
Lega rasanya ketika Umroh
wajib sudah kami laksanakan, setelah berhenti diluar Masjidil Haram sambil tak
henti-hentinya memandangi dengan takjub, aku lalu beranjak pulang, sambil
senantiasa mengingat-ingat jalan pulang ke hotel kami yang berjarak kurang
lebih 2 km dari masjidil haram.
Ada yang amat membuatku takjub, yaitu
banyaknya burung merpati dihalaman Masjidil Haram, aku mencoba menghitung ,
tapi ternyata banyak sekali mungkin bisa mencapai jutaan ekor. Namun yang bikin
aku heran warna bulu merpati itu hampir semuanya abu-abu, kalau didesa saya
biasa menyebut warna bulu merpati kayak itu dengan sebutan Megan.Aku jadi
teringat , omongan orang-orang tentang Merpati di tanah haram, konon katanya
orang yang lama belum mempunyai anak , di ikhtiarkan dengan memberi makan Merpati
tersebut.Ternyata benar, setelah saya amati banyak anak-anak kulit hitam
25
menjajakan beras bulgur, untuk
memberi makan merpati tersebut, dan banyak pula orang-orang yang sengaja
membeli beras bulgur tersebut lalu ditaburkan dipelataran atau dijalan-jalan
agar dimakan oleh gerobolan Merpati.Biasanya orang-orang tersebut memberi makan sambil
komat-kamit, mungkin membaca mantra.
Tapi ada hal yang lucu
ternyata anak-anak penjual bulgur itu juga cerdik, nyatanya setelah orang yang
memberi makan merpati dengan harapan mendapatkan keturunan itu beranjak pergi,
anak-anak itu lalu berebut untuk mengumpulkan bulgur yang sedang dimakan
merpati. Lalu mereka bungkus lagi untuk dijual kembali, betul-betul taktik
bisnis yang brilian.
Aku dan istriku berjalan
diantara jutaan manusia yang pulang dari mesjid aku terkejut ketika tiba-tiba
ada remaja kulit hitam yang mendekati istriku , aku tak sempat mengamati apa
yang diperbuatnya yang kulihat dia hanya seperti melompat sambil menyerahkan
sesuatu ketangan istriku, setelah kulihat ternyata remaja tersebut memberi
hadiah istriku berupa minuman yang dikemas dalam kotak, sambil berkata halal,
halal, remaja itu memberi isyarat kepada
istriku untuk segera meminumnya. Alhamdulillah , segala puji bagi Allah,
ternyata saat itu istriku memang sangat kehausan mau nembung minum, kepada saya
ndak berani karena kami sedang panik mencari jalan pulang, ternyata Allah
memberi rezki kepada istriku, melalui, remaja kulit hitam yang tidak kami
kenal, entah siapa namanya , dari mana asalnya , mungkin namanya Ahmad atau
abdurrahman atau Abdullah. Mungkin berasal dari Nigeria atau Kamerun atau Konggo atau
dimanapun dibelahan dunia ini, aku sangat bahagia, Allah memperhatikan aku dan
istriku. Spontan minuman siap saji itu kami nikmati berdua sambil tak
henti-hentinya memuji kebesaran Allah.
26
LUPA JALAN KE HOTEL (MAKTAB)
Setelah selesai melakukan
Umroh Wajib, kami bergegas mau segera pulang kehotel , untuk sekedar
beristirahat, namun setelah kami ingat- ingat ternyata kami lupa jalan
pulang kehotel, pintu tempat keluar dari masjid tidak sama dengan pintu tempat
kami masuk, sehingga pangling untuk pulang menuju hotel, kami putar-putar ,
yang masih kuingat sebelum masuk pintu masjid aku sempat membaca tulisan hotel Firdaus Makkah, tetapi setelah kami
mengecek kedepan hotel tersebut ternyata ada dua jalan , itu yang membuat kami
bertambah bingung, saya lalu membaca istighfar semoga Allah memberikan petunjuk
kepada kami, Alhamdulillah setelah itu
kami berdua sepakat untuk mengambil jalan lurus disamping hotel Firdaus Makkah, sambil terus berjalan
kami saling mengingatkan, ternyata jalan yang kami lalui adalah jalan yang
benar artinya jalan itu menuju ke jalan Jarwal tempat kami menginap.
Berulang-ulang saya menyuruh istriku
untuk mencatat nama-nama gedung yang kami lalui.
Yang membuat kami terheran-
heran adalah banyaknya pedagang asongan yang berjualan sepanjang jalan
dari masjid menuju hotel dan kebanyakan
pedagang tersebut dari Indonesia yaitu etnis Madura, mereka berdagang makanan ,
nasi , sayur, pecel, lauk-pauk.Mereka sangat membantu bagi jamaah yang ingin makan
tetapi tidak sempat masak karena repot, sebab kalau harus masak , akan menyita
waktu untuk beribadah, jadinya hanya mikirin masak saja , layaknya anak Pramuka
yang lagi kemping.
Kami satu regu terdiri dari
11 orang , tadinya kami berencana , untuk masak sendiri selama di Makkah,
sebelum berangkat kami sepakat urunan beras masing-masing membawa 5 kg,
lauk-pauk , bumbu-bumbu dan makanan kering,
27
ada juga yang membawa mie instan.
Malah ada yang diminta membawa telur asin, namun sesampai di hotel , telur asin
tersebut telah menjadi hancur tidak karuan, sebab ternyata tas jamaah yang
telah kami persiapkan , dalam bongkar muatnya tidak ngati-ati sehingga banyak
barang-barang yang hancur, selain telur asin tersebut masih banyak keluhan dari
jamaah lain tentang kerusakan
barang-bawaannya .Ada yang opyak , piringnya pecah, ada yang sangu sablok atau
periuk juga penyok tidak bisa dipakai, barang-barang bawaan milik saya Alhamdulillah aman, saya kebagian membawa mie instan dan sambel
kacang serta kering, semua aman-aman saja.
Selain sangu makanan yang
sudah saya sebut diatas , kami juga sepakat urunan seratusan Reyal, untuk membeli ubo rampe
termasuk peralatan memasak, seperti kompor, magij jar . Ternyata disana tidak
gampang ,mencari peralatan yang baik kualitasnya , kebanyakan buatan China yang
harganya murah tetapi mutunya rendah, berkali-kali peralatan tersebut membikin
masalah, malah pernah terjadi hampir-hampir dapur hotel tempat kami memasak
kebakaran, sebab kami tidak paham bagaimana cara pengoperasiannya atau mungkin
memang kwalitasnya rendah , untuk itu karena peralatan masak yang telah dibeli,
ngadat maka kami inisiatif untuk mencari
lauk sendiri-sendiri, dari kelompok hanya disiapkan nasinya, sedangkan untuk lauk
dan sayurnya jamaah membeli sendiri, makanya kami sangat senang dengan
kehadiran pedagang asongan yang menjual sayur dan lauk-pauk apalagi harganya
murah , saya dengan istri hanya cukup mengeluarkan 5 reyal untuk sekali makan, nasi
2 bungkus,lauknya 2 bungkus , sayur 1 bungkus sembari nganyang agar kuahnya
dikasih banyak , agar cukup untuk berdua.Malahan kadang kala bisa beli burjo
alias bubur kacang hijau yang harganya juga satu riyal, kadang juga bakwan yang
besarnya seukuran piring kecil pokoknya kalau makanan di Makkah murah sekali
28
Kegiatan Harian.
Hari kedua dan seterusnya
rutinitas yang kami lakukan adalah beribadah ke masjidil haram yang jaraknya
dari hotel sekitar 2 km, setiap pagi dan sore hampir setiap hari kulalui
jalanan menuju masjid , melewati jalan beraspal dengan gedung dan bangunan yang
menjulang disisi kanan dan kiri jalan yang kami lewati, sepanjang jalan
dipenuhi pedagang asongan, pengemis dan muto’ak (polisi agama) , asykar
(tentara) dan jama’ah haji yang berjejalan, hampir setiap waktu jalanan macet,
karena antrean manusia yang hendak pulang dari masjid, saya heran barangkali
hanya di sinilah dipermukaan bumi ini yang macet hanya gara-gara orang mau
berebut jalan duluan, tidak aneh karena pada hari menjelang pelaksanaan ibadah
haji , sekitar 2-3 juta manusia berkumpul.
Masjid tidak pernah sepi
hampir setiap waktu selalu ada ratusan ribu orang yang berada didalam masjid,
katanya kalau masjid penuh berarti
sekitar 900.000 orang ada didalam masjid . Saya biasa melakukan Towaf ,
kalau waktu masih memungkinkan , kalau bisa dipelataran ka’bah dan tidak
terlalu banyak jama’ah saya bisa menyelesaikan 7 putaran dalam waktu 45 menit,
tetapi kalau dilantai 2 bisa sampai 1 jam 15 menit sebab jarak lingkarannya
semakin lebar.
Setelah towaf , kemudian kerap sekali
saya berdo’a di Multazam yaitu garis antara pintu Ka’bah dan Hajar Aswad ,sebab
diMultazam itu mustajab untuk berdo’a
pada Allah, biasanya saya bertahan di Multazam sampai selesai
pelaksanaan sholat fardhu.
Kadangkala saya mernahke
istri dan mencarikan shof yang nyaman diantara jama’ah perempuan, istriku
senang memilih diantara jama’ah yang bukan dari Indonesia kadang ada diantara
jamaah Pakistan , India, Banglades atau bahkan kerap diantara jamaah Nigeria
sehingga istriku akan nampak seperti
29
benda putih mungil diantara lautan
mutiara hitam, Subhanallah.
Setelah saya titeni letak
shofnya, saya maju mendekati Ka’bah,
setelah sholat sunat kemudian aku membuka Alqur’an untuk nderes atau tadarus,
bahkan aku kadang nglegakke nangis mohon ampun pada Allah , mengingat sangat banyak
sekali dosaku, tak jarang surban yang kupakai sampai basah oleh cucuran air
mata, tapi serasa hatiku jadi semakin dekat kepada Allah , merasa banyak dosa
dan mengharap sejuta ampunan.
Sambil ,menanti datangnya
waktu sholat kadang kala aku mengajak istriku untuk melihat segala sudut ,
penjuru masjidil haram, setelah berjalan keliling kemudian naik sampai ke
lantai 3 , setelah itu kami turun lagi melalui tangga manual yang lantainya
terbuat dari marmer pualam putih kehitaman dan apabila dipegang akan terasa
dingin , sering istriku kuajak berhenti sebentar sambil mengagumi tralis besar
yang terbuat dari kuningan , tetapi karena saking bersihnya sehingga kelihatan
seperti terbuat dari batangan emas, istriku sering kuiiming-imingi dan
kukatakan tralis ini terbuat dari emas murni , istriku terhenyak dengan mata
terbelalak karena takjub.
30
DIDORONG
ASYKAR WANITA
DITEGUR
ASYKAR PRIA
Aku teringat ketika pertama
kali masuk masjidil haram, aku merasa seperti didalam mimpi sampai- sampai kucubit tanganku untuk
meyakinkan apakah aku betul-betul ada didalam masjidil haram atau hanya mimpi,
e , ternyata benar , aku tidak sedang bermimpi, ketika kulihat Ka’bah maka
bergetarlah hatiku , bulu kudukku merinding , air mataku tak terbendung ,
sambil menahan takjub saya lalu melafalkan do’a melihat Ka’bah seperti yang
kupelajari dalam buku manasik haji terbitan Departemen Agama , yang bunyinya “ Allahumma
zid hadhal baitika tasrifan wa takdhiman , wa mahabatan...., belum selesai
kulafal do’a itu tiba-tiba ada orang yang mendorongku dari belakang sagat
keras, aku kaget setelah kutengok ternyata seorang wanita berbaju hitam yang
memakai burkah atau cadar , megingatkan aku agar tidak menghalangi jalan, aku
jadi keloro-loro , oalah wong lagi ndonga kok di jorok-jorokno, setelah
kupandangi lagi dengan seksama ternyata wanita itu asykar (tentara perempuan)
yang mengatur ketertiban jama’ah didalam masjid, aku diperingatkan karena
kebetulan ketika aku melafal do’a tersebut posisiku ditengah jalan , sehingga
mengganggu jama’ah lain yang hendak lewat.
Saya pernah berhenti didalam
masjid setelah subuh, kurang lebih satu jam, biasanya selesai sholat subuh jam
06.05 waktu arab saudi, kemudian masuk waktu dhuha jam 07.01 menit, setelah
dhuha kami beranjak pulang, berarti tinggal dimasjid dulu sekitar 1 jam, tetapi
setelah kaluar masjid menuju jalan kehotel ternyata jalanan masih macet oleh
kerumunan manusia, jangankan mau mencium Hajar Aswad atau Towaf di depan Ka’bah
dijalanan saja orang pada berjubel.
31
Ternyata ditanah haram tidak
boleh bercanda yang berlebih-lebihan , istilah jawanya clelekan , tidak boleh ,
bahkan mengganggu orang walaupun bermain-main akan memperoleh akibat yang tidak
baik. Pengalaman itu kualami sendiri , kalau hendak pergi atau pulang dari
masjid biasanya orang-orang akan uyel-uyelan dan antri didepan pintu lift ,
terutama yang tinggal dilantai atas , kadang-kadang untuk antri didepan lift
itu kalau dibuat jalan menaiki tangga bahkan sudah dapat sampai didalam kamar
sementara ,yang nunggu didepan lift belum beranjak. Nah begitulah aku sering
tidak naik lift karena tidak tlaten antri ,juga kurang begitu nyaman sebab lift
sudah tua, takut macet atau putus tali selingnya seperti dalam film-film aksi
itu, maka aku lebih sering naik tangga secara manual, namun lagi-lagi karena
iseng, sambil naik tangga aku sering memencet-mencet tombol, ketika sampai
kelantai 1 , dua atau tiga, dengan begitu pasti lift akan berhenti dilantai
yang tombolnya kupencet, padahal kan ndak ada yang antri, artinya aku hanya
iseng saja, sambil tertawa cengar-cengir. Rupanya perbuatan itu sangat
mengganggu jama’ah lain tanpa kusadari.
Mungkin Allah menegurku, tiba
tiba badanku terasa panas tidak karuan sampai-sampai istriku bingung mencari
dokter kesana kemari, mencarikan obat untuk menurunkan panasku, tidak lupa
meminta tolong kawan-kawan untuk mengobatiku, sampai-sampai kawanku yang
kebetulan paling sepuh, memberi jampi-jampi kepadaku namun tak kunjung reda
juga panasku, dalam kepayahan aku teringat akan perbuatanku yang mengganggu kepentingan
jama’ah lain, spontan aku membaca Istighfar mohon ampun pada Allah, e..e..,
tiba-tiba panasku mereda aku dapat kembali pergi kemasjid. Sampai dimasjid aku Thowaf , sholat sunat dan
tidak lupa mohon ampun pada Allah , aku sehat seperti sedia kala.
32
Ada lagi pengalaman yang paling unik sekaligus menggelikan, yaitu
bagaimana jama’ah yang kebetulan berangkat bersama suami atau istrinya termasuk
saya juga sama istri, praktis untuk kegiatan seksual alias hubungan suami istri
agak terganggu, namun setelah Tahalul atau setelah Umroh keinginan untuk kumpul dengan
istri kok malah menggebu-gebu, mau cari kesempatan juga sulit sebab hampir
setiap saat kamar hotel terus terisi jama’ah . Namun ternyata toleransi para
jama’ah haji sangat tinggi dan mereka-mereka tahu kebutuhan suami istri , lha
caranya bagaimana ? , apa kamarnya dibuat sekat-sekat atau barangkali setiap
bed ditutupi dengan tumpukan tas-tas besar, ternyata ada cara yang lebih
manusiawi . yiatu kawan-kawan berangkat kemasjid pagi pagi sekali, jam 01.00
Was , mereka sudah berangkat semua , aku sempat kaget, bisa- bisanya mereka
tidak membangunkan aku atau istriku, tapi ternyata hal itu sudah direncanakan
oleh mereka, tidak menyia- nyiakan kesempatan itu , jadilah aku dan istriku
mandi keramas .........,
Sorenya ketika mereka pada
pulang dari masjid banyak yang ketawa ketiwi dan menyindir kami berdua,
ha..,ha,ha...,
Setelah beberapa hari di
Makkah, maka tibalah saat pelaksanaan ibadah haji, tangal 8 zulhijjah kami
bersiap siap untuk diberangkatkan ke Arofah untuk melaksanakan Wukuf,
perjalanan ke Arofah , walaupun tidak begitu jauh tapi memakan waktu yang agak
lama , karena jalanan macet, pantas saja wong pada waktu itu jamaah haji
sedunia pada ngumpul tumplek blek ke padang Arofah untuk melaksanakan wukuf,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw “ Al- Khajjul Arofah “ Artinya haji
itu intinya adalah wukuf di Arofah, jadi kalau ada jama’ah haji yang tidak
melaksanakan wukuf diarofah berarti hajinya tidak sah alias batal, maka semua
jama’ah baik sehat maupun sakit dibawa semua ke padang Arofah, termasuk yang
sedang sakit keras tetap dibawa untuk Wukuf
33
walaupun Wukufnya ada diatas mobil
ambulan, pokoknya harus masuk ke wilayah Arofah, inilah yang sangat riskan ,
kadang jama’ah haji tidak faham , apakah tempat berhentinya itu sudah masuk
wilayah Arofah atau belum, sebab untuk garis batas wilayah Arofah hanya
ditandai tulisan pada plang yang tinggi dengan tulisan kalau tidak salah
“Arofah Gate”.
Di Arofah, kami datang di
Arofah, malam menjelang Wukuf, ada perbedaan pendapat katanya yang benar malam
wukuf itu mestinya jama’ah haji berada di Mina kemudian menjelang Wukuf atau
ba’da Zawal Jama’ah memasuki Arofah untuk Wukuf. Tapi katanya kalau hal itu
dilaksankan akan menimbulkan kemacetan dalam hal pengangkutan jama’ah oleh
naqobah , tapi yang penting kami semua manut apa yang dikatakan para pembimbing
, jadilah kami semua menginap di Arofah. Di Arofah kami semua tidak memasak
makanan , sebab semua makanan telah disediakan oleh maktab, setiap maktab yang
terdiri dari 7 kloter mendapat satu kawasan yang berdiri tenda-tenda dengan
kapasitas jama’ah kurang lebih 2750 sampai dengan 3000 jama’ah, dalam kawasan
itu sudah tersedia dapur umum, kamar mandi , toilet . Setiap jadwal makan para
pekerja akan membagi-bagikan makanan kepada kami , dengan dibantu oleh ketua
Kloter maupun ketua rombongan dan ketua regu, pokoknya kalau untuk urusan makan
kami lebih dari kecukupan, hanya saja masalah menu kami tidak ada kewenangan
memilih, pokoknya setiap hari menunya hanya sayur buncis, sampai-sampai ada
pemeo mengatakan sesama kawannya dengan istilah “Kaji Buncis” , untuk urusan
minum juga begitu , setiap saat disekitar dapur umum itu ada kran-kran air yang
mengalir air panas setiap saat butuh air panas tinggal , kita buka kran tersebut,
pagi dan sore sering ada pembagian susu bubuk tapi lagi-lagi , jamaah banyak
yang tidak tertib , ketika antri mengambil susu skim tersebut banyak yang pakai
“aji mumpung”
34
ambilnya pakai gayung yang untuk
ciduk mandi, maka banyak kawan yang tidak kebagian, sementara yang ngambil
porsi banyak akhirnya tidak dimanfaatkan dengan baik.Belum lagi buah-buahan
kami juga sangat kecukupan , biasanya buahnya kalau tidak Jeruk kadang kadang
Apel merah, kwalitas baik, bahkan ada jamaah yang baru ngrasakke Apel merah, ya
ketika di Arofah itu.
Setelah Sholat Dhuhur dan
Ashar dijamak Taqdim Qosor, kami mulai melaksanakan Wukuf , dipimpin oleh
seorang Muballigh yang ditunjuk oleh Ketua Kloter kami bersama malaksanakan
Wukuf, pada saat mendengarkan khutbah wukuf, hampir semua jamaah menangis
tersedu sedan, mengingat dosa-dosa yang telah diperbuat dan senantiasa memohon
ampunan kepada Allah Swt, banyak juga jamaah , yang memohonkan ampunan dan
memanjatkan do’a untuk sanak keluarga dan handai tolan yang berada di tanah
air. Setelah khutbah wukuf selesai dilanjutkan dengan pembacaan wirid yang
sudah ada teksnya dalam buku manasik , panjang sekali, mungkin wirid paling
panjang yang pernah kami lakukan , biasanya kan hanya beberapa kalimat saja
tapi wirid yang ini sangat spesial.
Selesai wirid, banyak jamaah
yang masih meneruskan do’a- do’a khusus untuk pribadi masing-masing. Sedangkan aku ,
akupun sibuk mendo’akan kawan-kawan dan Saudara yang titip untuk dido’akan
diArofah pada saat Wukuf, karena saking banyaknya yang titip do’a untuk
dibacakan maka aku menyuruh orang – orang tersebut untuk menulis dalam buku
saku kecil yang berisi tentang ,siapa yang menulis mohon dido’akan apa , dengan begitu Insya Allah saya tidak akan lupa , maka
setelah wukuf selesai akaupun mulai mendoakan
35
orang orang yang telah menulis dalam
bukuku satu persatu, bahkan saking asyiknya aku hampir lupa untuk berdo’a untuk
ku sendiri dan istriku.
Banyak juga jama’ah yang
berteriak teriak sambil menangis , memanggil Saudaranya yang ada ditanah air,
biasanya mereka mencara tempat yang agak tinggi, mungkin mereka beranggapan
kalau tempatnya agak tinggi,akan menambah khusyuknya do’a .
Ada juga jama’ah yang sampai
naik ke bukit-bukit yang berdekatan dengan padang Arofah, pokoknya serba
mengasyikkan, rasa-rasanya ingin sekali berlama-lama dipadang Arofah, untuk
selalumemanjatkan do’a-do’a.
Menjelang Maghrib kami mulai
diperintahkan untuk siap-siap meninggalkan Arofah menuju Muzdalifah, karena
menunggu trip pemberangkatan bis yang akan menuju Muzdalifah, dan kebetulan
kami bukan trip pertama , maka kami masih sempat sholat jama’ qosor takdim Maghrib dan Isya’ di padang Arofah, setelah
itu kami berangkat menuju Muzdalifah untuk mabit (menginap) disana .
Sampai di Muzdalifah jam
menunjukkkan pukul 19.00 Was, masih sangat gasik padahal kami harus amabit di
situ dan akan diberangkatkan ke Mina , paling awal setelah tengah malam, disitulah mulai terjadi banyak
masalah, terutama untuk jama’ah haji laki-laki, banyak yang kedinginan
bagaimana tidak wong suhu pada waktu itu
mungkin sekitar 9 drajat celcius, di tempatkan pada padang terbuka tanpa atap
sedangkan angin bertiup sangat kencang, hampir-hampir kami tidak tahan
menahan dinginnya udara pada saat itu,
namun Allah maha menolong , banyak jama’ah yang untel –untelan , ngesuk-esuk
kawannya hanya untuk sekedar menahan dinginnya malam. Padahal saat itu kami
berpakaian Ihrom, dimana pakaian Ihrom untuk laki-laki , kan tidak boleh pakai
celana, tidak boleh pakai tutup kepala maupun memakai kaos kaki, jadinya kami
semua pringisan menahan dinginnya Muzdalifah .
36
Aku malah banyak merenung ,
inilah saat jama’ah introspeksi, bukankah itu gambaran kehidupan akherat dimana semua orang kedudukannya sama
tidak ada birokrat, pejabat maupun ningrat semua sama merasakan dinginnya malam
, bahkan kalau kami rasakan seolah olah tidak lebih berharga daripada
gelandangan, gelandangan masih bisa berlindung dibalik selimut atau mungkin
kemulan tikar, kalau jama’ah haji pada saat di Muzdalifah tidak diperbolehkan
berselimutkan sesuatu yang berjahit. Subhana Allah.
Karena saking banyaknya
jama’ah , kalau ndak salah setiap kawasan diisi sekitar 1575 orang , jadi
setiap maktab itu terdiri dari sekitar 7 kloter setiap kloter 325 orang ya
antara 1500 orang perkawasan nanti menunggu bus penjemput yang dalam istilah
arabnya Taradudi, dulu waktu awal mula diberlakukan sistim ini banyak jama’ah
haji yang terlantar bahkan banyak yang ngamuk-ngamuk karena tidak kebagian
jemputan padahal hari sudah menjelang siang, mestinya jama’ah dijemput paling
akhir ba’da shubuh, namun karena jalanan macet maka bis-bis penjemput hanya
bisa berhenti saja ndak bisa jalan, bayangkan sekitar 2 juta orang berjubel di
Muzdalifah dan ingin segera ke Mina untuk melotar jumroh.
Saya dan kawan-kawan ,
Alhamdulillah tidak terlantar, cuma banyak yang masuk angin, bolak-balik
kekamar kecil padahal mesti ngantri , dan kalau tidak hati-hati dan titen
bisa-bisa nyasar ke tempat rombongan lain dan tentu akan menjadi pekerjaan
tambahan bagi ketua regu , ketua rombongan maupun ketua kloter.
Lewat tengah malam jamaah
mulai dijemput trip pertama untuk diantar menuju mina untuk melontar
jumroh.Namun yang paling tidak bisa kami lupakan adalah bagaimana kami semua
mabit (manginap) dimuzdalifah, Allah betul betul memberikan pelajaran bagi
semua jama’ah haji (diwelehke) ,
37
terutama orang-orang yang dulunya
sombong, kurang bersyukur, semugeh dan sifat-sifat lain yang tercela ternyata
setelah merasakan mabit di muzdalifah rasa-rasanya lebih berharga gelandangan
dari pada jama’ah haji , yang waktu itu berpakaian ihrom dan bagi laki-laki
tidak berjahit dan tanpa memakai celana dalam, yang terasa hanyalah dingin yang
mencekam kalau tidak salah suhu pada waktu itu antara 10 s.d 12 drajat celcius,
mungkin lebih dingin dari pada puncak di Jawa barat atau Tretes di Jawa timur. Aku tidak mengira
bahwa kami akan lama berada di muzdalifah apalagi kami tidak tahu kapan akan
dijemput, sedangkan bahan makanan, kami tidak sempat membawa dan ternyata di Muzdalifah
tidak ada pembagian makan, boro-boro mau makan, bisa tidur nyaman saja sudah
merupakan karunia yang amat besar.
Mulai jam 00 waktu setempat ,
para jamaah mulai dijemput bis-bis dan mestinya urut perkloter atau trip, tapi
karena orang-orang panik dan jumlahnya banyak, maka penjemputan tidak bisa
teratur. masing-masing orang berebut ingin naik bus duluan, padahal mereka
tidak tahu mau dibawa kemana, tahunya hanya di Mina, Mina saja tanpa tahu
kawasan itu terletak dimana. Saya mengamati jamaah rupa-rupanya tidak lagi
dapat diatur oleh ketua rombongan ataupun ketua kloter sekalipun, maka aku
berinisiatif sama dengan mereka, pokoknya segera meninggalkan Muzdalifah
secepatnya walaupun tidak tahu mau dibawa kemana, saya menggamit istri sambil
menjinjing tas tenteng yang berisi perlengkapan macam-macam, akhirnya aku
terpisah dari regu maupun rombongan namun masih pada kloter yang sama, aku naik
bis bersama istri dengan tatapan mata dari jamaah lain , sebab mereka mungkin
merasa tidak mengenal aku berdua , tapi saya mantep saja sebab kami telah bersama,
berdua dan tidak ada yang perlu saya khawatirkan lagi. Rupa-rupanya jama’ah
sudah demikian lelahnya sampai- sampai, saya berinisiatif mengajak membaca
38
Talbiyah, seperti tuntunan pada buku
manasik, namun sayang tidak ada orang yang mau mengikuti ajakanku, ya terpaksa
saya dan istri saling menyahut untuk membaca talbiyah, sampai terkantuk –
kantuk dan tiba-tiba sopir bis memberikan aba-aba dan isyarat bahwa kami telah
sampai ditempat yang dituju yaitu Mina.
39
MELONTAR JUMROH
Saya bergegas turun mengikuti
orang lain yang juga pada turun, lantas saya mengajak istri untuk mencari
maktab atau semacam tenda yang ada nomornya 20.
Mina adalah suatu kawasan
yang tidak pernah terbayangkan dalam memori otakku, seingatku Mina itu adalah
lembah yang dikelilingi oleh bukit batu, tandus sejauh mata memandang yang
tampak hanyalah tenda-tenda yang hampir semuanya sama , baik bentuk maupun warnanya. Kami
mendapat tempat yang agak jauh dari Jamarot (Tempat melempar jumroh), kira-
kira dua kilometer.
Setelah kami berdua turun
dari bus lalu clingak- clinguk , mencari-cari tempat maka kudapat tempatnya
yaitu maktab 20, saya lalu berusaha membuat titenan kalau nanti kami pergi, apa
yang dapat saya jadikan ancer-ancer agar tidak pangling atau kesasar ketempat
lain. Aku lalu mendongak keatas , terlihat ada tiang beton besar , hampir 3
kali tinggi tiang listrik di Indonesia, tiang beton itu ada plang nya
bertuliskan angka 100 dalam huruf arab (kelak tiang beton itu, saya jadikan
ancer-ancar).
Saya bergegas masuk tenda
bersama istri , lalu meletakkan tas, sebetulnya kami ingin istirahat barang
sebentar, waktu itu jam menunjukkan pukul 02.00 waktu setempat, belum lagi kami
sempat merebahkan badan , ternyata kawan-kawan kami satu rombongan sudah pada
berdatangan, dan mengajak kami untuk turut serta melontar jumroh pada saat itu
juga, dengan perhitungan biar capek sekalian, nanti istirahatnya setelah melontar Jumroh Aqobah. Aku bergegas
menggamit istriku sambil berjalan mengikuti arus manusia yang berduyun-
duyun.Perjalanan menuju Jamarot (tempat melontar jumroh) ternyata
40
agak jauh juga, selain jauh juga
sepanjang jalan penuh dengan barisan jamaah haji dari berbagai negara , setelah
berjalan sekitar 1 km , sampailah kami di Terowongan Mina , yang dulu banyak
memakan kurban meninggal karena berdesak-desakan. Namun pada saat ini, terowongat sudah dibagi dua ,satu untuk keluar dan yang
satu jalan untuk masuk. Tapi tetap saja terowongan itu berkesan angker karena
jaraknya sangat panjang dan di dinding atas terowongan terdapat blower untuk
suply pergantian udara , sangat besar dan suaranya kemrosok seperti suara
pesawat Jet.Saking
kuatnya blower menyedot angin , sampai sampai banyak botol-botol minuman
kemasan yang tersedot dan menempel pada sisi luar blower, aku lalu berfikir
,kalau pakai peci , bisa-bisa pecinya katut kesedot.
Rasa-rasanya seperti mau
berangkat perang, diiringi lantunan Talbiyah kami terus bergerak maju, menuju Jamarot
,sementara itu kelompok kami mulai kocar-kacir , apalagi mendekati wilayah Jamarot,
kami berdua serasa didorong oleh kekuatan yang amat dahsyat , bahkan untuk
berhenti saja, kami tidak bisa , kami terbawa arus jutaan manusia, diantara
orang-orang kulit hitam yang besar-besar dan tinggi badannya rata-rata diatas 2
m, tiba –tiba kami terdesak maju, tapi rupa-rupanya kami terdesak naik ke Jamarat
yang lantai 2 . Duhai, mulai ngeri kurasakan, kalau bukan karena Panggilan
Dawuh Allah , mungkin aku dan istriku tidak akan sanggup lagi.Apalagi sebelum berangkat aku sempat diwanti-wanti sama
paman, agar aku ,tidak melontar jumroh dilantai atas, katanya gawat, berbahaya
, banyak yang menjadi korban dan bahkan katanya lagi, kalau terjadi
desak-desakan tidak bisa lari, padahal untuk bisa lolos apabila terjebak pada
lantai dua itu tingginya sekitar 4 meter.
Setelah mantap melontar dari
lantai dua, aku menggandeng istriku dengan kencang, seolah- olah kalau mungkin
terjadi sesuatu , hidup maupun mati kami
41
tetap berdua. Aku lalu bertanya pada
lelaki Nigeria , hadha jamarot ? Aqobah ? lelaki yang kutanya lalu menunjuk Jamarot
yang paling jauh dari arah aku masuk, berarti paling dekat dengan arah
ka’bah.Kami lalu mendekat dengan berdebar, tergesa-gesa dan penuh semangat
yang berkobar kami berdua melontari
Jumroh Aqobah , dengan kerikil yang kami persiapkan sebanyak 7 kali.
Setelah selesai melontar aku lalu menggandeng
istriku, mencoba melongok memastikan berapa ketinggian lantai 2, Jamarot itu,
namun belum lagi kami sempat melongok, rupa-rupanya ada Asykar penjaga yang
melihat kami, lalu dia berteriak , Haji, haji mamnu’ , ruh,ruh, !! artinya
Haji’haji, jangan kesitu dilarang, pergi,pergi ! mungkin itu maksudnya , sambil
pating plongo kami berdua, bergegas
turun dari lantai 2, Jamarot menuju jalan raya, sesampai dibawah barulah kami
sadar, bahwa kami terpisah dan tidak tahu jalan pulang.
42
CUKUR GUNDUL
Sebelum kami mencari jalan
pulang, aku teringat Hadist Rosul Muhammad Saw, bahwa barangsiapa yang bercukur
habis rambutnya setelah melaksanakan melontar Jumroh Aqobah, maka rasul akan
mendo’akan sampai 3 kali, teringat kata-kata itu maka aku tak menyia-nyiakan
kesempatan, kucarilah orang-orang yang bersedia mencukur rambutku, aku lantas
,mencari barber shop tapi ternyata setiap barber shop, yang kumasuki telah
penuh sesak dengan orang-orang yang hendak bercukur, bahkan sampai banyak yang
ngantri.Maka saya berinisiatif mencari tukang cukur lain, dan ternyata
disepanjang jalan pulang dari Jamarot banyak orang-orang yang bercukur dipingir
jalan, akupun tak ketinggalan ikut mengantri , setelah kutanyakan pada tukang
cukurnya berapa taripnya, saya bilang” kam riyal ya syeikh ? dia lantas
menjawab ngasaro riyalin!, aku mengangguk, murah , batinku, namun aku masih
harus ngantri 3 orang lagi. Sambil ngantri kepalaku tiba-tiba diguyur dengan air
, yang ditaruh dalam botol air mineral, entah air apa ? saya berharap air
zam-zam. Tukang cukur itu mencukur dengan sangat cepat, setelah rambutku basah
oleh air yang dia siramkan , dia lantas memulai mencukur rambutku dengan
garukan pencukur, saya hanya sempat meminta “jadid,jadid” maksudku minta silet
yang yang baru, saya takut tertular penyakit kulit atau bahkan Aids ,sebab yang
cukur disana, kan orang-orang dari seluruh dunia, siapa tahu seseorang
menularkan penyakit, ini hanya ikhtiar saja. Setelah mengganti dengan silet
yang baru, sambil komat-kamit dia mulai mencukur, yang sangat mengherankan saya
, alangkah cepatnya dia mencukur, untuk mencukur kepalaku dia hanya memerlukan
waktu tidak lebih dari lima menit, sudah bersih dan licin lagi.
Sungguh fantastis untuk ukuran orang bekerja
hanya dalam tempoh lima
43
menit dia bisa mengantongi 10 reyal,
berarti kalau 1 jam ,dia bisa mengantongi uang 120 riyal, Allah Maha pemberi rizki, padahal
selama 1 hari 1 malam dia bisa mencukur nonstop, bayangkan kalau
dia bisa bekerja 20 jam saja, uang yang didapat sejumlah 2400 reyal atau
setara dengan uang rupiah senilai 6 juta rupiah, bayangkan 6 juta rupiah dalam
satu hari hanya untuk tukang cukur, aku jadi teringat kawan-kawan kita orang
Madura kalau mau Hijrah ke sana pada saat lontar Jumroh itu, betapa kantongnya menjadi
tebal.Kebanyakan yang jadi tukang cukur disana adalah orang Banglades, yang aku
herankan , setelah mereka selesai mencukur kepala seseorang , maka setelah itu
akan ditepuk-tepuk kepala orang yang dicukur, mirip orang menepuk-nepuk buah
nangka, malahan kadang agak terlalu keras sehingga banyak jamaah haji yang
kaget lantas clila- clili, sambil melepaskan uang 10 reyal.
Istriku tersenyum-senyum
melihat kepalaku gundul, mirip Bikshu Saolin, aku juga tersenyum-senyum dan
sedikit bangga bahwa karena Allah lah aku rela melepaskan mahkota kebesaranku.
Sepanjang hidup aku belum pernah mencukur gundul rambutku, bahkan dulu ketika
masa plonco pada saat masuk SMA, mestinya rambut saya dicukur plonthos alias
gundul, tetapi dengan berbagai alasan saya tidak bersedia, akhirnya aku dapat
dispensasi hanya dicukur cepak mirip tentara.
Setelah aku selesai Tahallul Awal
atau melakukan salah satu rukun diantara Jumroh Aqobah dan Towaf Ifadhoh,
berarti aku telah dibolehkan melepaskan baju Ihrom untuk berganti dengan
pakaian biasa, lega rasanya sebab berpakaian Ihrom itu sangat riskan dan rawan
, kalau tidak hati-hati menjaga ihrom bisa-bisa kena denda, yang jelas rasa
dinginnya itu, dan senantiasa harus selalu kontrol apabila hendak duduk dan
melakukan aktifitas lain, sebab bisa-bisa secara tidak sengaja , aurot
kita terbuka, disamping malu,
44
rasa-rasanya juga sungkan pada
orang-orang yang kebetulan melihat, belum lagi kadang kala pakaian ihrom yang
atas, yang diselempangkan mirip selendang, sering kali melorot dan kalau tidak
hati-hati bisa terkena najis , terutama di saat mau buang hajat dikamar mandi.
Maka setelah saya selesai
melontar jumroh aqobah dilanjutkan dengan mencukur rambut sampai gundul, aku
lalu bergegas mengajak istriku untuk pulang ke perkemahan di Mina, kalau tidak
salah mungkin waktunya menjelang Shubuh, aku berdua lalu berjalan pelahan
sambil mengingat-ingat kira kira dimana letak penginapan kami, namun agaknya
kami berdua bingung mesti kearah mana, sebab disana kebetulan aku lupa arah,
tidak tahu lor kidul , wetan kulon, yang kutahu hanya arah qiblat serta kanan
kiri, selain itu aku bingung.
Aku tidak kehilangan akal ,
sambil terus berjalan kami bertanya pada orang orang yang kami temui, tetapi
setelah kutanyakan orang itu ternyata juga sama seperti kami, sedang bingung
mencari arah jalan pulang, aku lalu teringat cerita mengenai hari pembalasan di
padang Mahsyar, dimana semua orang pada bingung , keculai orang yang mendapat
pertolongan Allah, ada tujuh golongan diantaranya adalah, pemimpin yang adil.
Semoga aku mendapat perlindungan Allah, malalui jalur kepemimpinan yang adil, sebab , walaupun
hanya ditingkat kecamatan , aku juga
seorang pemimpin ,yaitu sebagai kepala KUA Kecamatan.
Aku bertanya pada anak-anak
yang memegang bendera Merah Putih, dia adalah para mahasiswa Indonesia di luar
negeri yang dikontrak oleh pemerintah RI untuk membantu kelancaran
pelaksanaan ibadah haji, dan membantu
jama’ah, barangkali jama’ah Indonesia menemui kesulitan, mereka biasa disebut
(Temus) atau tenaga musiman, terdiri dari anak-anak mahasiswa di berbagai
negara di Timur Tengah , namun yang paling banyak yaitu dari Mesir,
45
Pakistan, Qatar, Emirat Arab dan
sebagian besar mahasiswa Indonesia yang sudah mukim di Makkah maupun Madinah.
Menurut pendapat saya, mereka sangat
membantu bagi kelancaran perjalanan ibadah haji, mengingat jamaah haji
Indonesia itu rata-rata tidak bisa berbahasa asing, sehingga untuk komunikasi hanya
bisa mengandalkan bahasa daerah dan sebagaian kecil berbahasa Indonesia. Kalau
tidak dibantu oleh orang lokal ,artinya orang yang mengerti betul bahasa dan
logat orang Indonesia, bagaimana jama’ah akan berkominikasi.
Setelah kutunjukkan nomor
maktab kami yaitu nomor 20, petugas temus itu lalu memandu kami, dengan
menunjukkan arah dan dia menyarankan agar aku terus mengikuti jalur jalan yang
ada bendera Merah Putih dikibarkan, dan disekitar bendera itu, hampir bisa
dipastikan akan ada petugas yang siap membantu mengatasi kesulitan jama’ah haji
dari Indonesia.
Betul juga setelah beberapa
saat kami berjalan sampailah kami di terowongan yang menuju arah maktab kami,
kami lalu berjalan terus sambil mengingat – ingat letak maktab kami, setelah
kami sampai area Mina, tempat kami menginap , tiba tiba aku kehilangan arah
lagi, nomor yang tadinya saya jadikan patokan yaitu angka 100 dengan tulisan
arab, ternyata disana ada angka 100 A dan seratus B, aku tidak ingat, maktab
kami pada angka seratus yang A atau yang B. Kami terus berjalan, sampai nyasar
di tempat maktab orang Malaysia, kami berputar-putar dalam keadaan lelah dan
lapar karena sejak dari Muzdalifah kami belum kepethuk makanan apapun, dan juga
kami belum sempat tidur sejak kemarin, ditambah dengan rasa panik, maka
rasa-rasanya kami berdua telah tersesat, mulai timbul kesal dihati kami
masing-masing, istriku mulai khawatir jangan-jangan kami tersesat jauh dari
maktab, tetapi saya selalu dapat membesarkan hatinya menghiburnya dan berbuat
seolah-olah aku
46
tenang – tenang saja , padahal sama juga
seperti istriku, aku mulai khawatir jangan-jangan kami tidak dapat menemukan
jalan pulang.
Kami berdua lalu mengeluarkan
senjata ampuh, apa senjatanya , yaitu membaca Istighfar , memohon ampun kepada
Allah , barangkali kami kelewat ,dalam kata maupun perbuatan selama kami
melakukan kegiatan melontar Jumroh Aqobah.Allah Maha penerima Taubat, setelah
kami berdua berhenti sejenak , menenangkan diri sambil membaca Istighfar,
lambat laun aku mulai menyadari sebenarnya dimana letak maktab kami.
Aku teringat ketika mau
berangkat melontar Jumroh Aqobah ,pada waktu itu aku merasa, diatas kepalaku
ada mobil melintas, artinya maktabku dibawah jembatan layang, betul juga
setelah kami tengak-tengok, kira-kira 500 meter dari kami berdiri ada jembatan
layang, bergegas kami menuju tempat itu
, betul juga ternyata maktab kami ada dibawah jembatan layang.
Allahu Akbar, akhirnya kami
temukan maktab kami, bahkan Allah memberikan bonus pada kami berdua, bonusnya
adalah kami, dicegat orang dan diberi daging Unta yang telah dimasak, baru kali
itu kami seumur hidup menikmati daging Unta, apalagi gratis. cukup untuk kami
makan sebagai sarapan pagi , bahkan kawan- kawan satu regu juga banyak yang
ikut menikmati, Alhamdulillah.
47
TIDUR
SEPERTI BANDENG
Hari kedua di Mina kami baru
bisa menikmati istirahat, tidur dilantai tanah beralaskan karpet atau bahkan
terpal yang tebal, ya kalau dibawah karpet atau terpal itu kebetulan dapat
tanah yang berpasir rasanya enak, hampir kayak tidur dikasur atau barangkali
lebih tepatnya matras. Tetapi kalau pas dapat yang tanahnya berbatu rasanya
sangat ndak enak dibadan, apalagi kalau pas batunya dibawah kepala tentu tidak
bisa tidur dengan nyaman, tetapi karena kebanyakan jama’ah sudah lelah maka
selepas melontar Jumroh Aqobah banyak jamaah yang tertidur pulas bahkan tidak
sedikit yang memperlihatkan aslinya , mengeluarkan bunyi khas alias
ngorok.Sedangkan tidurnya untel-untelan , lebih tepat seperti bandeng ditata,
seperti gereh kranjangan, aku mendapat tempat yang amat sempit , sehingga
antara aku dan istriku tidak bisa tidur berdampingan, istriku tidur dibawah
kakiku tepatnya , kepala istriku saya kempit pakai kaki, sebab tidak ada tempat
lain yang lebih layak.
Kira-kira pukul 08.00 waktu
setempat , beberapa kawan berkeinginan pergi ke Masjidil Haram untuk melakukan
towaf Ifadhoh, namun karena aku masih mengantuk dan merasa sangat lelah aku
memilih untuk melakukan Towaf Ifadhoh setelah menyelasaikan pelemparan Jumroh
sampai nafar awal atau nafar tsani. Beberapa kawan nekat berangkat ke Makkah ,
termasuk istriku sedangkan aku melanjutkan tidurku, mereka lalu berusaha
mencari angkutan untuk pergi ke Masjidil harom, setelah berjalan kesana kemari,
mereka berusaha mencegat setiap mobil yang lewat untuk menumpang, tetapi
ternyata setiap mobil yang disetop tidak mau berhenti, katanya ada satu yang
mau berhenti, tapi setelah dirembug, sopirnya minta ongkos yang sangat mahal,
masing-masing orang diminta ongkos 100 reyal, waktu itu jumlahnya 7 orang
berarti ongkos
48
seluruhnya sebanyak 700 reyal , kalau
dirupiahkan setara dengan 1.750.000,- , angka yang fantastis untuk ukuran jarak
hanya sekitar 14 km. Setelah tahu ongkosnya segitu, sambil bersungut-sungut 7
orang termasuk istriku pulang lagi ke Mina dengan berjalan kaki, jadinya pulang
dengan tangan hampa, meskipun jadi tambah pengalaman, bahwa pada saat tertentu,
dimanapun orang , apapun warna kulitnya dan apapun warga negaranya setiap ada
kesempatan, akan memanfaatkan kesempatan itu, tidak peduli , orang mau ibadah
atau orang mau wisata, pokoknya pasang tarip setinggi mungkin, bahkan secara
terang –terangan mencekik leher.
Jadilah siang itu kita
menghabiskan waktu untuk tidur-tiduran ditenda, sambil sesekali melongok jalan
diluar tenda , yang tampak hanya pemandangan orang yang hilir mudik saling
bergantian ingin melontar Jumroh, hampir setiap saat dari pagi sampai malam
hari hampir tidak pernah berhenti.
Berebut Kamar Mandi
Yang membuat kami semua agak
tidak kerasan, adalah kurangnya sarana kamar mandi untuk MCK, bayangkan untuk
jumlah jamaah haji sebanyak 3000 an orang , jumlah kamar mandi yang tersedia
kurang dari 50 unit, masing-masing saling dipisahkan antara lelaki dan
perempuan, setahu saya , ada dua tempat didalam kawasan tenda ada 1 blok dan di
dekat jalan masuk ke maktab ada 1 blok lagi, namun yang berada diluar, banyak
orang yang ngantri , sebab semua pejalan kaki bebas untuk masuk kekawasan
tersebut. Kadangkala kalau untuk sekedar ambil air wudhu saya sering memilih,
ada kran khusus untuk wudhu didekat jalan raya, tetapi hanya untuk wudhu ,
sedangkan untuk keperluan lain , seperti kencing dan BAB, harus menunggu
antrian. Bagaimana jadinya kalau kebelet, ya jangan ditanyakan , banyak orang
yang terpaksa cengar-cengir karena orang yang antri depannya , ternyata tidak bisa menahan
49
berak, ya terpaksa jebol deh, jadinya
semua orang yang menyaksikan tersenyum kecut sambil menahan bau akibat jebolnya
pertahanan terakhir. Belum lagi kalau orang yang mengidap kelainan atau sesuatu
penyakit misalnya Diabet, Stroke dan sebagainya , kadangkala tanpa malu-malu
mereka kencing diluar kamar mandi, karena mungkin sudah tidak bisa mengontrol
kencingnya lagi.
Kalau saya boleh usul pada
pihak Maktab,
mestinya fasilitas seperti itu ditambah agar jamaah haji terasa nyaman, memang
butuh biaya besar tapi kan namanya servis juga, jangan mentang-mentang jamaah
kita ini manutan.
Atau mestinya pemerintah RI itu punya
power dan kekuatan tawar yang tinggi jangan cuma monat-manut saja, akhirnya
apa, kadang jamaah kita cuma diKadalin.
Belum lagi , hal –hal yang
lain misalnya pemberian susu atau buah, seringkali belum separoh jamaah yang
mengambil susu , tiba-tiba dikatakan bahwa susunya sudah habis, bisa saja
memang habis betul atau belum habis tapi sengaja disembunyikan, bisa jadi jatah
susu untuk jamaah misalnya 100 karung, baru diberikan 50 karung kan maktab akan
untung 50 karung. Adapun tentang buah, seringkali jamaah mendapatkan buah yang
sudah busuk, tetapi kalau dilaporkan dan ketua kloter komplain kepada pihak
maktab, paling jawabannya hanya minta maaf dan dibilangnya sudah habis, katanya
nanti jatah selanjutnya akan diperhatikan, tapi lagi-lagi buahnya yang datang
kemudian juga banyak yang busuk, wah memang lebih pinter pihak Maktab dari pada
kita. Lagian , jamaah kan gampang lupa hal-hal seperti itu dan kalaupun mau
eyel-eyelan takut nanti hajinya tidak Mabrur sebab banyak rafath dan
jidalnya.
Karena kami berencana akan
melontar jumroh hari kedua pada malam hari, kenapa malam hari ? menunggu
antrian manusia agak sepi, sebab kalau pagi atau siang hari, biasanya para
jamaah yang gedhe-gedhe , antara lain dari
50
Nigeria, atau Afrika dan Eropa
termasuk Turki pada berjibun , berdesak-desakan berebut waktu Afdhol, yaitu
waktu yang paling baik untuk melontar Jumroh sebagaimana dicontohkan oleh nabi
Muhammad SAW, dimana waktunya adalah pagi setelah Dhukha dan Ba’da Zawal,
artinya kebanyakan diambil waktu siang. Karena pertimbangan tersebut, dan
jamaah kami banyak yang tua dan “krepo”, krepo itu artinya sudah tidak perkasa
lagi, kasihan kalau harus berdesak- desakan. Toh begitu malam hari juga tidak
sepi nyatanya juga masih berdesak desakan dan kalau tidak hati-hati serta
waspada bisa-bisa kita tidak berhasil melontar, malah kadang kala dahi kita
bisa berdarah karena terlempar oleh orang yang salah sasaran dalam melontar
Jumroh, atau malah disangkanya kita ini setan, lalu dilempar dengan batu, ya
..., berdarah deh.
Itulah pertimbangan kami , pokonya kalau melontar malam
hari, setidaknya mengikuti anjuran pemerintah melalui ketua Kloter, bahwa untuk
bangsa Indonesia yang bertubuh kecil-kecil ini dihimbau untuk melontar pada
malam hari, meskipun malam hari juga padat, tetapi kebanyakan yang melontar
juga , bangsa-bangsa yang mempunyai fisik rata-rata kecil, kayak Indonesia dan
Malaysia.
Padahal kalau di pikir-pikir, jamaah kita ini terbanyak
yang berada di Jamarot, kalau saja tubuh kita ini gagah, sejajar dengan mereka
yang dari Afrika, maka pastilah mereka pada minder, karena apa ? hampir 10
persen jamaah haji disana itu orang Indonesia, bayangkan kalau ada jamaah haji
10 orang berarti Indonesianya satu, maka jangan heran kalau dimana-mana kepetuk
orang Indonesia, yang kesasar dan terbengong-bengong juga orang Indonesia, yang
seneng belanja di toko-toko dan di pasar Seng juga orang Indonesia.
Pokoknya kalau kwantitas jangan khawatir , kita paling
banyak disana, dan katanya jamaah kita ini paling tertib, tidak banyak masalah,
apalagi
51
melawan Askar atau petugas,
pokoknya dalam hal ketertiban jamaah kita patut mendapatkan acungan jempol.
Sering orang-orang sono mengatakan, Indonesia toyib, Indonesia khoir dan pujian
lain yang berisi rasa simpati terhadap orang Indonesia. Namun jangan ditanya
kalau ada antrian pembagian shodaqoh
atau ada pemberian shodaqoh berupa makanan atau apapun, maka yang paling banyak
ngantri juga orang Indonesia,he..he.., gitu to ?
Melontar Hari Kedua.
Kami melontar hari ketiga juga malam hari lagi, dengan
pertimbangan sama, yakni agar aman,tidak berdesakan dan dapat melontar dengan
penuh konsentrasi. Kami berangkat sekitar jam 02.00 waktu setempat, setelah
mematangkan strategi, yaitu masing-masing dari kami, yang masih muda membimbing
jama’ah yang sudah tua, kami bertugas mengawasi sekaligus membimbing agar
sukses sampai lontaran Jumroh ula yaitu jamarot yang terjauh letaknya dari arah
Ka’bah. Pada lontaran ke dua, yaitu hari kedua atau tanggal 11 dzulhijjah, kami
dapat melontar dari lantai 1 (Jamarot terdiri dari 2 lantai). Masing-masing
Jamarot dilontar sampai tujuh kali dan yakin bahwa tujuh buah kerikil tersebut dapat mengenai dinding Jamarot.
Alhamdulillah, Jamarot tahun ini
sudah dibuat, seperti tembok yang memanjang, saya mengandaikan seperti layar,
jadi sangat mudah untuk dilontar, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana
Jamarotnya adalah sebuah tugu atau tiang , yang agaknya sangat sulit untuk
dilempar yang mengenai sasaran, kerikil mengenai tugu dan jatuhnya kerikil
masuk ke marma.Apalagi Jumroh Aqobah, cara melontarnya yaitu setengah
lingkaran, jadi agaknya sangat sulit dan akan terjadi penumpukan jama’ah pada
satu sisi saja, dimana hal itu dapat menimbulkan desakan, dan bisa-bisa dapat
menimbukan kecelakaan.
52
Biasanya jama’ah menyiapkan kerikil
sebanyak 21 biji ditambah cadangan , kalau terjadi salah lontar atau belum
dilontar tetapi keburu jatuh karena tersenggol jama’ah lain, maka sebaiknya
kerikil yang disiapkan sebanyak 30 an , agar apabila terjadi kerikil yang jatuh
masih bisa , punya kerikil cadangan, dari buku petunjuk manasik, disarankan
kita memilih kerikil yang agak kecil, kira-kira sebesar biji kurma, hal itu dimaksudkan
agar apabila kerikil itu dilontar dan mungkin meleset mengenai jama’ah lain,
tidak begitu terasa sakit karena batunya kecil, namun kadangkala jama’ah haji
tidak marem, sebab kalau kerikilnya kecil, melontarnya mesti dari jarak dekat,
dan kerikil kecil itu kalau dilontar tidak menimbulkan suara, disitulah letak
ketidak puasan pelontar seolah-olah tidak terasa , saat kerikil mengenai
dinding jamarot.
Sayapun sengaja memilih kerikil yang
agak besar, sebesar biji nyamplung, atau kalau pembaca pernah membeli Geplak
dari Bantul, yaitu sebesar Geplak Bantul, atau sebesar Getuk Sokaraja.Kalau
kerikilnya sebesar itu biasanya dilontar pada jarak 10 s.d 15 meter dari
jamarot akan bisa kena dan saat membenturnya kerikil dengan Jamarot akan
menimbulkan suara klotak-klotak sambil mengeluarkan kepulan asap, karena
terjadinya benturan yang keras, antara batu kerikil dengan dinding Jamarot,
coba bayangkan kalau yang melontar itu jutaan manusia dan masing-masing
melontar 7 kali 3 tempat, maka akan timbul suara seperti tembakan brend atau
metraliur, terus menerus selama 4 x 24
jam atau selama 4 hari empat malam, mestinya rekor itu tercatat dalam buku “Guenes
Book of Word Record” tapi kelihatannya sampai saat ini tidak
tercatat, barangkali belum
ada yang mendaftarkan untuk dicatat dalam rekor dunia.
Selesai sudah seluruh rangkaian lontar Jumroh di Jamarot,
betapa senang dan bahagianya hati kami, kitika sadar bahwa rangkaian Ibadah
Haji telah kami
53
laksanakan, dan kami
menganggap bahwa etape atau tahapan lontar jumroh ini adalah merupakan tahapan
yang sangat berat dan sangat beresiko, Alhamdulillah kami dapat menyelesaiakan
dengan selamat tanpa halangan apapun, maka wajar bila kami tidak dapat
membendung air mata, sambil berdo’a di sebelah jamarot, dipimpin oleh jamaah
yang paling sepuh, kami menumpahkan semua kegembiraan dan syukur pada Allah ,
dengan menangis bersama , berpelukan , sambil mengucap syukur pada Allah swt,
Subhanallah Walhamdulillah Wala ilaa ha illa Allah, Wa Allah hu Akbar.
Kalau kami memilih Nafar tsani, mestinya masih ada satu
pelontaran lagi, tapi kami memilih nafar awal, dengan pertimbangan, ketidak
tersediaan sarana untuk jama’ah antara lain terbatasnya MCK, mengingat hal
tersebut kami bermusyawarah untuk melaksanakan nafar awal, artinya kami segera
kembali keMakkah sebelum maghrib tanggal 12 Dzulhijjah, sebab kalau sampai
keduluan maghrib, maka kami harus mabit lagi di Mina, dan harus melanjutkan
pelontaran pada tanggal 13 Dzulhijjah.
Kami sudah toto-toto mulai bakda shubuh, menyiapkan segala
sesuatu untuk kepulangan kami ke Maktab , di Makkah, beberapa kawan, banyak
yang membeli oleh-oleh dari mina, disana banyak dijual batu akik dan mainan
anak-anak, juga ada pakaian bekas, kebanyakan baju gamis (baju khas arab
saudi), walaupun bekas tapi masih bagus, harganyapun murah antara 15 s.d. 25
reyal, kalau baru mungkin harganya bisa mencapai 300 an reyal, karena bahannya
bagus, banyak yang dari wool, tapi karena disana banyak pakaian bekas, mungkin
daripada dibuang, mendingan dijual, barangkali jamaah haji mau membeli terutama
dari Indonesia, ternyata kemiskinan kita terdeteksi sampai Arab Saudi.
Kira-kira ba’da dhuhur, bis-bis penjemput mulai datang,
kami mengira
54
bis-bis itu memang hanya
disiapkan untuk kami, ternyata perhitungan kami meleset, ternyata banyak juga
jama’ah yang mengambil nafar awal seperti kami, bahkan beberapa jamaah yang
tidak ada rencana sebelumnya untuk nafar awal, setelah melihat banyak yang
pulang dan ada bus penjemput, maka tanpa ba,bi,bu mereka ikut pulang, maka jadinya
kami berdesakan, berhimpitan laksana ikan bandeng, MasyaAllah.
55
DIHADANG
BADAI GURUN
Ba’da
dhuhur kami satu rombongan mulai berangkat ke Makkah, kami melewati jalanan,
dan karena banyaknya bis-bis yang menjemput jama’ah nafar awwal , maka jalanan
macet total , hingga kami berjam-jam sampai di Makkah. Saya agak heran tidak
biasanya, dimina angin bertiup sangat kencang, diiringi gerimis .Kan menurut
cerita tanah Arab itu jarang terjadi hujan, masak sekarang mau hujan.Kira-kira
4 km menjelang kota Makkah, tiba-tiba angin bertiup semakin kencang, baru
sekali itu seumur hidup saya menyaksikan angin seperti itu, mungkin itu
selanjutnya akan diperhatikan, tapi lagi lagi buahnya yang datang kemudian juga
banyak yang busuk, wah memang lebih pinter pihak maktab dari pada kita. Lagian
, jamaah kan gampang lupa hal-hal seperti itu dan kalaupun mau eyel-eyelan
takut nanti hajinya tidak mabrur sebab banyak rafath dan jidalnya.
Karena kami berencana akan
melontar jumroh hari kedua pada malam hari, kenapa malam hari ? menunggu
antrian manusia agak sepi, sebab kalau pagi atau siang hari, biasanya para
jamaah yang gedhe-gedhe , antara lain dari Nigeria, atau Afrika dan Eropa
termasuk Turki pada berjibun , berdesak-desakan berebut waktu Afdhol, yaitu waktu
yang paling baik untuk melontar Jumroh sebagaimana dicontohkan oleh nabi
Muhammad ,saw, dimana waktunya adalah pagi setelah dhukha dan bakda zawal
artinya kebanyakan diambil waktu siang. Karena pertimbangan tersebut, dan
jamaah kami banyak yang tua dan “krepo”, krepo itu artinya sudah tidak perkasa
lagi, kasihan kalau harus berdesak desakan. Toh begitu malam hari juga tidak
sepi nyatanya juga masih berdesak desakan dan kalau tidak hati-hati serta
waspada bisa-bisa kita tidak berhasil melontar, malah kadang kala dahi kita
bisa berdarah karena
56
terlempar oleh orang yang salah
sasaran dalam melontar Jumroh, atau malah disangkanya kita ini setan, lalu
dilempar dengan batu, ya ..., berdarah deh.
Itulah pertimbangan kami ,
pokonya kalau melontar malam hari, setidaknya mengikuti anjuran pemerintah
melalui ketua Kloter, bahwa untuk bangsa Indonesia yang bertubuh kecil-kecil
ini dihimbau untuk melontar pada malam hari, meskipun malam hari juga padat,
tetapi kebanyakan yang melontar juga , bangsa-bangsa yang mempunyai fisik
rata-rata kecil, kayak Indonesia dan Malaysia.Padahal kalau di pikir-pikir,
jamaah kita ini terbanyak yang berada di Jamarot, kalau saja tubuh kita ini
gagah, sejajar dengan mereka yang dari Afrika, maka pastilah mereka pada
minder, karena apa ? hampir 10 persen jamaah haji disana itu orang Indonesia,
bayangkan kalau ada jamaah haji 10 orang berarti Indonesianya satu, maka jangan
heran kalau dimana-mana kepetuk orang Indonesia, yang kesasar dan
terbengong-bengong juga orang Indonesia, yang seneng belanja di toko-toko dan
di pasar Seng juga orang Indonesia.
Pokoknya kalau
kwantitas jangan khawatir , kita paling banyak disana, dan katanya jamaah kita
ini paling tertib, tidak banyak masalah, apalagi melawan Askar atau petugas,
pokoknya dalam hal ketertiban jamaah kita patut mendapatkan acungan jempol.
Sering orang-orang sono mengatakan, Indonesia toyib, Indonesia khoir dan pujian
lain yang berisi rasa simpati terhadap orang Indonesia. Namun jangan ditanya
kalau ada antrian pembagian shodaqoh atau
ada pemberian shodaqoh berupa makanan atau apapun, maka yang paling banyak
ngantri juga orang Indonesia,he..he.., gitu to ?
Indonesia bagus dan pujian lain yang
berisi rasa simpati terhadap orang Indonesia. Namun jangan ditanya kalau ada
antrian pembagian shodaqoh atau ada
pemberian shodaqoh berupa makanan atau apapun, maka yang paling banyak ngantri
juga orang Indonesia,he..he.., gitu to ?
57
Hari kedua pelontaran jumroh
, tepatnya tangga 11 Zulhijjah, kami sudah agak hafal jalan ke jamarot, namun kami
tetap mengambil waktu pada malam hari megingat , pada malam hari tidak terlalu
banyak jama’ah haji yang melontar. Kami berangkat dari tenda jam 03.00 pagi
dengan cara berkelompok menjadi 2 regu, kami berjalan beriringan saling menjaga
dan mengawasi, sebab dari 20 orang jama’ah, kebetulan yang sudah berusia lanjut
sekitar 9 orang, jadi masing- masing kami yang masih muda punya tugas nggandeng
1 orang jama’ah sepuh. Setelah sampai dikawasan Jamarot, kami berkumpul dulu
untuk mematangkan strategi, sambil menungu jama’ah lain yang baru sampai dan
masih ngos-ngosan. Setelah berkumpul kami pesah menjadi 4 kelompok dalam
pelontaran, dengan catatan yang muda harus selalu mengawasi jama’ah yang sudah
tua bahkan bila perlu mengambil alih pelemparan Jumroh, apabila dirasa jama’ah
tersebut masakot atau menemui kesulitan dalam melontar, atau mungkin pas mau
melontoar tiba-tiba datang rombongan besar, maka sebagai pemimpin kelompok
harus mengambil alih pelemparan.Setelah selesai kami berkempul ditempat yang
sudah ditentukan, biasanya di salah satu pilar disebelah kanan Jumroh Aqobah,
kami berkumpul sambil menghitung jumlah anggota yang datang , setelah itu
didongani oleh jama’ah tertua yaitu mbah kiai madhuri yang kemudian ganti nama
menjadi K.H. Mashuri.
Saya dan istri biasanya
setelah selesai melontar, lalu pamitan pada kawan-kawan untuk pulang akhir,
karena masih mau melihat-lihat keadaan sekitar, biar tambah pengalaman , siapa
tahu besuk Allah berkenan nimbali lagi, kan bisa mbimbing yang lain, agar lebih
faham.Apa yang sering kami kerjakan?.
Biasanya saya dengan istri
akan berjalan pelahan-lahan sambil tengok sana , tengok sini, barangkali ada
sesuatu yang perlu dibeli, mengingat tidak
58
lama lagi kami harus meninggalkan
Mina menuju ke Makkah lagi. Saya banyak mencari souvenir atau pernik-pernik
kecil, seperti batu akik, di Mina batu akik sangat murah dan kalau kita teleten
dalam memilih akan mendapat batu akik yang asli, masalah seneng itu relatif,
tetapi kalau dapat yang asli, sesampai ditanah air banyak yang berminat bahkan
katanya kalau dijual, kalau tahu akik itu asalnya dari Mina akan menambah
harga, padahal di Mina harganya cuma 1 riyal perbiji, tinggal pilih sak
senengnya, saya termasuk agak pinter kalau memilih akik, ya kerena telaten, kadang kala penjual akiknya
sampai bersungut-sungut melihat saya memilih dan memilah akik, mungkin dia
mbatin saya , mungkin disangka saya ahli , dalam bidang batu akik.Memilih batu
akik itu gampang-gampang susah, kalau
tidak hati-hati dan telaten bisa-bisa salah ambil, atau keliru dengan akik
jenangan, akik jenangan itu adalah batu akik yang dibuat oleh manusia dengan
dicetak, biasanya bahannya dari kaca, memang corak dan tekstur warnanya lebih
baik, tapi namanya palsu ya pasti akan terlihat kelemahannya, kelemahnnya antara
lain, gampang pecah, warnanya cepat pudar dan tentu saja kalau dikasih emban
yang mat-matan akan tampak palsunya, apalagi yang seneng ilmu klenik, katanya
akik jenangan itu tidak bisa dikasih khodam (Khodam ? jawabnya ada dalam
episode selanjutnya).
Sebenarnya gampang cara
milihnya, yaitu ditimang-timang ditangan bobotnya akan terasa lebih berat,
karena terbuat dari batu yang usianya sudah tua , bahasa jawanya lebih anteb,
lain dengan batu-batu lainnya, artinya kalau ada batu akik kok sama warna dan
bentuknya lebih dari 2 biji berarti itu palsu semua.Lebih keras , cara
mengetahui kerasnya , coba dua batu akik itu digesek kalau gesekannya terasa kasar itu biasanya akik asli, tetapi
kalau licin atau
59
lunyu maka dapat dipastikan itu palsu
atau jenangan, lho kok malah ngomongin akik !!!, emangnya Kaji akik ?
Sedangkan istriku seneng pada
koleksi jilbab, disana banyak dijual jilbab yang harganya memang agak murah,
selain jilbab ada alat kecantikan pokoknya keperluan wanita , saya jadi kurang
faham apa yang dibeli, selain itu diMina , ternyata gambar-gambar Masjidil
haram dan Masjid Nabawi lebih murah, hampir separoh harga gambar-gambar
tersebut kalau dibeli di Makkah, apalagi dilingkungan Masjidil Haram,
MasyaAllah harganya selangit.Setelah kami puas jalan-jalan, tidak lupa kami
beli minuman ringan, untuk sangu perjalanan sampai ke perkemahan, Alhamdulillah
kami tidak kesasar lagi, selamat sampai di perkemahan di Mina Jadid.
Pelemparan hari ketiga, kami
laksanakan pada malam hari juga namun karena itu merupakan lemparan terakhir
rasa-rasanya kami semua larut dalam keharuan , karena bisa selamat melempar
jumroh sampai hari ketiga dengan selamat dean jama’ah utuh dan ternyata jama’ah
sepuhpun bisa melempar sendiri artinya semua mampu tanpa bantuan orang lain, selesai
melempar jumroh terakhir itu kami saling berangkulan, berciuman sebagai luapan
kegembiraan, tentu saja antara jama’ah laki-laki dengan laki-laki dan perempuan
dengan perempuan. Bahkan tidak terasa berlinangan air mata, karena rasa syukur
kepada Allah dan rasa puas telah menyelesaikan salah satu wajib haji.
60
Nafar Awal
Kami sebanyak 2 regu memang
telah sepakat mengambil Nafar Awal, artinya pelemparan Jumroh, hanya sampai hari ketiga yaitu
tanggal : 10, 11 dan 12 Zulhijjah.Sedangkan orang orang yang mengambil Nafar Tsani harus melempar sampai
pada tanggal 13 Zulhijah, jadi kami kembali ke Makkah pada tanggal 12 Zulhijah,
untuk itu kami harus melapor kepada pihak maktab, agar maktab menyiapkan
naqobah atau angkutan untuk kepulangan kami ke Makkah.
Hal tersebut bukan tanpa
pertimbangan, kami mengambil nafar awal karena pertimbangan beberapa alasan
antara lain : Ketersediaan sarana MCK terasa kurang sehingga kami khawati
mengurangi kekhusukan kami dalam berhaji karena saling berebut MCK.Kedua dalam beberapa
keterangan , dibolehkan jama’ah memilih mengambil nafar awal atau tsani maka
kami sepakat memilih nafar awal, ketiga kami tidak dapat istirahat ditenda
dengan tenang karena tenda terlalu sempit dibandingkan dengan jumlah jama’ah.
Kira-kira jam 13.00 weaktu
setempat bis-bis mulai menjemput jamaah yang akan mengambil nafar awal,
ternyata muncul permasalahan, banyak jamaah yang tadinya mau nafar tsani,
tetapi setelah melihat jamaah lain udah pada pulang maka mereka pada mendadak
ikut, inilah yang jadi persoalan akhirnya jumlah armada tidak mencukupi,
makanya kesannya terjadi rebutan bis, sebetulnya bukan rebutan hanya salah
persepsi. Tapi ada juga kesalahan dari pihak maktab dalam pendataan jumlah
jamaah yang akan pulang awal atau memang
kesengajaan biar tidak rugi dalam sektor pengangkutan jamaah , su’udhon nih.
61
Dihadang
Badai
Pembaca pernah membayangkan
badai gurun, atau barangkali pernah melihat film-film yang menampilkan
peristiwa badai gurun, di gurun Sahara atau di gurun Gobi. Saya mengalami
sendiri peristiwa itu , menjelang kepulangan ke makkah tiba-tiba langit Mina
terasa gelap gulita, disusul kemudian terpaan angin kencang, mungkin
kecepatannya bisa mencapai ratusan km perjam, saya melihat benda-benda
beterbangan terbawa oleh dahsyatnya angin, kami sempat agak panik, melihat
keadaan alam sekitar, hanya mantepnya karena disana jarang ada pepohonan, kami
jadi agak sedikit lega, ndak mungkin kami akan mati tertimpa pohon disana.
Tetapi bahaya lain juga mengancam , karena cuaca sedikit gelap dan pasir-pasir
beterbangan , hal itu dapat mengganggu pemandangan sopir dalam melihat jalanan
yang akan dilaluinya, apalagi karena saking kencangnya angin , ternyata mampu
menumbangkan papan reklame dan menerbangkan beberapa atap rumah yang rata-rata
terbuat dari seng. Bagaimana kalau seng itu terbawa angin , lalu jatuh meluncur
, lalu menimpa leher kita, saya takut membayangkan , bisa jadi orang yang
tertimpa seperti pesakitan yang dihukum pancung , sebagaimana penerapan hukum
di Arab Saudi, yaitu setiap pelanggar hukum dengan sangsi berat seperti,
pembunuhan, perampokan, narkoba dan makar terhadap negara dan pemerintah, maka
negara akan menjatuhkan hukum pancung, kalau di jeddah hukum pancung itu
dilaksanakan di Masjid Qisos.
Saya sengaja menyempatkan
diri sholat dhuhur di masjid Qisos, dengan harap bisa mengetahui atau bahkan
mungkin menyaksikan pelaksanaan hukuman qisos disana, sebab prakteknya
pelaksanaan hukuman qisos disana dilaksanakan pada hari Jum’at , setelah sholat
Jum’at disaksikan oleh orang
62
banyak. Saya banyak menggali
informasi dari pemandu yang mengantar saya ke masjid qisos tersebut, menurut
pemandu tersebut proses pelaksanaan hukuman qisos itu adalah , dimulai dari
nyala lampu di jalan depan masjid, katanya kalau lampu menyala warna tertentu,
itu sebagai pertanda kalau nanti selepas sholat jum’at akan ada pelaksanaan
hukum qisos. Adapun tempat untuk pelaksanaan hukuman itu, adalah tanah yang
agak ditinggikan , terletak di halaman masjid dengan ukuran kira-kira 3 x 5
meter persegi , lantai tersebut dilapisi keramik warna putih, dikelilingi pagar
terbuat dari kayu , setinggi kira-kira 1 meter, pagar tersebut mungkin
bertujuan agar orang yang melihat tidak terlalu dekat berdirinya dari , orang
yang akan di qisos.
Bagaimana eksekusinya ?
Kata pemandu yang mangantar
saya , pelaksanaan hukumnya kira-kira begini, orang yang telah dinyatakan
bersalah dengan kekuatan hukum tetap dan ahli waris tidak mengampuni , artinya
tidak disepakati uang darah, maka pesakitan akan digiring masuk ke
tempat eksekusi, dengan mata tertutup dan tangan terikat, setelah diberi
aba-aba algojo akan melaksanakan hukuman dengan memancung leher pesakitan
tersebut, karena saking tajamnya pedang dan saking kuatnya ayunan tangan
algojo, maka hampir dipastikan sekali tebas akan terlepas kepala dari badan,
darahnya akan tercecer di altar yang berwarna putih tersebut . Kelihatannya
kejam, namun ternyata tidak, setelah
kepala terdakwa terpenggal ada tim dokter yang akan memeriksa apakah terdakwa
sudah betul-betul meninggal apa belum, kalau udah meninggal, kepala dan badan
akan disatukan lagi dan dibawa kerumah sakit , untuk dirawat dan
63
sebelum mayat itu dimakamkan dokter
akan menjahit kepala dan badan itu menjadi bersatu kembali.Saya jadi ingat
ajian rawa rontek atau ajian dalam cerita Rahwana, dipenggal kepalanya namun
setiap kali ,pulih kembali selama masih menyentuh tanah.
Ketika saya berkunjung kesana
saya melihat ada ceceran darah disekitar altar tempat pelaksanaan hukuman, saya
kira ceceran oli , tetapi setelah saya coba membaui ternyata baunya amis, anyir
seperti darah, hi..,hi..,hi..., ngeri campur takut.
Sesampai di Makkah, kami
merasakan ada tetesan air hujan, kami heran , hujannya semakin lebat , bahkan
lebih lebat dari curah hujan yang terjadi ditanah air, dan yang mengherankan
hujan disana itu rasa-rasanya lebih besar-besar curahnya dan airnya dingin ,
hampir seperti hujan es.
Hujan berlangsung selama
kurang lebih 2 jam, terus menerus, apa akibatnya ? , karena disana hampir tidak
ada resapan maka dapat dibayangkan apa yang terjadi, adapun kota Makkah itu,
terutama disekitar Masjidil haram itu adalah dataran rendah, ibaratnya seperti
cekungan mangkok, maka mau tidak mau , airpun dengan cepat menggenangi semua
jalan-jalan di sekitar Masjidil Haram, saya bisa menyaksikan sendiri banjir
yang terjadi pada hari itu, malah karena saya kebetulan membawa HP yang
dilengkapi kamera , maka saya abadikan kejadian itu dalam rekaman kamera , dan
saya simpan dalam memori hingga saat ini.Masya Allah ternyata banjir yang
diakibatkan hujan yang hanya 2 jam itu, mampu menyeret beberapa mobil dalam
pusaran arus dan untuk sementara waktu, akses jalan tidak dapat digunakan,
Namun yang membuat aku heran , adalah reaksi orang asli arab terhadap kejadian
banjir tersebut, ternyata di wajah mereka tidak ada tersirat rasa takut,
malahan mereka tertawa suka cita ,
64
karena bisa menyaksikan peristiwa
hujan besar yang jarang terjadi, konon katanya, belum tentu 40 tahun sekali
terjadi hujan disertai banjir seperti itu.Mereka tertawa-tawa sambil mengatakan
“Barkah haji,barkah haji” apa maksudnya,
aku tidak faham bahasa arabnya “Laa A’rif” nangam.
Ternyata akibat dari banjir
tersebut , tidak segera dapat dibenahi, dalam seharian bahkan sampai malam hari
jalanan masih tergenang oleh air hujan, pada pagi harinya saya melihat ada alat
-alat berat yang didatangkan untuk membenahi fasilitas yang rusak, ada mesin
pengeruk lumpur, ada mesin penyedot sisa air hujan , bahkan yang sangat
mengherankan banyak terjadi masyarakat membuang kambal atau permadani yang
basah terkena banjir, mereka tidak menjemur permadani itu, melainkan
membuangnya di tempat sampah. “O, alah , karang wong sugih ‘ “Aghniya’”.Lha
kalau kita kasur kebanjiran saja kalau bisa mau diperas, lalu dikeringkan lagi.
65
Kabar Dari Mina
Bagaimana keadaan di Mina? ,
saya terima khabar dari Mina, katanya disana juga terjadi banjir yang
tidak kalah dahsyatnya, bahkan
dimungkinkan ada korban jiwa, mengingat disana jumlah orangnya banyak , padat
dan mungkin terjadi kepanikan , sehingga
terjadi desak-desakan yang dapat menimbulkan bencana.
Katanya , tenda yang kami tempati pun kebanjiran, padahal
kalau tidak salah, tinggi tanggul yang digunakan untuk tenda , kira-kira satu
meteran tingginya, bagaimana dengan kawan-kawan yang melontar jumroh pada
tanggal 13 atau yang mengambil nafar tsani, katanya banyak yang kesulitan untuk
datang ke Jamarot, maka ada yang inisiatif, melontar Jumrohnya dengan cara ,
Jama’ yaitu 2 kesempatan melontar digabung menjadi 1 , yaitu tanggal 12 tidak
melontar karena kesulitan atau masakot digantikan dengan melontar pada tanggal
13 dengan cara melontar dengan 7 kerikil kali 3 lontaran yaitu, Jumroh Ula,
Wustho dan Aqobah kemudian diulangi sekali lagi .
66
TIBA
DI MAKKAH LAGI
Menjelang waktu Asar, kami satu rombongan tiba di Makkah
lagi, setelah dihadang badai dan disambut guyuran hujan , sampailah kami di
depan maktab kami, di jalan Jarwal, perjalanan dari Mina sampai Makkah terasa
sangat lama, banyak hal yang saya alami, tidak akan terlupakan dalam memori
pikiran dan hati kami, bagaimana tidak , selama perjalanan , banyak jama’ah
yang kelelahan setelah sekitar 6 hari , melakukan ritual dari mulai Wukuf di
Arofah , mabit di Muzdalifah sampai melontar Jumroh di Mina, membuat kami
terforsir. Dalam perjalanan menuju Makkah banyak diantara Jama’ah yang
kehabisan tenaga, apalagi jama’ah yang sudah tua, ditambah lagi kepulangan kami
menggunakan angkutan yaitu bis yang diisi penumpang over kapasitas, jadinya
kami berdesakan, hampir separoh jama’ah berdiri, sebagaian jama’ah bisa
menikmati tempat duduk. Kebetulan aku tidak mendapatkan tempat duduk, rasanya
tidak tega , bisa duduk enak-enak sementara orang lain yang lebih tua, berdiri
sambil terkantuk-kantuk. Kebetulan disamping tempat aku berdiri ,duduk seorang
jama’ah yang kepayahan akibat penatnya kegiatan, orang itu diindikasi mendapat
komplikasi penyakit.
Sepanjang perjalanan orang
itu mengalami dehidrasi, sehingga aku berusaha mencarikan air mineral, balsem
dan sejumlah makanan agar orang tersebut tetap dalam keadaan sadar.
Sesampai di Makkah didepan Maktab
kami, ketika mau turun dari bis , kulihat orang tersebut tidak bisa bergerak, karena kepayahan, aku heran waktu itu seolah tidak
ada orang yang peduli, masing-masing orang mengurus
67
keperluannya sendiri-sendiri,
yaitu ingin segera keluar dari bis, sambil membawa bermacam-macam perlengkapan dan segera masuk maktab untuk
istirahat, aku mendengar seorang wanita minta tolong, untuk membantu suaminya
yang tidak bisa bergerak, padahal jama’ah telah berhamburan saling berebut
untuk keluar bis.Istriku kebetulan mendengar permintaan tolong, wanita itu ,
maka tanpa dikomando istriku menyuruhku untuk menolong, orang tua yang sejak
dari Mina ada disampingku.Saya lalu memanggil teman, satu orang untuk membantuku,
mengangkat orang itu, kami berdua memapah orang itu lalu kami turunkan di
trotoar, tapi lagi-lagi, orang itu tidak dapat berdiri, dia sangat kepayahan,
maka aku berinisiatif saya “cengklak” orang itu memasuki maktab. Sebenarnya
menurut ukuran normal saya tidak sanggup sebab orang itu gemuk, mungkin
bobotnya diatas 80 kg, tetapi Alhamdulillah, karena saya ikhlas , beban itu
tidak terasa berat, bahkan saya bisa mengangkat orang itu sampai ke
Lantai 5, dan yang lebih
dramatis lagi, aku ingat waktu dalam perjalanan naik ke lantai 5 di lift, orang
itu sengaja tidak saya turunkan dari gendongan saya , karena takut saya tidak
dapat mengangkatnya lagi. Tiba- tiba saya merasakan ada, sesuatu benda cair
yang membasahi lambungku, ternyata orang itu ngompol, dalam gendonganku. Namun
yang membuat aku heran, waktu itu tidak sedikitpun aku merasa jijik atau
jengkel, bahkan aku sempat menolak ketika dia minta diturunkan karena dia ngompol. Setelah saya baringkan ditempat
tidur, saya kembali ke lantai 2 untuk
menemui istriku, saya menceritakan semua kejadian yang kualami kepada istriku,
tapi istriku malah melarangku, dan mengatakan agar aku melakukan itu dengan
ikhlas, sambil bilang agar aku melepas semua pakaianku untuk dicucinya.
68
THOWAF
IFADHOH
Setelah kami istirahat, dan hilang rasa capai dan penat,
kami bersiap-siap melakukan salah satu rukun haji, yaitu towaf ifadhoh, kami
bersiap melakukan tawaf dan sa’i. Kami berangkat dari maktab menjelang sholat
Isa’ , kami menyusuri jalan yang biasa kami lewati ,setelah hampir 7 hari kami
tidak melihat jalanan itu, yaitu menyusuri jalan Jarwal sambil menikmati
berdesakan dengan jama’ah lain dari seluruh dunia. Masya Allah, Masjidil Haram
begitu padat oleh jutaan manusia, hampir-hampir kami tak sanggup untuk sekedar
menempatkan tubuh kami dalam lautan jutaan jama’ah haji, apalagi konsentrasi
jamaah banyak terkumpul di pelataran Ka’bah tempat jama’ah melakukan towaf,
untuk towaf ifadhoh kami memilih dipelataran ka’bah , walaupun berdesak-desakan
tapi rasanya senang bisa langsung menatap Ka’bah, kami menikmati dari putaran
satu sampai putaran ke tujuh, pada putaran pertama sampai ketujuh menjelang
sampai di garis coklat atau sepanjang multazam pasti terjadi kemacetan , karena
di garis tersebut , jama’ah akan memulai towafnya.
Kadang kala di
sekitar Makom Ibrahim, juga terjadi kemacetan karena banyak jama’ah yang
berhenti sejenak untuk sekedar memegang Makom Ibrohim atau malah ada jama’ah
yang bertingkah aneh, ada yang terbengong-bengong, ada yang mengelus elus,
bahkan sebagaian lain berusaha mengusap- usapkan surban atau pecinya kebagian
Makom Ibrohim itu , entah apa maksudnya , barangkali mencari berkah atau
sekedar biar ada kenangan tertentu saat berada di dekat Makom Ibrohim, saya
ingin sekali berhenti di dekat
69
Hajar Aswad, untuk mengantri mencium Hajar
Aswad, namun saya segera menyadari bahwa sepertinya tidak mungkin untuk ikut
mencium hajar aswad dalam kondisi jama’ah yang sangat padat, saya memilih untuk
melakukan sholat sunat di Multazam, sambil berdo’a dan mohon ampun pada Allah.
Setelah selesai sholat sunat di Mutazam , kami bergegas menuju tempat sa’i,
lalu kami melakukan Sa’i diantara jutaan jama’ah yang juga melakukan Sa’i,
selesai melakukan Sa’i, kami bersyukur telah selesai melakukan rangkaian amalan
ibadah haji, tinggal satu amalan lagi , yaitu melakukan Towaf Wada’, yaitu
Towaf perpisahan sebelum kami meninggalkan kota Makkah.
Malam itu , kami kembali lagi ke Maktab, untuk melakukan rutinitas ibadah sehari-hari,
sambil menunggu sampai kami diberangkatkan menuju Madinah, dalam benak saya ,
sering terbayang akan keindahan kota Madinah dan juga Masjid Nabawi, tempat
kegiatan Nabi Muhammad Saw dan para
sahabatnya, disana ada Makom Mustajab,
Roudhoh, yaitu tempat antara Kamar Rosulullah Saw dengan Mimbar beliau.
Semenjak terjadi banjir di Makkah, banyak orang yang
trauma , kadangkala merasa takut dan was-was, jangan-jangan terjadi banjir
lagi, apalagi kalau langit kelihatan mendung disertai angin yang agak kencang,
banyak jama’ah yang ketakutan.Dua hari setelah terjadi banjir, pernah sehabis
dhuhur, di masjidil Haram terdengar suara gemuruh, entah darimana asalnya,
sepontan seluruh jama’ah yang ada dimasjid pada berdiri panik, untung banyak
jama’ah yang berfikir tenang dan mengingatkan jama’ah lain agar tidak panik,
seraya mengingatkan untuk banyak beristighfar kepada Allah .
Sampai sekarangpun suara gemuruh itu masih menjadi misteri
bagiku,
70
entah itu suara apa, sebab
hampir semua jama,ah baik yang di dalam masjid maupun diluar masjid mendengar
suara itu.
Menurut cerita yang berkembang di Makkah, konon katanya
itu adalah pertanda hajinya diterima oleh Allah, dan suara gemuruh itu adalah
suara malaikat, yang ikut bertasbih kepada Allah, Wallahu a’lamu bi Ashowab.
71
THOWAF
WADA’
Menjelang kami berangkat ke Madinah, masih ada satu Wajib
haji yang harus dilakukan, yaitu towaf wada’ , towaf wada’ artinya adalah
towaf perpisahan, semua jama’ah Haji
yang akan meninggalkan Makkah, harus melakukan towaf wada’ kecuali bagi wanita
yang sedang menstruasi, tidak perlu melakukan towaf wada’, sebab orang yang
towaf harus suci dari najis dan darah haid, maka yang dilakukan cukup
melambaikan tangan dari luar masjid, sebagai tanda penghormatan dan perpisahan
dengan Ka’bah.
Saya melakukan Towaf Wada’ ,
sehabis sholat dhuhur, karena kami harus berangkat ke Madinah kira-kira ba’da
Asar.
Saya merasa sangat terharu, sambil berputar mengelilingi
Ka’bah, tak terasa air mata mengalir tak dapat kubendung lagi, haru bercampur
sedih sekaligus bahagia, haru karena sebentar lagi saya tidak lagi punya kesempatan untuk mengunjungi
Ka’bah,berlama-lama memandangi Ka’bah seperti hari-hari yang lalu, sedih ,
kerena saya harus berpisah dengan Ka’bah dan Makom-makom mustajab, seperti
Multazam, Makom Ibrohim, Hijjir Ismail , Roudhoh ,dan tempat-tempat lain,
sedih, karena mungkin tidak akan sempat naik haji lagi ,bahagia, sebab Allah
telah memberikan kesempatan kepada ku untuk sowan ke Rumah-Nya , nimbali saya ,
orang yang fakir dan dhoif untuk menghadap langsung ke Baitullah, Labbaika
Allahumma Labbaik, Labbaika Laa syarika laka Labbaik, Innal Hamda Wan Ni’mata
Laka Wal Mulk Laa Syari Ka Laka
Namun, entah mengapa seolah-olah aku yakin akan bisa
mengunjungi Ka’bah lagi, tidak lama lagi ,
(Ternyata Allah nimbali saya lagi, tahun berikutnya ditugaskan oleh
Kanwil Depag Prop. Jawa Tengah ,menjadi ketua kloter).
72
BERANGKAT
KE MADINAH
Sebenarnya kota Madinah tidak ada
kaitannya dengan rukun haji, boleh saja orang haji tidak datang ke kota
Madinah, namun dalam hadist nabi Muhammad SAW, dikemukakan bahwa , tidak
dianjurkan seseorang untuk mengunjungi tempat apapun didunia ini kecuali,
berkunjung ke tiga tempat yakni, Masjidil Harom, Masjidil Aqso dan Masjid
Nabawi, atas dasar itu maka hampir semua jemaah haji , menyempatkan diri untuk
berkunjung ke Madinah, yaitu mengunjungi tempat mustajab, “Roudhoh” yang
terletak di dalam masjid Nabawi dan makam Kanjeng Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar
dan Umar bin Khotob.
Setelah semua Rukun dan Wajib haji dilaksanakan, untuk
jamaah haji gelombang pertama diberangkatkan ke Madinah untuk melakukan sholat
Arba’in (empat puluh waktu) di Masjid Nabawi, jadi nanti jama’ah haji akan
tinggal di Madinah sekitar 9 hari, sebelum akhirnya diterbangkan kembali
ketanah air.
Jama’ah haji dan semua bawaannya diangkut dengan bis-bis
menuju Madinah , dapat dibayangkan bagaimana bawaan jamaah haji yang “pating
grendel” selama kurang lebih 32 hari tinggal diMakah, belanja ini , itu , semua
barang yang dianggap murah dan asli Arab, akan dibeli, yang tidak kelupaan
yaitu sajadah, sampai orang arab sono bilang “ Indonesia kullu-kullu sajadah”
yang artinya “ Indonesia saban-saban beli sajah” memang, hampir semua jama’ah
haji beli sajadah, walaupun sudah punya, namun di Makkah yang paling pertama
dibeli adalah sajadah, terutama yang buatan Turki, katanya yang buatan Turki
kualitasnya bagus, disamping sajadah
ada pula dibeli, tasbih, kopiah haji, cangkir stainles, termos, minyak wangi
dan barang-barang lain
73
yang dianggap “mewakili”
oleh-oleh khas Arab saudi padahal, banyak barang-barang yang made in China,
Banglades, India, Pakistan bahkan kadang kala dijumpai barang produk Indonesia,
namun jamaah haji tidak sadar bahwa barang yang dibeli itu banyak pula terdapat
di Pasar Tanah Abang.
Jama’ah diangkut dengan bis-bis menuju Madinah, menempur
perjalanan 498 KM, jalan dari Makkah ke Madinah sangat lebar dan lurus sehingga
banyak sopir-sopir yang ugal-ugalan , menjalankan mobil dengan kecepatan
tinggi, sehingga apabila terjadi kecelakaan , akibatnya sangat fatal, untung
jama’ah haji kloter saya , semua selamat sampai Madinah, seingat saya dari
Makah ke Madinah berhenti satu kali di Rumah Makan “Wadi Kudhef”, saya hanya
ingat kayaknya namanya begitu, lalu berhenti lagi di terminal, untuk melapor
kepada petugas pengurusan hotel diMadinah, saya tidak ingat berapa jam
perjalanan dari Makah ke Madinah, yang saya ingat hanya perjalanan sangat
cepat, dan tiba-tiba, saya sudah melihat menara Masjid Nabawi, yang menjulang
begitu indah.
Kami sampai di hotel, dikawasan Madinah, yang jaraknya
sekitar 1 km dari Masjid Nabawi, hotelnya lumayan bagus , lima lantai, kami
kebagian lantai dua, sehingga tidak terlalu sulit apabila akan naik turun,
ketika akan pergi dan pulang dari masjid, namun demikian tidak banyak yang
dapat saya ceritakan tenyang kegiatan di Madinah, sebab kami terkonsentrasi
dengan kegiatan sholat arba’in, yang harus kami kerjakan, tanpa tertinggal satu
waktupun, padahal disamping arba’in kami ada kegiatan Ziarah, yaitu mengunjungi
tempat-tempat bersejarah seperti, Jabal Uhun (makam para syuhada’ pada perang
Uhud) , Masjid Quba’, Masjid Qiblatain dan tempat-tempat lain yang bersejarah.
Tidak sulit untuk mencari jalan ke Masjid Nabawi,
kebetulan dari hotel hanya berjalan lurus dan menyeberang jalan, dua kali,
langsung bisa mencapai
74
area Masjid
nabawi kalau tidak salah masuknya lewat pintu nomor 13 , Masjid Nabawi sangat
indah dan luas, pintu-pintunya tinggi- tinggi terbuat dari kayu tingginya 6
meter dan lebarnya 3,2 meter terbuar dari kayu berukir dari tembaga kuning
model Arab,jumlah tiangnya ada 232 buah
masing-masing 5 m , dan ada dua buah menara setinggi 70 m, masuk Masjid Nabawi
dianjurkan melaui Babus Salam, namun boleh juga melalui pintu-pintu yang lain.
Pertama kali ke masjid bersama istri ,
sholat Subuh, sempat khawatir jangan-jangan tidak bisa ketemu istri setelah
sholat Subuh, sebab di Masjid Nabawi antara jama’ah pria dengan jama’ah wanita
terpisah, tidak bisa berkumpul seperti da Masjidil Haram, untuk itu saya
siasati untuk mencari tempat pertemuan setelah selesai sholat, akhirnya di
sepakati dibawah tiang lampu pada pagar pintu nomor 13, pokoknya siapa yang datang lebih dulu , harus menunggu
sampai dapat ketemu kembali.
Udaranya dingin sekali, mungkin 12
drajat celcius, pokoknya saya merasakan apabila keluar dari hotel rasanya kayak
masuk kulkas, dingin sekali, sampai-sampai hawa dinginnya menembus pakaian yang
ku kenakan , seolah-olah ditusuk duri.
Ada yang aneh, dimasjid Nabawi, ada
Qubah yang tiba-tiba bergeser, jadi atap masjid yang tadinya tertutup Qubah,
tiba-tiba terbuka dan jama’ah bisa langsung melihat kelangit, saking
penasarannya aku naik ke lantai 2 , melihat langsung bagaimana proses
bergesernya Qubah, dan tidak hanya satu Qubah, namun semua Qubah dapat bergeser
kecuali Qubah Hijau, tepat diatas makam Rosululloh SAW. Lantai 2 begitu luas
dan sangat nyaman untuk I’tikaf , tetapi beberapa orang kawan tidak mau saya
ajak jama’ah dilantai 2, alasannya tidak bisa melihat langsung imamnya atau tidak
bisa melihat makmum terakhir yang
75
melihat imam
(bingung ndak?) , kalau saya sih praktis-saja , masak orang Madinah bikin
masjid tidak diperhitungkan dengan keabsahan berjama’ah, nyatanya
orang yang ikut jamaah dilantai dua juga mencapai puluhan ribu orang,
apalagi kalau hari Jum’at.
76
MASUK ROUDHOH
Dua hari setelah saya masuk Masjid
Nabawi, saya berkeinginan masuk Roudhoh untuk melaksanakan Sholat Sunat dan
berdo’a. Roudhoh adalah suatu tempat didalam Masjid Nabawi yang letaknya
ditandai tiang-tiang putih, berada diantara rumah Nabi (sekarang makam
Rosululloh SAW) sampai mimbar. Luas Roudhoh dari arah timur ke barat sepanjang
22 m dan dari arah utara ke selatan 15 meter . Roudhoh adalah tempat makbul
untuk berdo’a , teringat Sabda Rosululloh SAW, “Maa Baina khujroti wa
mimbari roudhutun min riyadhil jannah”
artinya antara mimbarku dan tempat tidurku adalah pertamanan surga.
Waktu zaiarah kemakam Rosululloh dan
Roudhoh, dimasjid Nabawi berbeda dengan Masjidil Haram Makkah, yang terbuka
untuk jama’ah selama 24 jam , karena Masjid Nabawi hanya dibuka pada jam
03.00-22.00 Waktu Saudi Arabia , dan waktu untuk ziarah diatur sebagai berikut
: Jama’ah haji wanita dapat mengunjungi
Roudhoh dan ziarah kemakam Rosululloh pada pukul 07.00 sampai dengan pukul
10.00 dan pukul 13.30 sampai dengan pukul 15.00 Waktu Saudi Arabia , tempatnya
terpisah dengan laki-laki yang dibatasi dengan sekat yang dipasang khusus
ketika wanita berziarah.
Saya diajak teman pada hari kedua
ba’da dhuhur, teman saya itu sudah pernah naik haji, maka saya manut saja
ketika diajak untuk antri memasuki Roudhoh, dia bilang waktu dia haji juga
pernah masuk ke Roudhoh dan gampang sekali, katanya tidak berdesak-desakan,
saya tertarik dengan ceritanya , maka kuikuti saja kemana teman saya tadi
ngajak saya masuk Roudhoh, betul memang ada satu tempat yang sangat padat ,
begitu padatnya sampai untuk sekedar lewat saja tidak bisa, tetapi karena saya
yakin dengan kata teman tadi sekali lagi, kemana saja dia melangkah senantiasa
kuikuti, setelah berdiri sekitar
77
setengah jam,
saya teringat pada waktu manasik diberi cerita oleh pembimbing manasik, bahwa
kalau mau niteni mana Roudhoh dan mana yang bukan Roudhoh, itu gampang, tinggal
lihat karpetnya , kalau karpetnya hijau berarti itu sudah masuk tempat yang
bernama Roudhoh, namun saya tidak bisa masuk Roudhoh, seperti yang ditunjukkan
teman saya tadi, setelah saya tanyakan lagi teman saya bersikukuh bahwa tempat
dimana kami berdiri itulah Roudhoh, padahal karpetnya merah, ternyata setelah
saya amati itu bukan Roudhoh tetapi jalan keluar- masuk, antara Roudhoh dengan
mimbar yang baru, jadi kalau mau masuk tempat itu tidak perlu antri, karena
memang itu jalan umum, lha yang jadi pertanyaan saya berarti teman saya tadi
keliru, dan tahun lalu ketika haji juga masuk ke Roudhoh yang keliru, atau
benar menurut versinya dia.
Saya lalu putar otak, untuk segera
dapat masuk Roudhoh, sedangkan teman yang mengantar saya tadi, sudah tidak
kelihatan, mungkin agak malu karena informasinya keliru, betul juga ternyata
untuk masuk Roudhoh harus mengantri, kalau mulai antri ba’da dhuhur , ba’da
asar belum tentu bisa masuk, bahkan bisa sampai maghrib baru bisa masuk, itupun
kalau pas beruntung kalau tidak bahkan sampai isya’ pun belum tentu bisa masuk,
hari itu aku tidak bisa masuk sampai Roudhoh, namun aku ikhtiar , walupun
tubuhku masih diluar Roudhoh, namun kakiku bisa kuinjakkan ke karpet hijau yang
terhampar diatas Roudhoh, aku sengaja menyusupkan kakiku melewati bawah sekat
yang membatasi Roudhoh dengan kawasan sekitar Roudhoh, karena kakiku sudah
menyentuh Roudhoh maka aku segera berdo’a menyampaikan seluruh kerinduanku pada
Allah Sang Pemilik Roudhoh. Untuk hari itu , saya sudah merasa puas , melebihi
kepuasan apapun yang pernah kurasakan didunia ini,
aku telah
sampai dan menginjakkan kakiku di surga yang di sabdakan Rosululloh lelaki
agung itu, sholawat dan Salam baginya.
78
Aku pulang setelah isya’ dan bertemu
dengan istriku ditempat yang kami janjikan dibawah tiang lampu didepan pintu
pagar nomor 13, rasanya seperti mengulang masa dahulu, aku datang lebih dulu
dan istriku belum kelihatan, hatiku degdegan tak sabar menunggu kedatangan
istriku, ada rindu yang menggelayut didadaku, berpisah dengan istri sejak
menjelang asar sampai ba’da isya’, tak lama kemudian istriku muncul dikejauhan
diantar ibu-ibu dari Pakistan, kata istriku , sudah kenalan dengan orang
Pakistan itu, walaupun sama-sama tak paham bahasa masing-masing , namun mereka
dapat berkomunikasi, orang Pakistan itu berkata padaku “lachuba, lacubha”,
sambil menunjuk istriku, mungkin maksudnya cantik, cantik, istriku memang
cantik. Sambil berjalan pulang istriku bilang dapat hadiah dari orang Pakistan
itu, apa hadiahnya…., beberapa gelang terbuat dari plastik, aku lantas tertawa
terkekeh, kekeh.
Hari ketiga, setelah melalui
perjuangan yang keras dan kesabaran yang tinggi akhirnya aku bisa masuk
Roudhoh, setelah mengantri dari ba’da Asar baru bisa masuk Roudhoh menjelang
Isya’, bahkan aku bisa menyempatkan sholat Isya’ di Roudhoh ditambah dengan
sholat sunat Ba’dliyah dan Qobliyahnya sambil berdo’a dengan cucuran air mata “
Allohu Akbar, Alloh Maha Besar. Setelah selesai dari Roudhoh saya keluar
melalui jalan keluar yang dijaga Asykar.
Keluar dari Roudhoh langsung bisa
menziarahi Makam Rosululloh SAW, disitulah aku menyampaikan salam pada baginda
Rosululloh SAW “ Assalamu’alaika ya ayyu ha annabiyyu warohmatullahi
wabarokaatuh” , disamping itu juga kusampaikan salam amanah dari segenap
kawan-kawan yang menitipkan salam kepadaku untuk Baginda Nabi Agung Muhammad
SAW, aku pernah membaca hadist, bahwa orang yang berz iarah ke makam Nabi dan
79
mengucapkan
salam maka akan dijawab langsung oleh nabi, Wallohu a’lamu bi assowab.Aku
melihat tidak sedikit orang menangis ketika melihat makam Rosululloh SAW,
bahkan ada yang melepas surbannya dan mengusap-usapkan ditembok makam
Rosululloh SAW, tentu saja dilarang oleh asykar, tetapi namanya orang saking
harunya melihat makam Rosulullah SAW, maka larangan itu tidak digubris,
sampai-sampai asykarnya tidak sabar, lalu orang itu dicengkiwing, dibawa menuju
ke pintu keluar.Tentu saja orang itu terkaget-kaget, namun apa hendak dikata ,
mau melawan mana bisa, selain takut, ukuran tubuhnya teramat kecil dibanding
dengan Asykar yang telah mengusirnya.
80
KEMALINGAN DI HOTEL
Maling ternyata ada dimana-mana,
tidak hanya di Indonesia saja , ditanah sucipun masih ada orang-orang jahil,
yang menginginkan harta saudaranya secara aniaya alias maling, ada jama’ah yang
nangis-nangis karena sepulang dari
masjid dan masuk kamar, ternyata tasnya sudah dibongkar orang, dan
barang-barang berharga beserta uang telah raib, tentunya jamaah haji yang kehilangan harta benda itu
menangis sedih campur kecewa, bagaimana tidak ‘ wong sisa uang bekal yang
tinggal sedikit berikut barang-barang berharga yang rencananya untuk oleh-oleh sanak
saudaranya ,ditanah air ternyata musnah tak berbekas. Waktu itu memang langsung
dilaporkan ke pihak pengelola hotel, namun sepertinya tidak membuahkan hasil
apa-apa, hanya berpesan agar semakin berhati-hati, ya memang terus ada polisi
datang, priksa ini itu, tanya ini itu, namun sampai kami pulang ketanah air
tidak ada kabar beritanya, oalah dasar maling, ora wedi karo tanah suci ora
samar kuwalat.
Dua hari setelah kejadian itu , regu
kami semakin waspada , jangan-jangan pencuri itu masih berkeliaran mencari
mangsa, benar juga, malam hari sekitar pukul
setengah tiga ketika aku sedang sholat Tahajut, tiba-tiba ada orang yang
berusaha membuka pintu dari luar, kayaknya dia pakai kunci duplikat, tapi
karena kami telah meningkatkan kewaspadaan , maka sengaja kunci yang di dalam
tidak kami cabut, dan masih saya tambah dengan grendel , saya tambah lagi
dengan kursi sofa yang sengaja kami geser untuk mengganjal pintu, jadinya kuat
deh, membuat maling tidak berdaya dan tidak bisa masuk ke kamar kami.
81
Menurut kabar yang berhembus , entah
darimana sumbernya , katanya yang berbuat onar, termasuk mencuri itu adalah
salah satu adik pemilik hotel, benar dan tidaknya belum bisa diketahui, bahkan sampai kami pulang ketanah
air hal itu tetap menjadi misteri.
82
ZIARAH KE TEMPAT-TEMPAT BERSEJARAH
Ada agenda yang menarik selama kami
berada di Madinah, yaitu ziarah ke tempat-tempat bersejarah, antara lain di Makam
Baqi’ ,Masjid Quba’, Masjid Qiblatain, Makam Syuhada Jabal Uhud , Khondak /
Masjid Khamsah dan tidak lupa mampir ke pasar Kurma, tempat orang bertransaksi
Korma , semua jenis Kurma tersedia disana dengan harga relative murah dan
kualitas Kurmanya bagus, ada juga Kurma “Ajwa” atau Kurma Rosul yang terkenal
itu, namun harganya selangit waktu itu ada yang ditawarkan 200 Riyal per kg
jadi kalau dirupiahkan waktu itu , tahun 2005 harganya per kg sekitar 500 ribu
rupiah .
Agar lebih dapat di fahami para
pembaca saya akan menceritakan tempat-tempat bersejarah itu satu persatu :
1.
Makam Baqi’
Baqi’ adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman Jahiliyah sampai
sekarang. Jama’ah haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi’, letaknya
disebelah timur dari Masjid Nabawi. Disitu dimakamkan Usman bin Affan r.a, dan
para istri Nabi, yaitu Siti Aisyah r.a, Ummi Salamh, Juwairiyah, Zainab, Hafsah
binti Umar bin Khattab dan Mariyah Al Qibtiyah, r.a.
Putera dan Puteri Rosulullah di antaranya Ibrahim, Siti Fatimah, Zainab
. Demikian pula Ruqoyya Halimatus Sa’diyah ibu susu Rosululloh SAW.
Sahabat yang pertama di makamkan di Baqi’ ialah Abu Umamah, Hasan bin
Zararah dari kaum Ansor dan Usman bin Maz’un dari golongan Muhajirin . Dikenal
dengan nama Baqi’ Al Gorqod kerena di sini dahulu kala tumbuh pohon-pohon
Gorqod ( gerumbul-gerumbul pohon, Gorqod = sejenis pohon-pohon yang berdaun
kecil). Kalau di Indonesia mungkin
83
pohon “KROKOT” yang enak dibikin pecel.Di Baqi’ ini Rosululloh membaca
do’a sebagai berikut :
“ Mudah-mudahan sejahtera atas kamu sekalian wahai (penghuni) tempat
kaum yang beriman, Apa yang dijanjikan kepadamu yang masih ditangguhkan besok
itu, pasti akan dating kepadamu, dan kami Insya Allah akan menyusulmu. Ya
Tuhan, ampunilah ahli Baqi’ Al Gorqod
(H.R. Muslim).
2.
Masjid Quba.
Masjid Quba adalah sebuah masjid yang terletak di daerah Quba. Quba
terletak sekitar 5 km sebelah barat daya Madinah . Waktu Nabi Muhammad SAW
berhujrah ke Madinah, orang-orang yang pertama menyongsong kedatangan
Rosululloh SAW adalah penduduk Quba. Karena orang-orang Quba dan Madinah belum mengenal Nabi maka
tatkala Nabi bersama pengiringnya yaitu Abu Bakar Assiddiq dating dengan
berpakaian sama sama putih, mereka ragu-ragu mana yang Nabi. Hal ini menarik
perhatian Abu Bakar untuk menghilangkan keragu-raguan mereka maka Abu Bakar
memegang selendangnya dan dilindungkan di atas kepala Nabi. Dengan demikian
maka para penjemput mengerti yang mana Nabi. Kedatangan Nabi di Quba pada hari
Senin tanggal 12 Robu’ul Awwal tahun 13 kenabiannya atau 53 tahun dari
kelahiran beliau.
Menurut keterangan Mahmud Pasya Al Falaki , seorang ulama dari Mesir ,
bahwa hari kedatangan Nabi di Qubba adalah bertepatan dengan tanggal 20
September 622 M. Dan waktu di Quba beliau menempati rumah Kalsum bin Hadam dari
Kabilah Amir bin Auf. Di Quba inilah beliau
84
mendirikan Masjid di atas sebidang tanah milik Kalsum bin Hadam. Batu
pertama diletakkan oleh Nabi Sendiri , kemudian berturut-turut diletakkan oleh
Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Tholib. Selanjutnya dikerjakan oleh
sahabat Muhajirin dan Anshor sampai
selesai .Masjid Quba adalah masjid yang pertama-tama didirikan
oleh Nabi Muhammad SAW dan masjid ini dibangun oleh Nabi Muhammad SAW 2 kali,
pertama ketika kiblatnya menghadap Baitul Maqdis dan kedua ketika kiblatnya
mengahadap Baitulloh.
Dalam membangun masjin ini beliau dibantu Malaikat Jibril yang
memberikan petunjuk kiblat masjid tersebut. Di masjid ini pula pertama kali di
adakan sholat berjamaah secara terang-terangan . Letak Masjid Quba saat ini
berada di sudut perempatan jalan baru yang menghubungkan Madinah – Makkah –
Jeddah.
3.
Jabal Uhud (Bukid Uhud)
Jabal Uhud adalah nama sebuah bukit terbesar di Madinah . Letaknya
sekitar 5 km dari pusat kota Madinah ,
berada di pinggir jalan lama Madinah-Makkah . Mulai tahun 1984 perjalanan haji
dari Makkah ke Madinah atau dari Madinah ke Jeddah tidak melalui jalan lama
tersebut, melainkan melalui jalan baru yang tidak melewati pinggir Jabal Uhud.
Dilembah bukit ini pernah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin sebanyak
700 orang melawan kaum musyrikin Makkah sebanyak 3000 orang. Dalam pertempuran
tersebut , yang gugur sampai 70 orang syuhada, antara lain Hamzah bin Abdul
Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Perang Uhud terjadi pada tahun ke -3 H.
Waktu kaum musyrikin Makkah sampai perbatasan di Madinah , umat Islam
mengadakan musyawarah bersama para sahabat yang dipimpin oleh Nabi
85
Muhammad SAW. Banyak para sahabat mengusulkan agar umat Islam
menyongsong kedatangan musuh di luar kota Madinah , usul ini akhirnya disetujui
oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW menempatkan beberapa orang pemanah di
atas gunung Uhud, di bawah pimpinan Mash’ab
bin Umair untuk mengadakan serangan-serangan bilamana kaum musyrikin
mulai menggempur kedudukan umat Islam. Dalam perang yang dahsyat tersebut umat
Islam mendapat kemenangan yang gemilang sehingga kaum musyrikin pontang
panting. Pemanah umat Islam yang berada diatas gunung Uhud , setelah melihat
barang-barang yang ditinggalkan oleh musuh , ada beberapa diantara mereka yang
meninggalkan pos untuk turut mengambil barang-barang tersebut, padahal Nabi
Muhammad SAW telah mengintruksikan agar tidak meninggalkan pos meski apapun
yang terjadi. Adanya pos yang ditinggalkan oleh pemanah itu digunakan oleh
Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) seorang ahli strategi yang memimpin
tentara berkuda , menggerakkan tentaranya kembali guna menyerang sehingga umat
Islam mengalami kekalahan tidak sedikit yaitu sampai 70 orang sahabat gugur
sebagai syuhada. Dalam perang ini Hindun binti ‘Uthbah mengupah Wahsy Alhabsy ,
budak Zubair, untuk membunuh Hamzah , karena ayah Hindun dibunuh oleh Hamzah
dalam perang Badar. Begitu pula Zubair bin Mut’im berjanji pada Wahsy akan
memerdekakannya setelah ia membunuh paman Zubair dalam perang Badar. Nabi
Muhammad SAW sendiri dalam peperangan tersebut mendapat luka-luka. Para
Sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai Nabi Muhammad SAW gugur karena
badannya penuh dengan anak panah.
Setelah perang usai kaum
86
musyrikin menundurkan diri kembali ke Makkah , maka Nabi Muhammad SAW memerintahkan
agar mereka yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu
liang kubur berisi beberapa syuhada , kuburan Uhud waktu sekarang di kelilingi
tembok.
4.
Masjid Qiblatain
Masjid tersebut mula-mula dikenal dengan nama masjid Bani Salamah,
karena masjid ini dibangun di atas tanah bekas rumah Bani salamah. Letaknya di
tepi jalan menuju kampus Universitas
Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq. Pada permulaan Islam , orang
melakukan sholat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di yerussalem /
Palestina. Pada tahun ke 2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab waktu Dhuhur di
masjid Bani Salamah ini, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqoroh ayat 144 .
Dalam shalat tersebut mula-mula Rosululloh SAW menghadap kea rah masjid Aqso
tetapi setelah turun ayat tersebut diatas, beliau menghentikan sementara ,
kemudian meneruskan shalat dengan memindahkan arah menghadap ke Masjidil Haram
. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblatain yang berarti
masjid berkiblat dua.
5.
Khandak/ Masjid Khamsah.
sehubungan dengan peristiwa pengepungan kota Madinah oleh kafir Quraisy
bersama dengan sekutu-sekutunya dari Yahudi Nadir,Bani Ghafthfan dan lain-lain.
Disaat itulah Rosululloh SAW mendengar kafir Quraisy bersama sekutu-sekutunya
akan menggempur kota Madinah, maka Rosulullah SAW bermusyawarah dengan para
sahabat-sahabatnya , bagaimana cara menanggulangi penyerangan tersebut. Pada
waktu itu
87
sahabat Nabi , Salman Al Farisi memberikan saran supaya Rosululloh
SAW membuat benteng pertahanan berupa parit, usul tersebut diterima oleh
Rosululloh SAW . Maka digalilah parit pertahanan tersebut dibawah pimpinan Rosululloh SAW sendiri. Peristiwa pengepungan
kota Madinah terjadi pada bulan Syawal tahun ke lima Hijriyah . Peninggalan
perang Khondak yang ada sampai sekarang hanyalah berupa lima pos yang dulunya
berjumlah tujuh, yang menurut sebagian riwayat tempat tersebut adalah bekas pos
penjagaan pada peristiwa perang Khondak dan sekarang dikenal dengan nama Masjid
Sab’ah atau Masjid Khondak.
88
TRANSIT DI MADINlATUL HUJJAJ
DIJEMPUT MUKIMIN, DIAJAK TAMASYA
Hari pertama
kami berada di Madinatul Hujjaj, kami dijemput keluarga yang berasal dari
Magelang yang telah bermukim lama di Jeddah , senang rasanya bertemu famili dinegeri
orang, teman dan famili kami tadi kerja di Kedutaan Besar Indonesia diArab
Saudi namanya mas Slamet Imam Hanafi (sengaja saya sebut nama, untuk
menghormati kebaikan hati beliau) dan adiknya ,yang bekerja di sekolah
Indonesia di Jeddah, Mas Din , namanya, kami sejumlah sebelas orang yang
berasal dari satu desa dijemput, keluar dari wisma Indonesia dengan acara tunggal , yaitu tamasya.
Mula-mula kami diajak mampir kerumah kediaman Mas Imam, disana di jamu dengan
jamuan yang istimewa dan disambut bagaikan tamu agung, selain disuguhi segala
macam menu khas Indonesia, yang tak kalah menariknya , juga disajikan Bakwan
Jagung berikut Lombok Rawitnya , yang sudah sekitar 1 bulan tidak kami jumpai
di Makkah maupun di Madinah.
KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
BalasHapusdan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
beri 4 angka [1164] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus .
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu KI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA,,di no (((085-321-606-847)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 900 JUTA , wassalam.