Jumat, 04 Mei 2012

LABBAIK ALLOH HUMMA LABBAIK




H.HANIF HANANI,S.H.,M.H.

“LABBAIK ALLOH HUMMA LABBAIK”
AKUDATANG   MEMENUHI PANGGILAN-MU
(KISAH PERJALANAN HAJI ORANG FAQIR & DHOIF)

SALWA OFFSET  MAGELANG














KATA PENGANTAR

Segala  puji saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah menjadikan Baitulloh sebagai tempat beribadah dan memberikan ketentraman. Dan segala puji syukur kita haturkan kepada Zat yang Maha Agung , yang telah berfirman dalam kitab suci-Nya :
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitulloh” (QS.Ali Imron :97)
            Sholawat dan salam, kusampaikan kepada Nabi Muhammad SAW  , yang diutus sebagai rahmat semesta alam, yang telah bersabda: “ Barang siapa yang berhaji dengan tidak berkata kotor dan tidak melakukan perbuatan keji, maka dia kembali suci seperti saat dilahirkan oleh ibunya “ . Amma ba’du.
            Terbitnya buku ini dikandung maksud, membagikan setetes ilmu dan pengalaman penulis didalam menunaikan ibadah haji, juga penulis memotret segala seluk- beluk dan hal-hal  lucu tapi nyata yang berhubungan dengan prosesi ibadah haji sejak dari pendaftaran, persiapan , pelaksaan sampai hal-hal yang mungkin dianggap remeh temeh, namun penulis yakin , justru inilah yang menarik dari rangkaian perjalanan haji,  dengan harapan setetes ilmu dan pengalaman penulis ini , bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi orang-orang yang kepengin menunaikan ibadah haji, untuk segera bertamu ke Baitulloh, menjadi dhuyufurrochman.
            Namun demikian, penulis menyadari bahwa buku ini, belum lah layak menjadi bagian dari khasanah ilmu pengetahuan, ibarat jauh panggang dari api,  masih jauh dari kesempurnaan.
Tiada gading yang tak retak, penulis hanyalah hamba Allah yang faqir dan dhoif, terus dan terus senantiasa mohon saran dan kritikan dari pembaca.
            Semoga Allah menjadikan haji kita mabrur , amiin ya Robbal ‘alamiin.
                                                                                    Magelang,     April 2006
                                                                                    Penulis

                                                                                    H.Hanif Hanani,S.H.,M.H. 




















BIODATA PENULIS


                 

H.Hanif Hanani,S.H.,M.H, lahir di Magelang , 02 Mei 1968. Pada tahun 1987 diangkat menjadi Calon PNS di Depag Kab. Magelang dan bertugas sebagai Pegawai Urusan TU Kepegawaian,pada tahun 1996 meraih gelar S.1 hukum di Universitas Muhammadiyah Magelang.
Tahun 2000, diangkat menjadi Kepala KUA.Kecamatan Mertoyudan , tahun 2006 dialih tugaskan  menjadi Kepala KUA. Kecamatan Muntilan, sampai sekarang.
Pada tahun 2008 ,suami dari Hj. Anik Sulistyanti ini,melanjutkan study  Program Pasca Sarjana pada  Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang ,  pada tahun 2009 meraih gelar  Magister Ilmu Hukum, dengan Thesis berjudul “ Peranan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dalam Penyelesaian Sengketa Pernikahan Wali Adlal (Study Kasus  Pencatatan Pernikahan Wali Adlal di KUA Kecamatan Muntilan).
















DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR……..……………………………………………...  …..  i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………    ii
PENDAHULUAN……………………………………………………………..  1
DI DO’AKAN NENEK-NENEK……………………………………………..   5
MENDAFTAR HAJI…………………………………………………………. 10
HAMPIR KEHILANGAN ISTRI……………………………………………. 19
LUPA JALAN KE MAKTAB………………………………………………    27
DI DORONG ASYKAR…………………………………………………….    31
MELONTAR JUMROH…………………………………………………….    40
CUKUR GUNDUL………………………………………………………….   43
TIDUR SEPERTI BANDENG……………………………………………….  48
DIHADANG BADAI GURUN………………………………………………..56
TIBA DI MAKKAH LAGI……………………………………………………67
THOWAF IFADHOH………………………………………………………  .69
THOWAF WADA’…………………………………………………………  72
BERANGKAT KE MADINAH……………………………………………….73
MASUK ROUDHOH………………………………………………………….77
KEMALINGAN DI HOTEL…………………………………………………. 81
ZIARAH KE TEMPAT-TEMPAT BERSEJARAH…………………………. .83
TRANSIT DI MADINATUL HUJJAJ……………………………………….. 89
KEMBALI KE TANAH AIR…………………………………………………..91
BIO DATA PENULIS……………………………………………………… …94


ii





PENDAHULUAN
Tahun 1994, aku mulai merindui hendak sowan ke tanah suci-Mu, sejak ayah tercinta, berniat naik haji tahun 1994 dalam jiwaku mulai terusik dan menggantungkan cita-citaku hendak menuniakan ibadah haji entah kapan waktunya.Saat ayah berangkat meninggalkan tanah air hatiku terasa teriris, haru sedih perasaan mengharu biru tercampur aduk jadi satu. Aku ingat saat ayah memanggilku secara khusus di kantor kecamatan , beliau memintaku untuk menjaga seluruh keluarga, simak adik-adik dan  saudara tuaku. Ayah berlinang air mata ketika menyerahkan klaim asuransi kematian sembari berwasiat apabila beliau tidak pulang aku diminta mengurus segala hal ihwal tentang asuransi kematian dari Garuda Indonesia.
Aku jadi ingat ketika beliau beberapa saat setelah melunasi setoran ONH kemudian mengajakku untuk turut serta, waktu itu ongkos naik haji baru sekitar enam jutaan , beliau bilang aku telah mampu sebab saat itu aku punya beberapa ekor sapi, perhiasan emas dan kendaraan bermotor yang apabila dijual harga waktu itu  , digunggung kepruk semuanya telah mencukupi untuk membayar ONH tetapi entah karena apa aku belum tetarik mungkin karena umur saya saat itu baru 28 tahun, suatu masa yang belum matang dan kadar keberagamaanku masih labil.Namun saat itulah kurasakan hatiku mulai tertarik dan menggantungkan cita-cita untuk bisa pergi ketanah suci.
Menurut cerita beliau selama di tanah suci , bapak tak henti-hentinya  berdoá untuk semua keluarga agar diberi kesempatan mengikuti jejaknya , kata beliau tiada hal yang paling membahagiakan dan tidak ada perjalanan yang paling mengesankan kecuali perjalanan haji, memang dalam perjalanan tersebut
1


 banyak kesulitan dan rintangan yang dihadapi tetapi  , semakin banyak kesulitan  samakin banyak hikmah yang diperoleh. Ayahku pulang dengan selamat dan membawa prestasi haji mabrur, saya dapat mengatakan demikian sebab semenjak beliau pulang haji , hati beliau bertambah arif , kasih sayang dan perhatian beliau terhadap keluarga semakin bertambah, namun Allah berkehendak lain , beliau hanya sempat berkumpul dengan keluarga 1,5 tahun semenjak kepulangannya.
Pada tahun itu sepulang ayah naik haji rasa kepingin saya hendak pergi ketanah suci semakin tidak dapat kukendalikan, ketika aku sowan kepada kepala kantorku yang kebetulan juga naik haji bersama ayah, sampai –sampai aku menanyakan kepada beliau, apa yang bisa membuat beliau naik haji berkali-kali, pada waktu itu beliau naik haji yang ke tiga kalinya.beliau meberiku ijazah yaitu dengan berdoá yang dijadikan wirid setiap bakda sholat fardhu adapun doánya “Allahumma yasirlana ziarota kharomaika”yang artinya ya Allah ,mudahkanlah ziarah ke dua tanah suci-Mu, dibaca setiap bakda sholat fardhu 3 x, semenjak itu aku selalu membaca dan kujadikan wiridan. Hari berganti, bulan berganti  bahkan tahunpun berganti, tak terasa wirid itu senantiasa kulafalkan namun belum kunjung jua aku menunaikan ibadah haji sampai yang memberi ijazah berangkat lagi, sambil tilik haji beliau kutanyakan lagi apa rumusnya atau resep tambahannya beliu memberikan jawaban “sampeyan kurang ngeyel memohonnya , sambil ngeyel bila perlu menangis, Allah itu suka kalau hambanya minta sambil menangis dan malu apabila tidak  menuruti” kemudian beliau menambahkan “kalau manusia di eyel jengkel, tetapi Allah dieyel suka”.
Bulan Agustus 1995 , aku mengantar ayah memberi pengajian di Kecamatan dalam rangka 17 Agustusan, dalam perjalanan beliau banyak berpesan kepadaku terutama mengenai perjalanan dan kehidupan beragamaku,
2
ayah menasehatiku agar banyak belajar ilmu agama sebab dengan ilmu itu kita akan banyak mendapatkan manfaat dan bahkan janji Allah terhadap orang yang beriman sekaligus berilmu adalah akan mendapatkan derajat disisi Tuhan dan masyarakat.Beliau juga berpesan agar apabila mampu, berinfaq, apabila sudah sampai nisob ,berzakat, setiap tahun apabila mampu, berkurban , tidak ketung seekor Kambing, tak lupa beliau berwasiat agar apabila sudah mampu segera menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu Ibadah Haji.
Beberapa hari setelah itu ayahku jatuh sakit, sekitar jam 22.00 malam Ahad , simak mengetuk pintu rumahku  sambil menangis sambari  mengatakan bahwa ayahku sakit agak parah, dengan bergegas aku masuki kamar beliau , kesakitan yang dirasakan sambil memegang dada sebelah kiri, ayah memintaku untuk mengantar berobat kerumah sakit.Aku antarkan kerumah sakit dikota Magelang yang jarak dari rumah sekitar 7 km.Rupanya itulah kepergian ayah yang terakhir , sebelum berangkat beliu sempat melihat rumah untuk yang terakhir kali 14 hari setelah itu ayah meninggal dunia, di ruang ICU RSU Tidar Magelang, ditunggui oleh sanak keluarga, aku sendiri yang mengantar kepulangan beliau sowan keHadirat Ilahi , kubisiki telinganya dengan kalimat Tahlil dan ayat Al-qurán “Ya. Ayyatuha Annafsu Al-Mutmainnah Irjií ilaa Robbiki Roodhiyatan Al Mardhiyyah fadkuli fi ngibadii wadkhuli jannatii”, beliau menghembuskan nafas terakhir pada hari Ahad setelah beliau menjalankan sholat Maghrib.
Hari Senin ayah dimakamkan dengan pemakaman sederhana , kuburannya nyaris rata dengan tanah, sebab ayah sudah wasiat dengan adikku yang ragil, bahwa beliau mengharamkan apabila kuburannya ditinggikan apalagi dibangun kijing, beliau sangat tidak suka, beliau mengatakan di “Baqi’” tidak ada kuburan yang dikijing.

3
Aku sangat terpukul , namun bisa bersabar dan Tawakal pada Allah,Swt dengan kepergian beliau, beliau adalah tongkat sekaligus lentera bagi kehidupanku, belum puas rasanya aku menerima wejangan dan petuah yang dapat menjadi penerang hidupku, namun apa daya kehendak Allah yang paling baik, aku rela, aku rela dan ridho semua kehendak-MU ,ayah meninggal dalam usia 57 tahun.





















4
DIDO’AKAN NENEK-NENEK

Seiring dengan berjalannya waktu , sepeninggal ayahku , aku diangkat dimasyarakat sebagai pengganti  beliau walaupun aku sadar diriku tidak sepadan dibanding kan dengan ketokohan beliau selama ini , namun masyarakat memaksa aku untuk menggantikan tugas-tugas beliau terutama dalam hal kegiatan agama, salah satunya adalah khotib Jumát, semua itu kuterima dengan lapang dada dan ikhlas ,sambil   prihatin belajar ilmu agama agar aku tidak gamang dalam menerima kepercayaan dari masyarakat.
Pertama kali aku menjalankan tugas sebagai khotib menggantikan ayah, banyak handai tolan yang meneteskan airmata, teringat akan perjuangan ayahku , seraya berdoá semoga aku kuat memikul amanah yang telah mereka berikan, banyak yang menaruh harapan agar aku dapat menjadi penerus perjuangan beliau.
Tidak terasa 5 tahun ayahku telah meninggalkan aku, bersaamaan dengan itu karirku di Departemen Agama mengalami kemajuan, setelah ijazah sarjana hukum kuperoleh, aku diberi kepercayaan untuk memimpin KUA Kecamatan Mertoyudan  Kabupaten  Magelang, waktu itu usiaku 32 tahun aku bersyukur Tuhan memberi amanah jabatan dilingkungan Departemen  Agama , paling tidak aku dapat mengabdi dan bekerja sambil beribadah,dengan segenap kemampuan ku.Aku yakini firman Allah “Yarfangu Alladhina Amanuu min kum wal ladhina uutu alngilma darajatan”.
Aku menjadi publik figur di masyarakat tempatku bekerja , dengan profesiku sebagai kepala KUA atau Penghulu aku sering berkumpul dengan para álim , suatu ketika aku diundang dalam acara IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia ) Kecamatan Mertoyudan, ketika usai acara tersebut aku sengaja
5
pulang paling akhir sambil menunggu antri menuruni tangga , karena kebetulan acara dilaksanakan di lantai dua. Ada seorang nenek-nenek yang pulang paling akhir , beliu minta tolong padaku untuk dituntun karena takut menuruni tangga, dalam kesempatan itu nenek tersebut bertanya padaku, nak kapan nak pergi haji ? tahun berapa ? masih muda kok sudah pergi haji , senang ya ? pertanyaan tersebut terus meluncur dari mulutnya ,beliau mengira saya sudah pergi haji, karena saya turut hadir dalam undangan IPHI tersebut. Dengan senyum kecut saya jawab ,kulo dereng minggah kaji mbah, lho kok sampean teng mriki ngeterke sinten ? tanyanya lagi, kulo kepala KUA, Pengulu mbah, . Lho pengulu kok durung munggah kaji ? timpalnya lagi dengan enteng, kulo dongakke tahun ngarep sampean keturutan munggah kaji, amin mbah , jawabku.
Dialog yang singkat tersebut mampu menggugah sanubariku, aku jadi ingin sekali mendaftar naik haji, tapi apa daya, waktu itu biaya belum mencukupi apalagi istriku berniat hendak ikut, dia ingin haji berdua.
Ekonomiku mengalami kemajuan pesat , istriku yang pedagang Alhamdulillah , laris dan kami punya usaha sampingan yaitu industri kecil , pembuat kue-kue kering dengan jumlah pekerja 32 orang dan omset perhari bisa mencapi 600 kg, kue kering dengan asumsi harga 3,6. juta usahaku berkembang pesat , namun keinginan untuk pergi haji rupa-rupanya terlupakan, doá yang sering saya mohon pada Allah terkabul aku diberi rizki yang lumayan mungkin kalau aku berniat naik haji ongkosnya sudah cukup. Namun aku hanyalah manusia , ibaratnya manusia itu kalau diberi gunung emas dia akan meminta lembah emas begitulah manusia tidak akan puas sebelum diiisi perutnya dengan tanah.
Tuhan menagih  janji aku diberi cobaan bertubi-tubi mulai dari kecurian , terkena tipu, bisnis mobil yang mendatangkan rugi, semua kerugian apabila aku
6
total jumlahnya telah cukup, bahkan lebih, kalau kugunakan untuk ONH. Aku mulai mengefaluasi langkahku, meneliti kembali perjalanan hidupku hingga kucapai satu kesimpulan bahwa , dunia ini kalau di kejar tiada akan habis dan tidak pernah mencapai kata puas , aku teringat ayat al-qurán “Wala Al-Aakhirotu khoirun laka minal ulaa”.
Tahun 2003 hari raya Idul fitri kami sekeluarga berkumpul untuk silaturrokhim, tiba tiba paman yang seorang pedagang berseloroh kepadaku , mengajak bersama –sama naik haji tahun depan, ku mengira beliau hanyalah bercanda maka dengan serta merta aku menyanggupi untuk berangkat bersama tahun depan, tak kusangka ternyata ajakan beliu sungguh sungguh, tahun 2004 beliau naik haji bersama istrinya, sedangkan aku, hatiku terasa teriris-iris karena ternyata Tuhan belum berkenan nimbali aku ke Bait-Nya. Barhari-hari aku merenung, istriku senantiasa menghiburku bahwa kalau saatnya Allah memanggil kami berdua , kami pasti berangkat dan tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi kehendak-Nya.
Pada saat upacara pemberangkatan haji paman dan bibi, kami berdua hadir dan tentu saja melepas kepergiannya dengan linagan air mata, duh Gusti kapan Engkau sudi memanggil hamba-Mu yang lemah ini, kami titip  doá kepada beliau berdua.
Dapat “Ijazah”.
Tahun 2003, teman saya , salah satu kepala KUA , naik haji, sambil berkunjung kerumahnya saya bertanya apa amalan atau lelaku supaya bisa segera naik haji, kemudian dia memberiku ijazah, katanya apabila bisa nitip uang , untuk disedekahkan di tanah suci, InsyaAllah tidak lama lagi akan segera berangkat, sedangkan jumlah uangnya yaitu , sekian rupiah dikalikan  seratus ribu derajat, misalnya titip lima puluh ribu, maka perhitungannya lima puluh
7
ribu dikalikan seratus ribu jadi lima puluh juta (seratus ribu adalah nilai derajat amalan ditanah haram)., Maka pada tahun itu saya nitip uang seratus ribu untuk saya dan istri dengan harapan Allah segara berkenan memanggilku untuk berhaji , kutunggu sampai satu tahun rupa-rupanya Allah belum berkenan, maka ketika paman berangkat saya juga menitipkan lagi sejumlah uang untuk diinfaqkan di tanah suci
Paman berangkat pada bulan Pebruari 2004 sampai beliau pulang perjalanannya memakan waktu kurang lebih 40 hari,   kepulangannya bulan maret 2004, kulepas kepergiannya dengan linangan air mata , pilu rasa hatiku, hati terasa keronto-ronto , keloro-loro,gundah gulana, saat itulah saat yang paling sedih yang kurasakan sepanjang hidupku.
Allah Maha Adil, Gusti Allah ora sare, setelah kepergian paman ke Baitulloh saya mulai berpikir bahwa panggilan Allah itu berlaku bagi orang atau hamba-Nya yang mau mendengarkan, bagaimana mungkin akan terlaksana manakala dipanggil tetapi telinganya tuli atau mendengar tetapi enggan, maka saya punya pendapat ,Allah memanggil dan hamba mendekat sebagaimana
aba – aba sholat yang kita jawab “sami’na wa atho’na”, atau sebagaimana lagu Bimbo “aku jauh Engkau  jauh, aku dekat Engkau dekat”.
Aku mulai menghitung – hitung uangku bararangkali cukup untuk berangkat haji meskipun sendiri, setelah aku jumlahkan semua , aku bisa membayar ONH, tetapi hanya cukup untuk berangkat sendiri, aku mulai merayu, ngerum-rum  istriku agar dia mengikhlaskan kepergianku, mulanya istriku tidak mau dia bersikukuh harus berangkat bersama, karena selama ini kami bekerja banting tulang bersama, berhari-hari aku mencoba membujuknya , aku mengajukan alasan, kalau tahun ini aku dapat berangkat InsyaAllah tahun depan berangkat bersama , aku mungkin mendapatkan  tugas dari Departemen
8
Agama  dan dia ongkos sendiri, walaupun dengan berat hati akhirmya istriku mengijinkan aku berangkat lebih dahulu.
Setelah keberangkatanku disetujui istri malam harinya aku ke stodio foto,untuk foto yang akan kugunakan untuk kir dokter dan persyaratan membayar ONH, waktu itu istriku ikut mengantarkan aku untuk foto, disela-sela antri menunggu giliran untuk difoto , entah dapat bisikan dari mana tiba-tiba istriku juga ingin berfoto, ketika kutanya untuk apa foto itu “ istri saya menjawab “barangkali Allah memanggilku juga, aku kan hamba Allah juga, yang berhak juga sowan ketanah suci-Nya” mendapat jawaban seperti itu aku hanya terdiam .


9















DAFTAR NAIK HAJI

Dengan berbekal uang dua puluh juta pagi harinya aku mendaftarkan diri Ke BRI Magelang, waktu itu hari masih pagi, aku mengambil nomor urut, kemudian duduk menunggu panggilan, beberapa kawan menegurku, kemudian aku mengantri pada bagian setoran ONH, istriku mengikutiku dari belakang, tiba-tiba beberapa pejabat BRI mendekatiku setelah bertegur sapa kemudian menanyakan keperluanku , karena mereka sudah kukenal maka aku menjawab bahwa aku akan membayar ONH tetapi baru bisa berangkat sendiri karena uang tidak cukup.Mereka bukannya terdiam namun mulai mempengaruhi istriku agar ikut, bahkan sambil menggoda dan  memprofokasi  istriku,agar jangan mau ditinggal, tentu saja aku agak khawatir, karena memang aku tidak punya cukup uang untuk keberangkatan berdua, mereka lalu berkata bahwa kalau istriku mau, pihak BRI akan memberikan dana talangan .Tentu saja tawaran menggiurkan itu kusetujui, pada hari itu juga istriku menabung sejumlah satu  juta rupiah, kemudian kekurangan sembilan belas juta ditalangi oleh BRI.
 Ya Allah....,  hampir saja meledak tangisku, Engkau Maha Besar, Panjenengan Dzat ingkang Ngudaneni. 
Hari itu juga aku mendaftarkan dan membayar sebagian ONH dan telah mendapat porsi untuk berangkat tahun depan sedangkan istriku menunggu proses persetujuan untuk mendapatkan talangan dari Direktur BRI.Tiga hari setelah itu aku mendapatkan informasi bahwa pengajuan permohonan talangan dapat disetujui dan istri saya mendapat porsi serta dapat berangkat haji tahun yang akan datang, air mataku tak dapat kutahan , aku menangis , Allah mengabulkan permohonan pintaku ,yang telah aku wirid dengan linangan air mata selama 10 tahun, Alhamdulillah , duh Gusti Engkaulah yang memberiku jalan , kehendak-Mu pasti terjadi.
10
Mandapatkan godaan.
Setelah porsi haji kami berdua kuperolih, maka aku harus bersiap-siap mencari persyaratan lainya seperti foto, kir dokter, imunisasi dan lainnya, ternyata betul kata orang bahwa orang yang akan pergi haji itu banyak godaan dan cobaan , bukan hanya di tanah suci saja tetapi mulai di tanah air sudah ada godaan tinggal kita ini kuat atau tidak, sabar atau tidak mendapat cobaan itu, atau kadang kita tidak menyadari bahwa hal itu adalah merupakan cobaan dari Allah untuk menguji sampai dimana kita dapat menahan amarah kita.
Akan kuceritakan beberapa godaan yang pernah kualami, pertama yaitu ketika aku dan istriku akan melakukan kir dokter sebagai persyaratan utama.
Jarak dari rumah ke Puskesmas Kecamatan adalah sekitar 5 km , sebetulnya bukan jarak yang amat jauh namun kebetulan jembatan yang menghubungkan rumahku dengan kota kecamatan, sedang diperbaiki sehingga akses untuk ke kota kecamatan harus dilalui dengan sepeda motor ,itupun antri karena jembatan penyeberangannya sempit, licin dan harus antri.Harinya Sabtu , kebetulan aku libur karena instansi tempat bekerjaku melaksanakan  5 hari kerja, aku berangkat dari rumah jam 10.00 WIB dengan pertimbangan barangkali pasien yang lain sudah selesai, sampai di Puskesmas jam 10.15 menit , istriku turun untuk mohon informasi sambil mendaftarkan kami berdua untuk kir dokter, apa yang terjadi ?, ketika istriku bertanya dimana pendaftaran pasien, bukan jawaban yang halus dan enak yang kami terima tetapi umpatan dan omelan yang sangat menusuk perasaan  hati kami, katanya kami terlalu siang, resepsionisnya berkata dengan sisnis “Ewoh opo jam segini kok baru daftar? Mau, nyambut gawe opo , dadi pejabat opo ? kok pagi tidak bisa daftar pokoknya sudah tutup, katanya. Ketika saya tanyakan jam kerjanya sampai jam berapa, dengan sinis dia menjawab “lihat itu ditempel diruang tunggu”,
11
Astaghfirullohal ‘adhiim, aku kemudian beristighfar memohon ampun pada Allah , karena aku sadar ini adalah cobaan buat kami berdua, apakah kami sabar atau tidak, untunglah kami sabar , aku menghimbau istri untuk mengalah , pulang untuk datang lagi pada hari Senin, dengan kedatangan yang lebih pagi.
Kemudian aku digoda lagi , yaitu ada orang yang menawariku sawah, dengan harga yang murah, kalau tidak salah luasnya sembilan kesuk (satu kesuk kurang lebih 1000 meter) berarti 9.000 meter luasnya, mintanya sangat murah katanya sekitar 60 juta itupun bisa dinego dan lagi sawahnya termasuk lendoh, lendoh itu subur ,gampang airnya dan gampang pengerjaannya , aku hampir saja terpancing untuk menanggapi penawaran itu tetapi untunglah istriku mengingatkanku agar tidak melayani penawaran itu, karena itu termasuk godaan agar aku terpecah konsentrasi nya,paling tidak pikiranku akan bercabang antara berangkat  Haji, dengan pembayaran tanah. Akhirnya dengan halus kutolak penawaran orang tersebut dan kusampaikan bahwa aku tidak punya uang sebanyak itu karena aku akan melaksanakan ibadah haji, dengan serta merta orang tersebut pamit pulang.
Adapun godaan yang ketiga yaitu, pada bulan itu kebetulan Toyota mengeluarkan mobil baru, yang harganya cukup murah untuk ukuran cilinder dan fasilitasnya, hampir saja aku ikutan inden untuk memiliki mobil tersebut, tetapi lagi-lagi aku teringat , cita-cita yang lebih mulia dan penting, dari pada hanya sekedar memiliki mobil baru.
Akhirnya dengan memejamkan mata dan niat Bismillahi rochmanir rochim, saya bulatkan tekad untuk meninggalkan urusan dunia dan  saya pentingkan akherat yang lebih utama.
Kata orang, kalau kita mencari akherat maka akherat akan didapat sekaligus dunianya akan tercukupi, namun sebaliknya kalau orang hanya mementingkan
12
dunia saja, kadang tidak mendapatkan apapun, dunia tidak diperoleh apa lagi akherat ,tidak akan terpenuhi.saya setuju dengan pendapat diatas , terutama ketika aku membulatkan tekad  untuk melaksanakan haji.
Didaerahku,Kabupaten Magelang, orang yang akan berangkat haji itu banyak didatangi orang, baik itu famili , handai tolan,teman , kolega , tetangga bahkan orang yang tidak kita kenalpun banyak mengujungi kita, untuk bersilaturrochim. Ada yang  berniat hanya tilik atau menjenguk saja , ada yang  berniat minta didoákan, ada yang mendoákan bahkan ada yang ekstrim, menganggap bahwa orang yang akan pergi haji itu , memiliki berkah sehingga mereka ingin ngalap berkah tersebut, semua pendapat tersebut sah-sah saja nyatanya pada musim haji banyak orang saling berkunjung, sehingga akan menambah semarak dan meramaikan syiar Islam.Aku banyak mendapatkan cerita dari orang yang pernah menunaikan haji, katanya tamunya banyak sekali bahkan tamu yang datang melebihi kalau kita  mantu atau khajatan yang lain .   Ternyata betul, setelah  bulan syawwal  orang-orang mulai berdatangan yang tidak kuduga jumlahnya setiap hari , dari pagi sampai malam, banyak yang datang ,bahkan ada yang datang sampai dua, tiga kali.Malam hari banyak tetangga yang ikut menemani hanya untuk sekedar tirakatan ,dengan begitu  tentu saja kebutuhan logistik juga meningkat dengan tajam, aku baru menyadari bahwa ungkapan “tamu itu membawa rizki”benar adanya, sebab mereka banyak membawa buah tangan, mulai dari gula pasir, mie, telur ,kue-kue, bahkan ada yang membawa minyak goreng, bumbon sampai lauk-pauk mereka membawa dan yang mengheran kan, seolah olah Allah memberikan rizki  yang banyak (laa tukhsuuha) tidak dapat dihitung dengan nalar. Dalam alqurán disebut “min khaithsu laa yakhtasib”datang dari arah yang tidak disangka-sangka.
Satu saat istriku bilang, bahwa persediaan dapur sudah agak menipis ,

13
sambil berkelakar aku bilang kamu ingin apa? nanti saya minta pada Allah , InsyaAllah akan dikabulkan, istriku  bilang yang habis minyak goreng dan krecek, seketika itu aku memohon pada Allah setelah sholat dhuhur, Maha Benar Allah dengan Firman-Nya , pak lik dengan keluarga datang membawa minyak curah dan kebutuhan lain melebihi apa yang kuminta pada Allah.Fa bi Ayyi aalaa ‘i robbikumaa tukaddhiban “nikmat yang mana lagi yang hendak kau dustakan.Masih banyak lagi hal-hal yang diluar dugaan namun terjadi dengan begitu saja.
Tiba saatnya aku dan istriku berangkat ke tanah suci , seminggu menjelang keberangkatan, banyak sekali tamu dan kolega yang datang menjenguk kami bahkan waktunya tidak hanya siang hari tetapi sampai menjelang malam, hampir-hampir kami tidak dapat istirahat, namun demikian kami bahagia dapat menyambut dan menghormat tamu dengan sambutan yang baik, sejak semula kami berencana akan berangkat ketanah suci dan sebelumnya akan singgah dimasjid,  sekaligus berpamitan kepada masyarakat sekampung untuk yang terakhir kalinya, aku tidak mengira sambutan masyarakat begitu antusias, hampir seluruh warga ,tua, muda , besar kecil ,anak-anak maupun dewasa , orang awam maupun para álim berkumpul dimasjid untuk melepas kepergian kami.Sebelum acara dimulai aku menyempatkan sholat shofar dan sholat khajat sekaligus ikrar pasrah pada Sang Kholik, ikhlas apabila kami berdua tidak sempat pulang kembali ketanah air kemudian acara dimulai dengan kata pamitan dari saya selaku kepala keluarga .
Hampir semua orang luruh dalam keharuan dipenuhi dengan isak tangis, ketika aku memohon maaf dan minta diikhlaskan segala salah dan khilaf kami, kemudian dilanjutkan dengan sambutan sesepuh yang mewakili masyarakat lalu acara selanjutnya adalah doá – doá untuk bekal perjalanan kami yang dipimpin oleh kiyai selaku takmir masjid setempat, setelah itu doá penutup yang
14
disampaikan oleh kiyai yang paling sepuh diakhiri dengan adzan dan iqomah yang menggema sebagai pengantar terakhir.
Ketika kami beranjak dari masjid menuju mobil yang menanti keberangkatan kami, dengan gema sholawat Nabi, semua orang menyalamiku, memelukku bahkan menciumku dengan linangan air mata, duhai ternyata sudara-saudara kami mengantarkan dan mendoákanku dengan tulus, tidak cukup sampai disitu hampir semua penduduk kampung mengantar kepargian kami sampai kota kecamatan, mereka ingin melihat kami terakhir kalinya selama berada ditanah air, dengan lambaian tangan dan isak tangis kami berdua.
Dihalaman kantor kecamatan ,masyarakat banyak yang menunggu berduyun-duyun dari segala penjuru , mereka mangantar familinya, keluarganya, mungkin juga ayah ibunya dan banyak lagi masyarakat umum yang ingin ngalap berkah para tamu Allah.Sekali lagi kami dilepas secara resmi oleh bapak camat selaku kepala pemerintahan ditingkat kecamatan, tidak lupa para tokoh masyarakat tingkat kecamatan juga ikut melepas kepergian kami. Kami jamaah haji kecamatan sejumlah 22 orang  .
           Dengan dikawal mobil polisi dan DLLAJR kami berangkat menuju embarkasi Jawa Tengah di Boyolali, yaitu Donohudan sekitar 3 jam perjalanan, kami tiba ditempat asrama haji. Setelah acara penerimaan , kami diperiksa kesehatan ulang, lalu ditempatkan di ruang istirahat dan dikarantina selama 24 jam, selama itu, kami mendapatkan pelayanan yang nyaman, makan dan minum sebagaimana  standar kecukupan gizi menurut kesahatan.
Bagi kami sangatlah berlebih karena biasanya orang desa seperti kami hanya makan seadanya, pada malam harinya kami diberikan paspor,gelang identitas dan uang bekal atau living cost sejumlah 1.500 real, apabila  dirupiah

15
-kan jumlahnya sekitar  Rp. 3.750.000 .Sangatlah cukup untuk hidup di tanah suci sekitar 38 hari.
Siang harinya baru kami diberangkatkan menuju bandara Adi Sumarmo setelah lebih dulu diperiksa dengan metal detektor, wah takut rasanya, mulailah permasalahan timbul karena banyak jamaah yang kedapatan membawa barang yang sebenarnya dilarang dibawa oleh jamaah apalagi masuk dalam pesawat, banyak terdapat alat- alat yang harus disita , seperti pisau cukur, gunting, korek gas serta obat obatan yang belum terdaftar sebagai obat yang harus dibawa . Mestinya obat –obat itu didaftarkan ke tenaga medis dan akan dituluis medikal atau dawak dalam bahasa Arabnya.
Kami dibawa dengan bis per rombongan satu bis untuk 40 orang jamaah, lagi-lagi didalam bis kami diberi nasi dan snek yang istimewa, sesampai di bandara kami masuk secara bergantian dipesawat , banyak yang tidak sabar maka saling berebut disitulah butuh kesabaran kita , sebab ternyata kursi tempat duduk sudah diatur dengan baik.Masalah juga mulai timbul karena keterbatasan pengalaman mulai dari memakai sabuk pengaman , pengaturan bagasi sampai sembarangan membuang sampah yang sangat tidak dibenarkan sebab sudah diatur harus ditaruh dikantung sampah yag sudah dibagikan, tetapi lagi- lagi banyak yang tidak mengerti aturan tersebut. Belum lagi kalau harus ke toilet, yang ternyata disana tidak ada air, hanya tisu, banyak yang masuk toilet kemudian keluar lagi dengan tergopoh-gopoh karena tidak tahu memakainya dan apabila ada yang memakai tetapi banyak yang tidak bisa membuang kotorannya karena tidak tahu caranya, padahal sebetulnya hanya perlu memencet “push”, tetapi kebanyakan tidak bisa membaca.
Ketika tiba saat makan kebanyakan jamaah pada lenger-lenger, karena menganggap makanannya terlalu mewah dan jumlahnya terlalu banyak, belum
16
lagi minumannya ada sprite, kopi , teh, juice , kalau orang yang umpakan kadang kadang menggunakan aji mumpung, mumpung ndak bayar maka hampir semua menu yang ditawarkan diambil semua , akibatnya kekenyangan bahkan kemlakaren ,yang pada akhirnya menimbulkan masalah di toilet ,karena setelah itu banyak jamaah yang antre berebut toilet.
Ketika tiba waktu sholat banyak yang bingung bagaimana harus sholat, lalu kami tayamum dan sholat dengan jama’ takdim atau ta’khir qosor, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa dipesawat tidak layak untuk sholat maka banyak yang memakai li khurmatil wakti atau menghormat waktu, nanti setelah sampai di darat bisa mengganti sholat didarat (“I’adah).
Sekitar 11 jam kami melayang-layang diudara , yang tampak hanyalah mega yang putih seperti bongkahan es yang membentuk pilar-pilar raksasa begitu indahnya, Maha Besar Allah, pesawat kami transit di Bandara Abu Dhabi untuk mengisi Aftur.Emirat Arab adalah negara yang kaya terlihat dari mewahnya bandara , kota Abu dhabi, indah sekali di malam hari, tampak dari sinar lampunya yang terang benderang mungkin menghabiskan listrik jutaan watt. Pesawat dibersihkan selama mengisi aftur, oleh tenaga cleaning service yang sudah profesional.lalu pesawat tinggal landas lagi menuju bandara King Abdul Azis yang terkenal itu. 
Kebanyakan jamaah haji pada bingung setelah sampai dibandara King Abdul Aziz, bingung bercampur sedikit takut dan panik karena kebanyakan dari kami belum pernah pergi keTanah suci.Setelah pesawat berhenti kami turun satu persatu sesampai dibawah, bus telah menjemput kami, lalu naik dari rombongan ke rombongan lalu satu persatu masuk gate untuk diadakan pemeriksaan barang bawaan terutama tas tenteng, lalu kami dipersilahkan

17
menunggu ditempat istirahat bandara, sambil menunggu pemeriksaan paspor , dipisahkan jamaah wanita dengan laki-laki walaupun suami istri tetap dipisah.
























18

HAMPIR “KEHILANGAN ISTRI”

Sesampai di gate tempat istirahat sambil menunggu pemeriksaan paspor dan lain-lain, ada yang paling laris, yaitu toilet , bisa dibayangkan orang yang jumlahnya 325 orang , kebanyakan pada ngempet untuk buang air besar, karena dipesawat walaupun tersedia toilet , tapi rasanya kikuk karena tidak terbiasa, masak kami harus cebuk pakai tissu, alias istinjak rasa-rasanya ndak sampai hati, maka bisa ditebak, banyak jamaah yang terpaksa menahan BAB, untuk ditumpahkan setelah berada didarat. Betul juga, sesampainya dibandara yang paling awal mereka lakukan adalah berebut toilet, tidak terkecuali aku dan istriku.
Di Arab Saudi , antara pria dan wanita tidak boleh bersama, masing masing tolilet dipisahkan dan dijaga oleh askar, kalau ada laki-laki yang sengaja masuk ke toilet perempuan akan dikuyo-kuyo, biasanya askar akan bilang “haram,haram, sambil bersungut-sungut. Jangankan masuk untuk sekedar melongok ke kawasan toilet nisa’ pasti akan segera ditegur oleh sang askar.
Aku bergegas menuju toilet laki-laki , aku faham disamping yang ngantri banyak laki-laki , pada pintu terpasang simbul laki-laki berjenggot, itu tanda tolilet laki-laki, kalau untuk perempuan ditandai dengan simbul wanita berjilbab.
Aku mengamati orang- orang yang berlalu lalang dan kebanyakan orang yang lagi ngantri toilet, dalam pengamatan saya ada satu pintu yang apabila ada orang masuk tiba-tiba keluar lagi dengan tergopoh-gopoh, bahkan ada yang hampir muntah, tidak sedikit yang bersungut-sungut, akupun penasaran, maka kumasuki pintu itu, ternyata Wc-nya mampet, orang-orang yang masuk segera keluar lagi, karena tidak tahu cara mengatasi kemacetan itu. Bahkan kulihat

19
lubang toiletnya sudah penuh, maka dengan menahan jijik, saya coba mengatasi dengan menarik tuas untuk menyiram, berkali-kali kutarik ternyata membuahkan hasil, terdengar suara air menggelegak, tanda bahwa sumbatan telah hanyut terbawa air. Jadilah saya melampiaskan hajat saya tanpa mengantri sebagai upah karena aku iseng jadi cleanig service dadakan.
Setelah selesai keperluanku, aku bergegas keluar , sambil menebak-nebak kira-kira istriku berada dimana.
Lama aku celingukan mencari istriku, setiap orang yang aku tanya tidak ada yang bisa memberikan jawaban memuaskan. Hampir setengah jam aku menanti istriku di depan kawasan toilet wanita, aku mulai agak khawatir, apa yang terjadi pada istriku.
Kami dilayani pegawai yang masih muda- muda sekali, kebanyakan mereka meminta sesuatu, apa yang diminta ? mereka minta gula-gula atau permen karena mereka tahu hampir setiap jamaah haji pasti membawa permen karena oleh Garuda kami masing-masing diberi permen 1 Pak .
Setelah selesai pemeriksaan paspor lalu kami masuk ketempat istarahat, untuk menanti pembagian maktab (pemondokan) bagi gelombang kedua. Ditempat itu kami berganti baju Ikhrom, ada yang mandi , ketoilet dan mulai niat Umroh, disinilah mulai terjadi keganjilan dan tindakan yang lucu diantaranya ada jamaah yang tidak sadar kalau ini ditanah arab yang sangat berbeda kabudayaan dengan orang Indonesia, banyak jamaah perempuan yang nekat ganti pakaian atau mencopot kerudung disitu padahal dinegara Arab, rambut wanita itu termasuk aurot, tentu saja banyak laki-laki yang memandang dengan tatapan penuh birahi, terutama para kuli-kuli angkut dari Mesir,Banglades dan Nigeria mereka mamandang seolah-olah hendak menelan para jamaah wanita kita.Ada juga yang sudah pakai Ikhrom bagi laki-laki, tetapi masih memakai celana
20
dalam, katanya ndak sampai hati takut kalau manuke mabur, ada lagi yang makai kupluk atau peci sebab kalau diIndonesia itu, pakai peci itu kayaknya setengah wajib, adapula yang memakai kaos kaki karena kedinginan, ada pula yang memakai masker atau pakaian tambahan seperti handuk dan lainnya padahal untuk laki-laki kan tidak boleh memakai pakaian berjahit. Namun lagi- lagi karena ketidak tahuannya, banyak terjadi hal- hal yang diluar kesadaran kami, belum lagi masalah lain, yaitu jamaah laki-laki yang duduk sembarangan , akhirnya aurotnya terbuka dan kelihatan ,ketika ditegur atau diingatkan paling banter hanya bisa tersenyum kecut, sambil berkata he.. he..lupa .  
Setelah berhenti sejenak ,tampak mobil-mobil pengangkut tas datang membawa kopor-kopor kami, lagi-lagi jamaah bingung dan panik berebut tas masing masing, padahal seandainya dibiarkan saja nanti toh oleh maktab akan diangkut sampai kepemondokan atau paling tidak dipasrahke ketua regu atau ketua rombongan , jadi tidak terjadi desak- desakan dan kadang berebut karena tasnya sama warnanya Setelah bis pengantar ke Makkah siap , kami di bariskan per rombongan yang paling depan harus seorang laki-laki sedangkan dibelakangnya wanita,harus muhrimnya disusul barisan wanita baru kemudian laki-laki dibelakangya, kami dibawa masuk ke bus masing masing , tetapi setelah kami masuk semua, bis tidak segera berangkat , kami pada pating plongo lalu teringat katanya kalau tidak dikasih uang , sopir tidak akan berangkat ternyata benar, setelah kami mengumpulkan uang masing-masing satu real dan dikasihkan, baru sopir menjalankan bisnya ,pemberian uang real itu disana dinamakan Baksis yang bisa diartikan Tip atau bebungah.
          Sambil tak henti-hentinya membaca talbiah (Labbaika Allahumma Labbaik Labbaika Laa Syarika Laka Labbaik Inna Al Hamda Wa nikmata laka Wal Mulk Laa Syarii Ka laka) Ya, Allah aku datang memenuhi PanggilanMU,

21
aku datang tiada sekutu bagi-MU, aku datang memenuhi Panggilan-MU, sesunguhnya segala Puji dan Nikmat dariMU dan semua Karajaan, tiada sekutu Bagimu.Sambil terkantuk-kantuk kami tetap bertalbiah sampai-sampai ketika tiba dibatas tanah haram kami terkejut karena tiba-tiba bis dihentikan oleh polisi dan tentara Arab Saudi yang disebut Askar untuk diperiksa sebab hanya muslim yang diijinkan masuk tanah Haram dan dalam pintu gerbang terdapat tulisan besar berbahasa inggris “Muslim Only”. Aku mulai melihat kota yang sangat tua dengan gunungbatu kemloso sepanjang jalan dan gedung-gedung bertingkat yang berusia sangat tua, sekali lagi aku terhenyak Ya.Allah ternyata Engkau sudi memanggilku ke tanah Suci-Mu.Sampailah kami satu kloter di maktab kami, yaitu di jalan Jarwal kira-kira 2 kilo meter dari Masjidil haram, kira –kira pukul 10 pagi Waktu Saudi kami masuk maktab tempat kami menginap, sebuah hotel tua berlantai lima , dengan lift tua yang apabila digunakan menimbulkan suara krenyat krenyit, aku jadi ingat film horor diamana banyak pembunuhan dilift tua seperti itu. Aku kebagian tempat dilantai 3 dengan beberapa kamar setiap kamar diisisi 6 sampai 7 orang , aku terpaksa berpisah kamar dengan istriku sebab kawan yang lain menghendaki sementara berpisah dengan istri agar tidak menggangu konsentrasi ibadah, tidak ada fasilitas istimewa disana, ndak ada almari atau fasilitas pendukung lain , hanya kamar mandi tanpa bak mandi dan satu lagi agak baik ada fasilitas air hangat dan ada bak mandi besar bisa untuk merendam.
Kejadian-kejadian ganjil dan lucu mulai terjadi, diantara jamaah ada yang tidak bisa menghidupkan kran air , sebagian lagi opyak-opyak dan sambat kok tidak ada kolamnya , yang lainnya bingung karena salah pencet sehingga yang keluar hanya air panas, pantas saja ketika cebok njundil- jundil kepanasan karena tidak tahu cara ngaturnya , belum lagi masalah kehabisan air sebab

22
jamaah kami banyak yang berasal  dari daerah yang sangat murah air sehingga inginnya byar- byur tanpa memikirkan persediaan air, padahal ternyata oleh maktab sudah dihitung kebutuhan air perjamaah, maka air sangat terbatas lagi pula air yang disediakan untuk kami adalah air laut yang disuling sehingga harganya sangat mahal dan nilai ekonomisnya sangat tinggi. Malahan ada beberapa orang yang terbiasa tidur dengan suara gemericik air sehingga dia sering manghidupkan kran air hanya untuk mendengarkan suara gemericik nya . Belum lagi ada hal –hal yang sangat nganyelke yaitu sering terjadi orang yang beol tapi ndak tahu cara menyiramnya sehingga orang  yang datang kemudian gebes-gebes, sebab ada sisa pembuangan yang masih utuh hanya gara –gara ndak tahu cara ngguyangnya , yang terpaksa ngguyang orang yang pengalaman, mlalahi nyiram walaupun dengan agak bersungut sungut.
Untuk masalah makan , tidak menemui kesulitan sebab di tanah arab ternyata lebih makmur dan harga makanan sangat murah dinegara petro reyal tersebut , harga rata- rata untuk sebungkus nasi 1 reyal ( 2500 rupiah 1 realnya) lauk 1 reyal dan sayur satu reyal plus kopi susu juga 1 reyal jadi untuk sekali makan paling-paling hanya 4 sampai 5 reyal atau setara dengan 10 ribu sampai 12.500 rupiah saja.aku paling senang makan dengan lauk Cumi-cumi yang harganya juga Cuma satu reyal untuk tiga ekor cumi-cumi besar , padahal kalau di tanah air sea food seperti itu bisa sampai 10 ribu rupiah..
Sekitar jam 11 Waktu arab saudi kami diminta siap-siap untuk menjalankan Umroh wajib , kami diantar oleh mutowwif menuju masjidil haram, mula –mula kami bisa berjalan beriringan untuk hampir 4 rombongan , 1 rombongan 44 orang , aku ingat betul kalau sampai ditempat tempat pemeriksaan sopir akan mengatakan arba’ arbangin yang artinya jumlah penumpangnya 44 orang , sebanyak empat rombongan itu dengan sedikit

23
bingung campur takjub menuju masjid , kebetulan harinya jum’at sehingga jalanan menuju masjid padat oleh jutaan jamaah, betapa terkejutnya kami sesampai di halaman masjid kami tercerai berai dan mutowwif yang mengantar kamipun tidak kelihatan lagi, kami kehilangan jejak dan berbaur dengan jutaan jamaah dihalaman masjid, kami tinggal 1 regu yaitu sebelas orang lalu masuk kemasjid inginnya segera melakukan towaf yaitu mengelilingi Ka’bah 7 kali dilanjutkan Sa’i yaitu berjalan dari Sofa ke Marwa  tujuh kali dimulai dari bukit sofa dan diakhiri dibukit marwa. Namun apa hendak dikata ternyata pelataran ka’bah tempat towaf sudah dipenuhi jamaah yang lebih dulu datang , konon katanya kalau masjid penuh kapasitasnya adalah 900 ribu jamaah , masya Allah.Akhirnya kami sepakat untuk menunda Towaf kemudian mencari shof untuk melaksanakan sholat jum’at terlebih dulu. Setelah sholat Jum’at kami kembali berusaha untuk mendekati Ka’bah , Alhamdulillah dengan ijin dan pertolongan Allah kami bisa mencapai tempat Towaf, namun jamaah kami tidak lagi utuh, kami terpisah-pisah, saya hanya bisa menggamit istri dan menggandeng mbah Rohmi yang usianya sudah lanjut.Aku tidak percaya kalau sudah sampai di depan Ka’bah sampai- sampai, sering kucubit tanganku untuk memastikan bahwa aku tidak sedang bermimpi, mula-mula kudekati “Makom Ibrahim” dan berkali-kali bergerak ke Hajar Aswad tetapi untuk yang di Hajar Aswad ini sungguh sangat sulit, setelah selesai Towaf saya mengkhususkan sholat di Multazam walaupun  untuk rukuk dan sujud kami kadang diempet-empet jamaah lain, terpaksa  saya ruku’ dan sujud dipunggung jamaah lain,Setelah selesai Thowaf, saya dan istri sholat di Hijjir Ismail tetapi karena Hijjir Ismail sangat padat ,hanya sempat sholat sambil nggandul pintu Hijjir ismail (pintu Hijir Ismail kira-kira 1 meteran), sedangkan mbah Rohmi yang saya gandeng tadi sudah terlepas entah kemana. Selesai dari Hijjir Ismail saya

24
menuju ke Marwa untuk Sa’i. kami lingak-linguk sebab tidak tahu mana Sofa dan mana Marwa, sebab disana kami bingung arah, setelah tanya dengan askar kami diberitahu bukit marwa, maka mulailah saya Sa’i , tidak kuduga saya ketemu lagi dengan mbah Rohmi yang sempat terpisah dengan kami, selesai Sa’i kami kebingungan untuk Tahallul (memotong rambut), sebab kami lupa ndak mbawa gunting, sedangkan untuk cukur di barber shop (tukang cukur) kami harus merogoh kocek per orang 25 real untuk tiga orang berarti harus keluar dana 75 real setara dengan uang rupiah 200 ribuan , maka saya cari akal saya cari cari gunting dengan membeli, tentu saja dengan bahasa isyarat, ternyata harga 1 buah gunting hanya empat real, dengan gunting itu saya bisa bercukur untuk 4 orang plus nulungi orang-orang yang Tahallul tapi ndak membawa gunting, banyak orang bahkan ada yang kulit hitam, ketika saya cukur tak raba rambutnya, sulit diambil karena saking brekelenya alias keriting banget.
Lega rasanya ketika Umroh wajib sudah kami laksanakan, setelah berhenti diluar Masjidil Haram sambil tak henti-hentinya memandangi dengan takjub, aku lalu beranjak pulang, sambil senantiasa mengingat-ingat jalan pulang ke hotel kami yang berjarak kurang lebih 2 km dari masjidil haram.
Ada yang amat membuatku takjub, yaitu banyaknya burung merpati dihalaman Masjidil Haram, aku mencoba menghitung , tapi ternyata banyak sekali mungkin bisa mencapai jutaan ekor. Namun yang bikin aku heran warna bulu merpati itu hampir semuanya abu-abu, kalau didesa saya biasa menyebut warna bulu merpati kayak itu dengan sebutan Megan.Aku jadi teringat , omongan orang-orang tentang Merpati di tanah haram, konon katanya orang yang lama belum mempunyai anak , di ikhtiarkan dengan memberi makan Merpati tersebut.Ternyata benar, setelah saya amati banyak anak-anak kulit hitam

25
menjajakan beras bulgur, untuk memberi makan merpati tersebut, dan banyak pula orang-orang yang sengaja membeli beras bulgur tersebut lalu ditaburkan dipelataran atau dijalan-jalan agar dimakan oleh gerobolan Merpati.Biasanya orang-orang tersebut memberi makan sambil komat-kamit, mungkin  membaca mantra.
Tapi ada hal yang lucu ternyata anak-anak penjual bulgur itu juga cerdik, nyatanya setelah orang yang memberi makan merpati dengan harapan mendapatkan keturunan itu beranjak pergi, anak-anak itu lalu berebut untuk mengumpulkan bulgur yang sedang dimakan merpati. Lalu mereka bungkus lagi untuk dijual kembali, betul-betul taktik bisnis yang brilian.
Aku dan istriku berjalan diantara jutaan manusia yang pulang dari mesjid aku terkejut ketika tiba-tiba ada remaja kulit hitam yang mendekati istriku , aku tak sempat mengamati apa yang diperbuatnya yang kulihat dia hanya seperti melompat sambil menyerahkan sesuatu ketangan istriku, setelah kulihat ternyata remaja tersebut memberi hadiah istriku berupa minuman yang dikemas dalam kotak, sambil berkata halal, halal,  remaja itu memberi isyarat kepada istriku untuk segera meminumnya. Alhamdulillah , segala puji bagi Allah, ternyata saat itu istriku memang sangat kehausan mau nembung minum, kepada saya ndak berani karena kami sedang panik mencari jalan pulang, ternyata Allah memberi rezki kepada istriku, melalui, remaja kulit hitam yang tidak kami kenal, entah siapa namanya , dari mana asalnya , mungkin namanya Ahmad atau abdurrahman atau Abdullah. Mungkin berasal dari Nigeria atau Kamerun atau Konggo atau dimanapun dibelahan dunia ini, aku sangat bahagia, Allah memperhatikan aku dan istriku. Spontan minuman siap saji itu kami nikmati berdua sambil tak henti-hentinya memuji kebesaran Allah. 


26
LUPA JALAN KE HOTEL (MAKTAB)

Setelah selesai melakukan Umroh Wajib, kami bergegas mau segera pulang kehotel , untuk sekedar beristirahat, namun setelah kami ingat- ingat ternyata kami lupa jalan pulang kehotel, pintu tempat keluar dari masjid tidak sama dengan pintu tempat kami masuk, sehingga pangling untuk pulang menuju hotel, kami putar-putar , yang masih kuingat sebelum masuk pintu masjid aku sempat membaca tulisan hotel Firdaus Makkah, tetapi setelah kami mengecek kedepan hotel tersebut ternyata ada dua jalan , itu yang membuat kami bertambah bingung, saya lalu membaca istighfar semoga Allah memberikan petunjuk kepada  kami, Alhamdulillah setelah itu kami berdua sepakat untuk mengambil jalan lurus disamping hotel Firdaus Makkah, sambil terus berjalan kami saling mengingatkan, ternyata jalan yang kami lalui adalah jalan yang benar artinya jalan itu menuju ke jalan Jarwal tempat kami menginap.
Berulang-ulang saya menyuruh istriku untuk mencatat nama-nama gedung yang kami lalui.
Yang membuat kami terheran- heran adalah banyaknya pedagang asongan yang berjualan sepanjang jalan dari  masjid menuju hotel dan kebanyakan pedagang tersebut dari Indonesia yaitu etnis Madura, mereka berdagang makanan , nasi , sayur, pecel, lauk-pauk.Mereka sangat membantu bagi jamaah yang ingin makan tetapi tidak sempat masak karena repot, sebab kalau harus masak , akan menyita waktu untuk beribadah, jadinya hanya mikirin masak saja , layaknya anak Pramuka yang lagi kemping.
Kami satu regu terdiri dari 11 orang , tadinya kami berencana , untuk masak sendiri selama di Makkah, sebelum berangkat kami sepakat urunan beras masing-masing membawa 5 kg, lauk-pauk , bumbu-bumbu dan makanan kering,

27
ada juga yang membawa mie instan. Malah ada yang diminta membawa telur asin, namun sesampai di hotel , telur asin tersebut telah menjadi hancur tidak karuan, sebab ternyata tas jamaah yang telah kami persiapkan , dalam bongkar muatnya tidak ngati-ati sehingga banyak barang-barang yang hancur, selain telur asin tersebut masih banyak keluhan dari jamaah lain  tentang kerusakan barang-bawaannya .Ada yang opyak , piringnya pecah, ada yang sangu sablok atau periuk juga penyok tidak bisa dipakai, barang-barang bawaan  milik saya Alhamdulillah aman,  saya kebagian membawa mie instan dan sambel kacang serta kering, semua aman-aman saja.
Selain sangu makanan yang sudah saya sebut diatas , kami juga sepakat urunan seratusan Reyal, untuk membeli ubo rampe termasuk peralatan memasak, seperti kompor, magij jar . Ternyata disana tidak gampang ,mencari peralatan yang baik kualitasnya , kebanyakan buatan China yang harganya murah tetapi mutunya rendah, berkali-kali peralatan tersebut membikin masalah, malah pernah terjadi hampir-hampir dapur hotel tempat kami memasak kebakaran, sebab kami tidak paham bagaimana cara pengoperasiannya atau mungkin memang kwalitasnya rendah , untuk itu karena peralatan masak yang telah dibeli, ngadat maka kami inisiatif  untuk mencari lauk sendiri-sendiri, dari kelompok hanya disiapkan nasinya, sedangkan untuk lauk dan sayurnya jamaah membeli sendiri, makanya kami sangat senang dengan kehadiran pedagang asongan yang menjual sayur dan lauk-pauk apalagi harganya murah , saya dengan istri hanya cukup mengeluarkan 5 reyal untuk sekali makan, nasi 2 bungkus,lauknya 2 bungkus , sayur 1 bungkus sembari nganyang agar kuahnya dikasih banyak , agar cukup untuk berdua.Malahan kadang kala bisa beli burjo alias bubur kacang hijau yang harganya juga satu riyal, kadang juga bakwan yang besarnya seukuran piring kecil pokoknya kalau makanan di Makkah murah sekali
28
Kegiatan Harian.

Hari kedua dan seterusnya rutinitas yang kami lakukan adalah beribadah ke masjidil haram yang jaraknya dari hotel sekitar 2 km, setiap pagi dan sore hampir setiap hari kulalui jalanan menuju masjid , melewati jalan beraspal dengan gedung dan bangunan yang menjulang disisi kanan dan kiri jalan yang kami lewati, sepanjang jalan dipenuhi pedagang asongan, pengemis dan muto’ak (polisi agama) , asykar (tentara) dan jama’ah haji yang berjejalan, hampir setiap waktu jalanan macet, karena antrean manusia yang hendak pulang dari masjid, saya heran barangkali hanya di sinilah dipermukaan bumi ini yang macet hanya gara-gara orang mau berebut jalan duluan, tidak aneh karena pada hari menjelang pelaksanaan ibadah haji , sekitar 2-3 juta manusia berkumpul.
Masjid tidak pernah sepi hampir setiap waktu selalu ada ratusan ribu orang yang berada didalam masjid, katanya kalau masjid penuh berarti  sekitar 900.000 orang ada didalam masjid . Saya biasa melakukan Towaf , kalau waktu masih memungkinkan , kalau bisa dipelataran ka’bah dan tidak terlalu banyak jama’ah saya bisa menyelesaikan 7 putaran dalam waktu 45 menit, tetapi kalau dilantai 2 bisa sampai 1 jam 15 menit sebab jarak lingkarannya semakin lebar.
Setelah towaf , kemudian kerap sekali saya berdo’a di Multazam yaitu garis antara pintu Ka’bah dan Hajar Aswad ,sebab diMultazam itu mustajab untuk berdo’a  pada Allah, biasanya saya bertahan di Multazam sampai selesai pelaksanaan sholat fardhu.
Kadangkala saya mernahke istri dan mencarikan shof yang nyaman diantara jama’ah perempuan, istriku senang memilih diantara jama’ah yang bukan dari Indonesia kadang ada diantara jamaah Pakistan , India, Banglades atau bahkan kerap diantara jamaah Nigeria sehingga istriku akan nampak seperti

29
benda putih mungil diantara lautan mutiara hitam, Subhanallah.
Setelah saya titeni letak shofnya, saya  maju mendekati Ka’bah, setelah sholat sunat kemudian aku membuka Alqur’an untuk nderes atau tadarus, bahkan aku kadang nglegakke nangis mohon ampun pada Allah , mengingat sangat banyak sekali dosaku, tak jarang surban yang kupakai sampai basah oleh cucuran air mata, tapi serasa hatiku jadi semakin dekat kepada Allah , merasa banyak dosa dan mengharap sejuta ampunan.
Sambil ,menanti datangnya waktu sholat kadang kala aku mengajak istriku untuk melihat segala sudut , penjuru masjidil haram, setelah berjalan keliling kemudian naik sampai ke lantai 3 , setelah itu kami turun lagi melalui tangga manual yang lantainya terbuat dari marmer pualam putih kehitaman dan apabila dipegang akan terasa dingin , sering istriku kuajak berhenti sebentar sambil mengagumi tralis besar yang terbuat dari kuningan , tetapi karena saking bersihnya sehingga kelihatan seperti terbuat dari batangan emas, istriku sering kuiiming-imingi dan kukatakan tralis ini terbuat dari emas murni , istriku terhenyak dengan mata terbelalak karena takjub.











30
DIDORONG ASYKAR WANITA
DITEGUR ASYKAR PRIA

Aku teringat ketika pertama kali masuk masjidil haram, aku merasa seperti didalam  mimpi sampai- sampai kucubit tanganku untuk meyakinkan apakah aku betul-betul ada didalam masjidil haram atau hanya mimpi, e , ternyata benar , aku tidak sedang bermimpi, ketika kulihat Ka’bah maka bergetarlah hatiku , bulu kudukku merinding , air mataku tak terbendung , sambil menahan takjub saya lalu melafalkan do’a melihat Ka’bah seperti yang kupelajari dalam buku manasik haji terbitan Departemen Agama , yang bunyinya “ Allahumma zid hadhal baitika tasrifan wa takdhiman , wa mahabatan...., belum selesai kulafal do’a itu tiba-tiba ada orang yang mendorongku dari belakang sagat keras, aku kaget setelah kutengok ternyata seorang wanita berbaju hitam yang memakai burkah atau cadar , megingatkan aku agar tidak menghalangi jalan, aku jadi keloro-loro , oalah wong lagi ndonga kok di jorok-jorokno, setelah kupandangi lagi dengan seksama ternyata wanita itu asykar (tentara perempuan) yang mengatur ketertiban jama’ah didalam masjid, aku diperingatkan karena kebetulan ketika aku melafal do’a tersebut posisiku ditengah jalan , sehingga mengganggu jama’ah lain yang hendak lewat. 
Saya pernah berhenti didalam masjid setelah subuh, kurang lebih satu jam, biasanya selesai sholat subuh jam 06.05 waktu arab saudi, kemudian masuk waktu dhuha jam 07.01 menit, setelah dhuha kami beranjak pulang, berarti tinggal dimasjid dulu sekitar 1 jam, tetapi setelah kaluar masjid menuju jalan kehotel ternyata jalanan masih macet oleh kerumunan manusia, jangankan mau mencium Hajar Aswad atau Towaf di depan Ka’bah dijalanan saja orang pada berjubel.

31
Ternyata ditanah haram tidak boleh bercanda yang berlebih-lebihan , istilah jawanya clelekan , tidak boleh , bahkan mengganggu orang walaupun bermain-main akan memperoleh akibat yang tidak baik. Pengalaman itu kualami sendiri , kalau hendak pergi atau pulang dari masjid biasanya orang-orang akan uyel-uyelan dan antri didepan pintu lift , terutama yang tinggal dilantai atas , kadang-kadang untuk antri didepan lift itu kalau dibuat jalan menaiki tangga bahkan sudah dapat sampai didalam kamar sementara ,yang nunggu didepan lift belum beranjak. Nah begitulah aku sering tidak naik lift karena tidak tlaten antri ,juga kurang begitu nyaman sebab lift sudah tua, takut macet atau putus tali selingnya seperti dalam film-film aksi itu, maka aku lebih sering naik tangga secara manual, namun lagi-lagi karena iseng, sambil naik tangga aku sering memencet-mencet tombol, ketika sampai kelantai 1 , dua atau tiga, dengan begitu pasti lift akan berhenti dilantai yang tombolnya kupencet, padahal kan ndak ada yang antri, artinya aku hanya iseng saja, sambil tertawa cengar-cengir. Rupanya perbuatan itu sangat mengganggu jama’ah lain tanpa kusadari.
Mungkin Allah menegurku, tiba tiba badanku terasa panas tidak karuan sampai-sampai istriku bingung mencari dokter kesana kemari, mencarikan obat untuk menurunkan panasku, tidak lupa meminta tolong kawan-kawan untuk mengobatiku, sampai-sampai kawanku yang kebetulan paling sepuh, memberi jampi-jampi kepadaku namun tak kunjung reda juga panasku, dalam kepayahan aku teringat akan perbuatanku yang mengganggu kepentingan jama’ah lain, spontan aku membaca Istighfar mohon ampun pada Allah, e..e.., tiba-tiba panasku mereda aku dapat kembali pergi kemasjid. Sampai dimasjid aku Thowaf , sholat sunat dan tidak lupa mohon ampun pada Allah , aku sehat seperti sedia kala.

32
Ada lagi pengalaman  yang paling unik sekaligus menggelikan, yaitu bagaimana jama’ah yang kebetulan berangkat bersama suami atau istrinya termasuk saya juga sama istri, praktis untuk kegiatan seksual alias hubungan suami istri agak terganggu, namun setelah Tahalul atau setelah Umroh keinginan untuk kumpul dengan istri kok malah menggebu-gebu, mau cari kesempatan juga sulit sebab hampir setiap saat kamar hotel terus terisi jama’ah . Namun ternyata toleransi para jama’ah haji sangat tinggi dan mereka-mereka tahu kebutuhan suami istri , lha caranya bagaimana ? , apa kamarnya dibuat sekat-sekat atau barangkali setiap bed ditutupi dengan tumpukan tas-tas besar, ternyata ada cara yang lebih manusiawi . yiatu kawan-kawan berangkat kemasjid pagi pagi sekali, jam 01.00 Was , mereka sudah berangkat semua , aku sempat kaget, bisa- bisanya mereka tidak membangunkan aku atau istriku, tapi ternyata hal itu sudah direncanakan oleh mereka, tidak menyia- nyiakan kesempatan itu , jadilah aku dan istriku mandi keramas .........,
Sorenya ketika mereka pada pulang dari masjid banyak yang ketawa ketiwi dan menyindir kami berdua, ha..,ha,ha...,
Setelah beberapa hari di Makkah, maka tibalah saat pelaksanaan ibadah haji, tangal 8 zulhijjah kami bersiap siap untuk diberangkatkan ke Arofah untuk melaksanakan Wukuf, perjalanan ke Arofah , walaupun tidak begitu jauh tapi memakan waktu yang agak lama , karena jalanan macet, pantas saja wong pada waktu itu jamaah haji sedunia pada ngumpul tumplek blek ke padang Arofah untuk melaksanakan wukuf, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw “ Al- Khajjul Arofah “ Artinya haji itu intinya adalah wukuf di Arofah, jadi kalau ada jama’ah haji yang tidak melaksanakan wukuf diarofah berarti hajinya tidak sah alias batal, maka semua jama’ah baik sehat maupun sakit dibawa semua ke padang Arofah, termasuk yang sedang sakit keras tetap dibawa untuk Wukuf

33
walaupun Wukufnya ada diatas mobil ambulan, pokoknya harus masuk ke wilayah Arofah, inilah yang sangat riskan , kadang jama’ah haji tidak faham , apakah tempat berhentinya itu sudah masuk wilayah Arofah atau belum, sebab untuk garis batas wilayah Arofah hanya ditandai tulisan pada plang yang tinggi dengan tulisan kalau tidak salah “Arofah Gate”.
Di Arofah, kami datang di Arofah, malam menjelang Wukuf, ada perbedaan pendapat katanya yang benar malam wukuf itu mestinya jama’ah haji berada di Mina kemudian menjelang Wukuf atau ba’da Zawal Jama’ah memasuki Arofah untuk Wukuf. Tapi katanya kalau hal itu dilaksankan akan menimbulkan kemacetan dalam hal pengangkutan jama’ah oleh naqobah , tapi yang penting kami semua manut apa yang dikatakan para pembimbing , jadilah kami semua menginap di Arofah. Di Arofah kami semua tidak memasak makanan , sebab semua makanan telah disediakan oleh maktab, setiap maktab yang terdiri dari 7 kloter mendapat satu kawasan yang berdiri tenda-tenda dengan kapasitas jama’ah kurang lebih 2750 sampai dengan 3000 jama’ah, dalam kawasan itu sudah tersedia dapur umum, kamar mandi , toilet . Setiap jadwal makan para pekerja akan membagi-bagikan makanan kepada kami , dengan dibantu oleh ketua Kloter maupun ketua rombongan dan ketua regu, pokoknya kalau untuk urusan makan kami lebih dari kecukupan, hanya saja masalah menu kami tidak ada kewenangan memilih, pokoknya setiap hari menunya hanya sayur buncis, sampai-sampai ada pemeo mengatakan sesama kawannya dengan istilah “Kaji Buncis” , untuk urusan minum juga begitu , setiap saat disekitar dapur umum itu ada kran-kran air yang mengalir air panas setiap saat butuh air panas tinggal , kita buka kran tersebut, pagi dan sore sering ada pembagian susu bubuk tapi lagi-lagi , jamaah banyak yang tidak tertib , ketika antri mengambil susu skim tersebut banyak yang pakai “aji mumpung”

34
ambilnya pakai gayung yang untuk ciduk mandi, maka banyak kawan yang tidak kebagian, sementara yang ngambil porsi banyak akhirnya tidak dimanfaatkan dengan baik.Belum lagi buah-buahan kami juga sangat kecukupan , biasanya buahnya kalau tidak Jeruk kadang kadang Apel merah, kwalitas baik, bahkan ada jamaah yang baru ngrasakke Apel merah, ya ketika di Arofah itu.
Setelah Sholat Dhuhur dan Ashar dijamak Taqdim Qosor, kami mulai melaksanakan Wukuf , dipimpin oleh seorang Muballigh yang ditunjuk oleh Ketua Kloter kami bersama malaksanakan Wukuf, pada saat mendengarkan khutbah wukuf, hampir semua jamaah menangis tersedu sedan, mengingat dosa-dosa yang telah diperbuat dan senantiasa memohon ampunan kepada Allah Swt, banyak juga jamaah , yang memohonkan ampunan dan memanjatkan do’a untuk sanak keluarga dan handai tolan yang berada di tanah air. Setelah khutbah wukuf selesai dilanjutkan dengan pembacaan wirid yang sudah ada teksnya dalam buku manasik , panjang sekali, mungkin wirid paling panjang yang pernah kami lakukan , biasanya kan hanya beberapa kalimat saja tapi wirid yang ini sangat spesial.
Selesai wirid, banyak jamaah yang masih meneruskan do’a- do’a khusus untuk pribadi masing-masing. Sedangkan aku , akupun sibuk mendo’akan kawan-kawan dan Saudara yang titip untuk dido’akan diArofah pada saat Wukuf, karena saking banyaknya yang titip do’a untuk dibacakan maka aku menyuruh orang – orang tersebut untuk menulis dalam buku saku kecil yang berisi tentang ,siapa yang menulis mohon dido’akan apa  , dengan begitu  Insya Allah saya tidak akan lupa , maka setelah wukuf selesai akaupun mulai mendoakan


35
orang orang yang telah menulis dalam bukuku satu persatu, bahkan saking asyiknya aku hampir lupa untuk berdo’a untuk ku sendiri dan istriku.
Banyak juga jama’ah yang berteriak teriak sambil menangis , memanggil Saudaranya yang ada ditanah air, biasanya mereka mencara tempat yang agak tinggi, mungkin mereka beranggapan kalau tempatnya agak tinggi,akan menambah khusyuknya do’a .
Ada juga jama’ah yang sampai naik ke bukit-bukit yang berdekatan dengan padang Arofah, pokoknya serba mengasyikkan, rasa-rasanya ingin sekali berlama-lama dipadang Arofah, untuk selalumemanjatkan do’a-do’a.
Menjelang Maghrib kami mulai diperintahkan untuk siap-siap meninggalkan Arofah menuju Muzdalifah, karena menunggu trip pemberangkatan bis yang akan menuju Muzdalifah, dan kebetulan kami bukan trip pertama , maka kami masih sempat sholat jama’ qosor takdim  Maghrib dan Isya’ di padang Arofah, setelah itu kami berangkat menuju Muzdalifah untuk mabit (menginap)  disana .
Sampai di Muzdalifah jam menunjukkkan pukul 19.00 Was, masih sangat gasik padahal kami harus amabit di situ dan akan diberangkatkan ke Mina , paling awal setelah  tengah malam, disitulah mulai terjadi banyak masalah, terutama untuk jama’ah haji laki-laki, banyak yang kedinginan bagaimana tidak wong  suhu pada waktu itu mungkin sekitar 9 drajat celcius, di tempatkan pada padang terbuka tanpa atap sedangkan angin bertiup sangat kencang, hampir-hampir kami tidak tahan menahan  dinginnya udara pada saat itu, namun Allah maha menolong , banyak jama’ah yang untel –untelan , ngesuk-esuk kawannya hanya untuk sekedar menahan dinginnya malam. Padahal saat itu kami berpakaian Ihrom, dimana pakaian Ihrom untuk laki-laki , kan tidak boleh pakai celana, tidak boleh pakai tutup kepala maupun memakai kaos kaki, jadinya kami semua pringisan menahan dinginnya Muzdalifah .

36
Aku malah banyak merenung , inilah saat jama’ah introspeksi, bukankah itu gambaran kehidupan  akherat dimana semua orang kedudukannya sama tidak ada birokrat, pejabat maupun ningrat semua sama merasakan dinginnya malam , bahkan kalau kami rasakan seolah olah tidak lebih berharga daripada gelandangan, gelandangan masih bisa berlindung dibalik selimut atau mungkin kemulan tikar, kalau jama’ah haji pada saat di Muzdalifah tidak diperbolehkan berselimutkan sesuatu yang berjahit. Subhana Allah.
Karena saking banyaknya jama’ah , kalau ndak salah setiap kawasan diisi sekitar 1575 orang , jadi setiap maktab itu terdiri dari sekitar 7 kloter setiap kloter 325 orang ya antara 1500 orang perkawasan nanti menunggu bus penjemput yang dalam istilah arabnya Taradudi, dulu waktu awal mula diberlakukan sistim ini banyak jama’ah haji yang terlantar bahkan banyak yang ngamuk-ngamuk karena tidak kebagian jemputan padahal hari sudah menjelang siang, mestinya jama’ah dijemput paling akhir ba’da shubuh, namun karena jalanan macet maka bis-bis penjemput hanya bisa berhenti saja ndak bisa jalan, bayangkan sekitar 2 juta orang berjubel di Muzdalifah dan ingin segera ke Mina untuk melotar jumroh.
Saya dan kawan-kawan , Alhamdulillah tidak terlantar, cuma banyak yang masuk angin, bolak-balik kekamar kecil padahal mesti ngantri , dan kalau tidak hati-hati dan titen bisa-bisa nyasar ke tempat rombongan lain dan tentu akan menjadi pekerjaan tambahan bagi ketua regu , ketua rombongan maupun ketua kloter.
Lewat tengah malam jamaah mulai dijemput trip pertama untuk diantar menuju mina untuk melontar jumroh.Namun yang paling tidak bisa kami lupakan adalah bagaimana kami semua mabit (manginap) dimuzdalifah, Allah betul betul memberikan pelajaran bagi semua jama’ah haji (diwelehke) ,

37
terutama orang-orang yang dulunya sombong, kurang bersyukur, semugeh dan sifat-sifat lain yang tercela ternyata setelah merasakan mabit di muzdalifah rasa-rasanya lebih berharga gelandangan dari pada jama’ah haji , yang waktu itu berpakaian ihrom dan bagi laki-laki tidak berjahit dan tanpa memakai celana dalam, yang terasa hanyalah dingin yang mencekam kalau tidak salah suhu pada waktu itu antara 10 s.d 12 drajat celcius, mungkin lebih dingin dari pada puncak di Jawa barat  atau Tretes di Jawa timur. Aku tidak mengira bahwa kami akan lama berada di muzdalifah apalagi kami tidak tahu kapan akan dijemput, sedangkan bahan makanan, kami tidak sempat membawa dan ternyata di Muzdalifah tidak ada pembagian makan, boro-boro mau makan, bisa tidur nyaman saja sudah merupakan karunia yang amat besar.
Mulai jam 00 waktu setempat , para jamaah mulai dijemput bis-bis dan mestinya urut perkloter atau trip, tapi karena orang-orang panik dan jumlahnya banyak, maka penjemputan tidak bisa teratur. masing-masing orang berebut ingin naik bus duluan, padahal mereka tidak tahu mau dibawa kemana, tahunya hanya di Mina, Mina saja tanpa tahu kawasan itu terletak dimana. Saya mengamati jamaah rupa-rupanya tidak lagi dapat diatur oleh ketua rombongan ataupun ketua kloter sekalipun, maka aku berinisiatif sama dengan mereka, pokoknya segera meninggalkan Muzdalifah secepatnya walaupun tidak tahu mau dibawa kemana, saya menggamit istri sambil menjinjing tas tenteng yang berisi perlengkapan macam-macam, akhirnya aku terpisah dari regu maupun rombongan namun masih pada kloter yang sama, aku naik bis bersama istri dengan tatapan mata dari jamaah lain , sebab mereka mungkin merasa tidak mengenal aku berdua , tapi saya mantep saja sebab kami telah bersama, berdua dan tidak ada yang perlu saya khawatirkan lagi. Rupa-rupanya jama’ah sudah demikian lelahnya sampai- sampai, saya berinisiatif mengajak membaca

38
Talbiyah, seperti tuntunan pada buku manasik, namun sayang tidak ada orang yang mau mengikuti ajakanku, ya terpaksa saya dan istri saling menyahut untuk membaca talbiyah, sampai terkantuk – kantuk dan tiba-tiba sopir bis memberikan aba-aba dan isyarat bahwa kami telah sampai ditempat yang dituju yaitu Mina.






















39
MELONTAR JUMROH

Saya bergegas turun mengikuti orang lain yang juga pada turun, lantas saya mengajak istri untuk mencari maktab atau semacam tenda yang ada nomornya 20.
Mina adalah suatu kawasan yang tidak pernah terbayangkan dalam memori otakku, seingatku Mina itu adalah lembah yang dikelilingi oleh bukit batu, tandus sejauh mata memandang yang tampak hanyalah tenda-tenda yang hampir semuanya  sama , baik bentuk maupun warnanya. Kami mendapat tempat yang agak jauh dari Jamarot (Tempat melempar jumroh), kira- kira dua kilometer.
Setelah kami berdua turun dari bus lalu clingak- clinguk , mencari-cari tempat maka kudapat tempatnya yaitu maktab 20, saya lalu berusaha membuat titenan kalau nanti kami pergi, apa yang dapat saya jadikan ancer-ancer agar tidak pangling atau kesasar ketempat lain. Aku lalu mendongak keatas , terlihat ada tiang beton besar , hampir 3 kali tinggi tiang listrik di Indonesia, tiang beton itu ada plang nya bertuliskan angka 100 dalam huruf arab (kelak tiang beton itu, saya jadikan ancer-ancar).
Saya bergegas masuk tenda bersama istri , lalu meletakkan tas, sebetulnya kami ingin istirahat barang sebentar, waktu itu jam menunjukkan pukul 02.00 waktu setempat, belum lagi kami sempat merebahkan badan , ternyata kawan-kawan kami satu rombongan sudah pada berdatangan, dan mengajak kami untuk turut serta melontar jumroh pada saat itu juga, dengan perhitungan biar capek sekalian, nanti istirahatnya  setelah melontar Jumroh Aqobah. Aku bergegas menggamit istriku sambil berjalan mengikuti arus manusia yang berduyun- duyun.Perjalanan menuju Jamarot (tempat melontar jumroh) ternyata

40
agak jauh juga, selain jauh juga sepanjang jalan penuh dengan barisan jamaah haji dari berbagai negara , setelah berjalan sekitar 1 km , sampailah kami di Terowongan Mina , yang dulu banyak memakan kurban meninggal karena berdesak-desakan. Namun pada saat ini, terowongat sudah dibagi dua ,satu untuk keluar dan yang satu jalan untuk masuk. Tapi tetap saja terowongan itu berkesan angker karena jaraknya sangat panjang dan di dinding atas terowongan terdapat blower untuk suply pergantian udara , sangat besar dan suaranya kemrosok seperti suara pesawat Jet.Saking kuatnya blower menyedot angin , sampai sampai banyak botol-botol minuman kemasan yang tersedot dan menempel pada sisi luar blower, aku lalu berfikir ,kalau pakai peci , bisa-bisa pecinya katut kesedot.
Rasa-rasanya seperti mau berangkat perang, diiringi lantunan Talbiyah kami terus bergerak maju, menuju Jamarot ,sementara itu kelompok kami mulai kocar-kacir , apalagi mendekati wilayah Jamarot, kami berdua serasa didorong oleh kekuatan yang amat dahsyat , bahkan untuk berhenti saja, kami tidak bisa , kami terbawa arus jutaan manusia, diantara orang-orang kulit hitam yang besar-besar dan tinggi badannya rata-rata diatas 2 m, tiba –tiba kami terdesak maju, tapi rupa-rupanya kami terdesak naik ke Jamarat yang lantai 2 . Duhai, mulai ngeri kurasakan, kalau bukan karena Panggilan Dawuh Allah , mungkin aku dan istriku tidak akan sanggup lagi.Apalagi  sebelum berangkat aku sempat diwanti-wanti sama paman, agar aku ,tidak melontar jumroh dilantai atas, katanya gawat, berbahaya , banyak yang menjadi korban dan bahkan katanya lagi, kalau terjadi desak-desakan tidak bisa lari, padahal untuk bisa lolos apabila terjebak pada lantai dua itu tingginya sekitar 4 meter.
Setelah mantap melontar dari lantai dua, aku menggandeng istriku dengan kencang, seolah- olah kalau mungkin terjadi sesuatu , hidup maupun mati kami

41
tetap berdua. Aku lalu bertanya pada lelaki Nigeria , hadha jamarot ? Aqobah ? lelaki yang kutanya lalu menunjuk Jamarot yang paling jauh dari arah aku masuk, berarti paling dekat dengan arah ka’bah.Kami lalu mendekat dengan berdebar, tergesa-gesa dan penuh semangat yang  berkobar kami berdua melontari Jumroh Aqobah , dengan kerikil yang kami persiapkan sebanyak 7 kali.
 Setelah selesai melontar aku lalu menggandeng istriku, mencoba melongok memastikan berapa ketinggian lantai 2, Jamarot itu, namun belum lagi kami sempat melongok, rupa-rupanya ada Asykar penjaga yang melihat kami, lalu dia berteriak , Haji, haji mamnu’ , ruh,ruh, !! artinya Haji’haji, jangan kesitu dilarang, pergi,pergi ! mungkin itu maksudnya , sambil pating plongo kami  berdua, bergegas turun dari lantai 2, Jamarot menuju jalan raya, sesampai dibawah barulah kami sadar, bahwa kami terpisah dan tidak tahu jalan pulang.














42
CUKUR GUNDUL

Sebelum kami mencari jalan pulang, aku teringat Hadist Rosul Muhammad Saw, bahwa barangsiapa yang bercukur habis rambutnya setelah melaksanakan melontar Jumroh Aqobah, maka rasul akan mendo’akan sampai 3 kali, teringat kata-kata itu maka aku tak menyia-nyiakan kesempatan, kucarilah orang-orang yang bersedia mencukur rambutku, aku lantas ,mencari barber shop tapi ternyata setiap barber shop, yang kumasuki telah penuh sesak dengan orang-orang yang hendak bercukur, bahkan sampai banyak yang ngantri.Maka saya berinisiatif mencari tukang cukur lain, dan ternyata disepanjang jalan pulang dari Jamarot banyak orang-orang yang bercukur dipingir jalan, akupun tak ketinggalan ikut mengantri , setelah kutanyakan pada tukang cukurnya berapa taripnya, saya bilang” kam riyal ya syeikh ? dia lantas menjawab ngasaro riyalin!, aku mengangguk, murah , batinku, namun aku masih harus ngantri 3 orang lagi. Sambil ngantri kepalaku tiba-tiba diguyur dengan air , yang ditaruh dalam botol air mineral, entah air apa ? saya berharap air zam-zam. Tukang cukur itu mencukur dengan sangat cepat, setelah rambutku basah oleh air yang dia siramkan , dia lantas memulai mencukur rambutku dengan garukan pencukur, saya hanya sempat meminta “jadid,jadid” maksudku minta silet yang yang baru, saya takut tertular penyakit kulit atau bahkan Aids ,sebab yang cukur disana, kan orang-orang dari seluruh dunia, siapa tahu seseorang menularkan penyakit, ini hanya ikhtiar saja. Setelah mengganti dengan silet yang baru, sambil komat-kamit dia mulai mencukur, yang sangat mengherankan saya , alangkah cepatnya dia mencukur, untuk mencukur kepalaku dia hanya memerlukan waktu tidak lebih dari lima menit, sudah bersih dan licin lagi.
 Sungguh fantastis untuk ukuran orang bekerja hanya dalam tempoh lima

43
menit dia bisa mengantongi 10 reyal, berarti kalau 1 jam ,dia bisa mengantongi uang 120  riyal, Allah Maha pemberi rizki, padahal selama 1 hari 1 malam dia bisa mencukur nonstop, bayangkan   kalau  dia bisa bekerja 20 jam saja, uang yang didapat sejumlah 2400 reyal atau setara dengan uang rupiah senilai 6 juta rupiah, bayangkan 6 juta rupiah dalam satu hari hanya untuk tukang cukur, aku jadi teringat kawan-kawan kita orang Madura kalau mau Hijrah ke sana pada saat lontar Jumroh itu, betapa kantongnya menjadi tebal.Kebanyakan yang jadi tukang cukur disana adalah orang Banglades, yang aku herankan , setelah mereka selesai mencukur kepala seseorang , maka setelah itu akan ditepuk-tepuk kepala orang yang dicukur, mirip orang menepuk-nepuk buah nangka, malahan kadang agak terlalu keras sehingga banyak jamaah haji yang kaget lantas clila- clili, sambil melepaskan uang 10 reyal.
Istriku tersenyum-senyum melihat kepalaku gundul, mirip Bikshu Saolin, aku juga tersenyum-senyum dan sedikit bangga bahwa karena Allah lah aku rela melepaskan mahkota kebesaranku. Sepanjang hidup aku belum pernah mencukur gundul rambutku, bahkan dulu ketika masa plonco pada saat masuk SMA, mestinya rambut saya dicukur plonthos alias gundul, tetapi dengan berbagai alasan saya tidak bersedia, akhirnya aku dapat dispensasi hanya dicukur cepak mirip tentara.
Setelah aku selesai Tahallul Awal atau melakukan salah satu rukun diantara Jumroh Aqobah dan Towaf Ifadhoh, berarti aku telah dibolehkan melepaskan baju Ihrom untuk berganti dengan pakaian biasa, lega rasanya sebab berpakaian Ihrom itu sangat riskan dan rawan , kalau tidak hati-hati menjaga ihrom bisa-bisa kena denda, yang jelas rasa dinginnya itu, dan senantiasa harus selalu kontrol apabila hendak duduk dan melakukan aktifitas lain, sebab bisa-bisa secara tidak sengaja , aurot kita  terbuka, disamping malu,

44
rasa-rasanya juga sungkan pada orang-orang yang kebetulan melihat, belum lagi kadang kala pakaian ihrom yang atas, yang diselempangkan mirip selendang, sering kali melorot dan kalau tidak hati-hati bisa terkena najis , terutama di saat mau buang hajat dikamar mandi.
Maka setelah saya selesai melontar jumroh aqobah dilanjutkan dengan mencukur rambut sampai gundul, aku lalu bergegas mengajak istriku untuk pulang ke perkemahan di Mina, kalau tidak salah mungkin waktunya menjelang Shubuh, aku berdua lalu berjalan pelahan sambil mengingat-ingat kira kira dimana letak penginapan kami, namun agaknya kami berdua bingung mesti kearah mana, sebab disana kebetulan aku lupa arah, tidak tahu lor kidul , wetan kulon, yang kutahu hanya arah qiblat serta kanan kiri, selain itu aku bingung.
Aku tidak kehilangan akal , sambil terus berjalan kami bertanya pada orang orang yang kami temui, tetapi setelah kutanyakan orang itu ternyata juga sama seperti kami, sedang bingung mencari arah jalan pulang, aku lalu teringat cerita mengenai hari pembalasan di padang Mahsyar, dimana semua orang pada bingung , keculai orang yang mendapat pertolongan Allah, ada tujuh golongan diantaranya adalah, pemimpin yang adil. Semoga aku mendapat perlindungan Allah, malalui jalur  kepemimpinan yang adil, sebab , walaupun hanya  ditingkat kecamatan , aku juga seorang pemimpin ,yaitu sebagai kepala KUA Kecamatan.
Aku bertanya pada anak-anak yang memegang bendera Merah Putih, dia adalah para mahasiswa Indonesia di luar negeri yang dikontrak oleh pemerintah RI untuk membantu kelancaran pelaksanaan  ibadah haji, dan membantu jama’ah, barangkali jama’ah Indonesia menemui kesulitan, mereka biasa disebut (Temus) atau tenaga musiman, terdiri dari anak-anak mahasiswa di berbagai negara di Timur Tengah , namun yang paling banyak yaitu dari Mesir,

45
Pakistan, Qatar, Emirat Arab dan sebagian besar mahasiswa Indonesia yang sudah mukim di Makkah maupun Madinah. Menurut  pendapat saya, mereka sangat membantu bagi kelancaran perjalanan ibadah haji, mengingat jamaah haji Indonesia itu rata-rata tidak bisa berbahasa asing, sehingga untuk komunikasi hanya bisa mengandalkan bahasa daerah dan sebagaian kecil berbahasa Indonesia. Kalau tidak dibantu oleh orang lokal ,artinya orang yang mengerti betul bahasa dan logat orang Indonesia, bagaimana jama’ah akan berkominikasi.
Setelah kutunjukkan nomor maktab kami yaitu nomor 20, petugas temus itu lalu memandu kami, dengan menunjukkan arah dan dia menyarankan agar aku terus mengikuti jalur jalan yang ada bendera Merah Putih dikibarkan, dan disekitar bendera itu, hampir bisa dipastikan akan ada petugas yang siap membantu mengatasi kesulitan jama’ah haji dari Indonesia.
Betul juga setelah beberapa saat kami berjalan sampailah kami di terowongan yang menuju arah maktab kami, kami lalu berjalan terus sambil mengingat – ingat letak maktab kami, setelah kami sampai area Mina, tempat kami menginap , tiba tiba aku kehilangan arah lagi, nomor yang tadinya saya jadikan patokan yaitu angka 100 dengan tulisan arab, ternyata disana ada angka 100 A dan seratus B, aku tidak ingat, maktab kami pada angka seratus yang A atau yang B. Kami terus berjalan, sampai nyasar di tempat maktab orang Malaysia, kami berputar-putar dalam keadaan lelah dan lapar karena sejak dari Muzdalifah kami belum kepethuk makanan apapun, dan juga kami belum sempat tidur sejak kemarin, ditambah dengan rasa panik, maka rasa-rasanya kami berdua telah tersesat, mulai timbul kesal dihati kami masing-masing, istriku mulai khawatir jangan-jangan kami tersesat jauh dari maktab, tetapi saya selalu dapat membesarkan hatinya menghiburnya dan berbuat seolah-olah aku

46
tenang – tenang saja , padahal sama juga seperti istriku, aku mulai khawatir jangan-jangan kami tidak dapat menemukan jalan pulang.
Kami berdua lalu mengeluarkan senjata ampuh, apa senjatanya , yaitu membaca Istighfar , memohon ampun kepada Allah , barangkali kami kelewat ,dalam kata maupun perbuatan selama kami melakukan kegiatan melontar Jumroh Aqobah.Allah Maha penerima Taubat, setelah kami berdua berhenti sejenak , menenangkan diri sambil membaca Istighfar, lambat laun aku mulai menyadari sebenarnya dimana letak maktab kami.
Aku teringat ketika mau berangkat melontar Jumroh Aqobah ,pada waktu itu aku merasa, diatas kepalaku ada mobil melintas, artinya maktabku dibawah jembatan layang, betul juga setelah kami tengak-tengok, kira-kira 500 meter dari kami berdiri ada jembatan layang, bergegas kami  menuju tempat itu , betul juga ternyata maktab kami ada dibawah jembatan layang.
Allahu Akbar, akhirnya kami temukan maktab kami, bahkan Allah memberikan bonus pada kami berdua, bonusnya adalah kami, dicegat orang dan diberi daging Unta yang telah dimasak, baru kali itu kami seumur hidup menikmati daging Unta, apalagi gratis. cukup untuk kami makan sebagai sarapan pagi , bahkan kawan- kawan satu regu juga banyak yang ikut menikmati, Alhamdulillah.
         







 47
TIDUR SEPERTI BANDENG

Hari kedua di Mina kami baru bisa menikmati istirahat, tidur dilantai tanah beralaskan karpet atau bahkan terpal yang tebal, ya kalau dibawah karpet atau terpal itu kebetulan dapat tanah yang berpasir rasanya enak, hampir kayak tidur dikasur atau barangkali lebih tepatnya matras. Tetapi kalau pas dapat yang tanahnya berbatu rasanya sangat ndak enak dibadan, apalagi kalau pas batunya dibawah kepala tentu tidak bisa tidur dengan nyaman, tetapi karena kebanyakan jama’ah sudah lelah maka selepas melontar Jumroh Aqobah banyak jamaah yang tertidur pulas bahkan tidak sedikit yang memperlihatkan aslinya , mengeluarkan bunyi khas alias ngorok.Sedangkan tidurnya untel-untelan , lebih tepat seperti bandeng ditata, seperti gereh kranjangan, aku mendapat tempat yang amat sempit , sehingga antara aku dan istriku tidak bisa tidur berdampingan, istriku tidur dibawah kakiku tepatnya , kepala istriku saya kempit pakai kaki, sebab tidak ada tempat lain yang lebih layak.
Kira-kira pukul 08.00 waktu setempat , beberapa kawan berkeinginan pergi ke Masjidil Haram untuk melakukan towaf Ifadhoh, namun karena aku masih mengantuk dan merasa sangat lelah aku memilih untuk melakukan Towaf Ifadhoh setelah menyelasaikan pelemparan Jumroh sampai nafar awal atau nafar tsani. Beberapa kawan nekat berangkat ke Makkah , termasuk istriku sedangkan aku melanjutkan tidurku, mereka lalu berusaha mencari angkutan untuk pergi ke Masjidil harom, setelah berjalan kesana kemari, mereka berusaha mencegat setiap mobil yang lewat untuk menumpang, tetapi ternyata setiap mobil yang disetop tidak mau berhenti, katanya ada satu yang mau berhenti, tapi setelah dirembug, sopirnya minta ongkos yang sangat mahal, masing-masing orang diminta ongkos 100 reyal, waktu itu jumlahnya 7 orang berarti ongkos

48
seluruhnya sebanyak 700 reyal , kalau dirupiahkan setara dengan 1.750.000,- , angka yang fantastis untuk ukuran jarak hanya sekitar 14 km. Setelah tahu ongkosnya segitu, sambil bersungut-sungut 7 orang termasuk istriku pulang lagi ke Mina dengan berjalan kaki, jadinya pulang dengan tangan hampa, meskipun jadi tambah pengalaman, bahwa pada saat tertentu, dimanapun orang , apapun warna kulitnya dan apapun warga negaranya setiap ada kesempatan, akan memanfaatkan kesempatan itu, tidak peduli , orang mau ibadah atau orang mau wisata, pokoknya pasang tarip setinggi mungkin, bahkan secara terang –terangan mencekik leher.
Jadilah siang itu kita menghabiskan waktu untuk tidur-tiduran ditenda, sambil sesekali melongok jalan diluar tenda , yang tampak hanya pemandangan orang yang hilir mudik saling bergantian ingin melontar Jumroh, hampir setiap saat dari pagi sampai malam hari hampir tidak pernah berhenti.
Berebut Kamar Mandi
Yang membuat kami semua agak tidak kerasan, adalah kurangnya sarana kamar mandi untuk MCK, bayangkan untuk jumlah jamaah haji sebanyak 3000 an orang , jumlah kamar mandi yang tersedia kurang dari 50 unit, masing-masing saling dipisahkan antara lelaki dan perempuan, setahu saya , ada dua tempat didalam kawasan tenda ada 1 blok dan di dekat jalan masuk ke maktab ada 1 blok lagi, namun yang berada diluar, banyak orang yang ngantri , sebab semua pejalan kaki bebas untuk masuk kekawasan tersebut. Kadangkala kalau untuk sekedar ambil air wudhu saya sering memilih, ada kran khusus untuk wudhu didekat jalan raya, tetapi hanya untuk wudhu , sedangkan untuk keperluan lain , seperti kencing dan BAB, harus menunggu antrian. Bagaimana jadinya kalau kebelet, ya jangan ditanyakan , banyak orang yang terpaksa cengar-cengir karena orang yang antri depannya  , ternyata tidak bisa menahan

49
berak, ya terpaksa jebol deh, jadinya semua orang yang menyaksikan tersenyum kecut sambil menahan bau akibat jebolnya pertahanan terakhir. Belum lagi kalau orang yang mengidap kelainan atau sesuatu penyakit misalnya Diabet, Stroke dan sebagainya , kadangkala tanpa malu-malu mereka kencing diluar kamar mandi, karena mungkin sudah tidak bisa mengontrol kencingnya lagi.
Kalau saya boleh usul pada pihak Maktab, mestinya fasilitas seperti itu ditambah agar jamaah haji terasa nyaman, memang butuh biaya besar tapi kan namanya servis juga, jangan mentang-mentang jamaah kita ini manutan.
Atau mestinya pemerintah RI itu punya power dan kekuatan tawar yang tinggi jangan cuma monat-manut saja, akhirnya apa, kadang jamaah kita cuma diKadalin.
Belum lagi , hal –hal yang lain misalnya pemberian susu atau buah, seringkali belum separoh jamaah yang mengambil susu , tiba-tiba dikatakan bahwa susunya sudah habis, bisa saja memang habis betul atau belum habis tapi sengaja disembunyikan, bisa jadi jatah susu untuk jamaah misalnya 100 karung, baru diberikan 50 karung kan maktab akan untung 50 karung. Adapun tentang buah, seringkali jamaah mendapatkan buah yang sudah busuk, tetapi kalau dilaporkan dan ketua kloter komplain kepada pihak maktab, paling jawabannya hanya minta maaf dan dibilangnya sudah habis, katanya nanti jatah selanjutnya akan diperhatikan, tapi lagi-lagi buahnya yang datang kemudian juga banyak yang busuk, wah memang lebih pinter pihak Maktab dari pada kita. Lagian , jamaah kan gampang lupa hal-hal seperti itu dan kalaupun mau eyel-eyelan takut nanti hajinya tidak Mabrur sebab banyak rafath dan jidalnya.
Karena kami berencana akan melontar jumroh hari kedua pada malam hari, kenapa malam hari ? menunggu antrian manusia agak sepi, sebab kalau pagi atau siang hari, biasanya para jamaah yang gedhe-gedhe , antara lain dari

50
Nigeria, atau Afrika dan Eropa termasuk Turki pada berjibun , berdesak-desakan berebut waktu Afdhol, yaitu waktu yang paling baik untuk melontar Jumroh sebagaimana dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, dimana waktunya adalah pagi setelah Dhukha dan Ba’da Zawal, artinya kebanyakan diambil waktu siang. Karena pertimbangan tersebut, dan jamaah kami banyak yang tua dan “krepo”, krepo itu artinya sudah tidak perkasa lagi, kasihan kalau harus berdesak- desakan. Toh begitu malam hari juga tidak sepi nyatanya juga masih berdesak desakan dan kalau tidak hati-hati serta waspada bisa-bisa kita tidak berhasil melontar, malah kadang kala dahi kita bisa berdarah karena terlempar oleh orang yang salah sasaran dalam melontar Jumroh, atau malah disangkanya kita ini setan, lalu dilempar dengan batu, ya ..., berdarah deh.
           Itulah pertimbangan kami , pokonya kalau melontar malam hari, setidaknya mengikuti anjuran pemerintah melalui ketua Kloter, bahwa untuk bangsa Indonesia yang bertubuh kecil-kecil ini dihimbau untuk melontar pada malam hari, meskipun malam hari juga padat, tetapi kebanyakan yang melontar juga , bangsa-bangsa yang mempunyai fisik rata-rata kecil, kayak Indonesia dan Malaysia.
           Padahal kalau di pikir-pikir, jamaah kita ini terbanyak yang berada di Jamarot, kalau saja tubuh kita ini gagah, sejajar dengan mereka yang dari Afrika, maka pastilah mereka pada minder, karena apa ? hampir 10 persen jamaah haji disana itu orang Indonesia, bayangkan kalau ada jamaah haji 10 orang berarti Indonesianya satu, maka jangan heran kalau dimana-mana kepetuk orang Indonesia, yang kesasar dan terbengong-bengong juga orang Indonesia, yang seneng belanja di toko-toko dan di pasar Seng juga orang Indonesia. 
           Pokoknya kalau kwantitas jangan khawatir , kita paling banyak disana, dan katanya jamaah kita ini paling tertib, tidak banyak masalah, apalagi

51
melawan Askar atau petugas, pokoknya dalam hal ketertiban jamaah kita patut mendapatkan acungan jempol. Sering orang-orang sono mengatakan, Indonesia toyib, Indonesia khoir dan pujian lain yang berisi rasa simpati terhadap orang Indonesia. Namun jangan ditanya kalau ada antrian pembagian  shodaqoh atau ada pemberian shodaqoh berupa makanan atau apapun, maka yang paling banyak ngantri juga orang Indonesia,he..he.., gitu to ?
Melontar Hari Kedua.
           Kami melontar hari ketiga juga malam hari lagi, dengan pertimbangan sama, yakni agar aman,tidak berdesakan dan dapat melontar dengan penuh konsentrasi. Kami berangkat sekitar jam 02.00 waktu setempat, setelah mematangkan strategi, yaitu masing-masing dari kami, yang masih muda membimbing jama’ah yang sudah tua, kami bertugas mengawasi sekaligus membimbing agar sukses sampai lontaran Jumroh ula yaitu jamarot yang terjauh letaknya dari arah Ka’bah. Pada lontaran ke dua, yaitu hari kedua atau tanggal 11 dzulhijjah, kami dapat melontar dari lantai 1 (Jamarot terdiri dari 2 lantai). Masing-masing Jamarot dilontar sampai tujuh kali dan yakin bahwa tujuh buah kerikil  tersebut dapat mengenai dinding Jamarot.
           Alhamdulillah, Jamarot tahun ini sudah dibuat, seperti tembok yang memanjang, saya mengandaikan seperti layar, jadi sangat mudah untuk dilontar, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana Jamarotnya adalah sebuah tugu atau tiang , yang agaknya sangat sulit untuk dilempar yang mengenai sasaran, kerikil mengenai tugu dan jatuhnya kerikil masuk ke marma.Apalagi Jumroh Aqobah, cara melontarnya yaitu setengah lingkaran, jadi agaknya sangat sulit dan akan terjadi penumpukan jama’ah pada satu sisi saja, dimana hal itu dapat menimbulkan desakan, dan bisa-bisa dapat menimbukan kecelakaan.

52
           Biasanya jama’ah menyiapkan kerikil sebanyak 21 biji ditambah cadangan , kalau terjadi salah lontar atau belum dilontar tetapi keburu jatuh karena tersenggol jama’ah lain, maka sebaiknya kerikil yang disiapkan sebanyak 30 an , agar apabila terjadi kerikil yang jatuh masih bisa , punya kerikil cadangan, dari buku petunjuk manasik, disarankan kita memilih kerikil yang agak kecil, kira-kira sebesar biji kurma, hal itu dimaksudkan agar apabila kerikil itu dilontar dan mungkin meleset mengenai jama’ah lain, tidak begitu terasa sakit karena batunya kecil, namun kadangkala jama’ah haji tidak marem, sebab kalau kerikilnya kecil, melontarnya mesti dari jarak dekat, dan kerikil kecil itu kalau dilontar tidak menimbulkan suara, disitulah letak ketidak puasan pelontar seolah-olah tidak terasa , saat kerikil mengenai dinding jamarot.
           Sayapun sengaja memilih kerikil yang agak besar, sebesar biji nyamplung, atau kalau pembaca pernah membeli Geplak dari Bantul, yaitu sebesar Geplak Bantul, atau sebesar Getuk Sokaraja.Kalau kerikilnya sebesar itu biasanya dilontar pada jarak 10 s.d 15 meter dari jamarot akan bisa kena dan saat membenturnya kerikil dengan Jamarot akan menimbulkan suara klotak-klotak sambil mengeluarkan kepulan asap, karena terjadinya benturan yang keras, antara batu kerikil dengan dinding Jamarot, coba bayangkan kalau yang melontar itu jutaan manusia dan masing-masing melontar 7 kali 3 tempat, maka akan timbul suara seperti tembakan brend atau metraliur, terus menerus  selama 4 x 24 jam atau selama 4 hari empat malam, mestinya rekor itu tercatat dalam buku “Guenes Book of Word Record” tapi kelihatannya sampai saat ini tidak
tercatat, barangkali belum ada yang mendaftarkan untuk dicatat dalam rekor dunia.
           Selesai sudah seluruh rangkaian lontar Jumroh di Jamarot, betapa senang dan bahagianya hati kami, kitika sadar bahwa rangkaian Ibadah Haji telah kami

53
laksanakan, dan kami menganggap bahwa etape atau tahapan lontar jumroh ini adalah merupakan tahapan yang sangat berat dan sangat beresiko, Alhamdulillah kami dapat menyelesaiakan dengan selamat tanpa halangan apapun, maka wajar bila kami tidak dapat membendung air mata, sambil berdo’a di sebelah jamarot, dipimpin oleh jamaah yang paling sepuh, kami menumpahkan semua kegembiraan dan syukur pada Allah , dengan menangis bersama , berpelukan , sambil mengucap syukur pada Allah swt, Subhanallah Walhamdulillah Wala ilaa ha illa Allah, Wa Allah hu Akbar.
           Kalau kami memilih Nafar tsani, mestinya masih ada satu pelontaran lagi, tapi kami memilih nafar awal, dengan pertimbangan, ketidak tersediaan sarana untuk jama’ah antara lain terbatasnya MCK, mengingat hal tersebut kami bermusyawarah untuk melaksanakan nafar awal, artinya kami segera kembali keMakkah sebelum maghrib tanggal 12 Dzulhijjah, sebab kalau sampai keduluan maghrib, maka kami harus mabit lagi di Mina, dan harus melanjutkan pelontaran pada tanggal 13 Dzulhijjah.
           Kami sudah toto-toto mulai bakda shubuh, menyiapkan segala sesuatu untuk kepulangan kami ke Maktab , di Makkah, beberapa kawan, banyak yang membeli oleh-oleh dari mina, disana banyak dijual batu akik dan mainan anak-anak, juga ada pakaian bekas, kebanyakan baju gamis (baju khas arab saudi), walaupun bekas tapi masih bagus, harganyapun murah antara 15 s.d. 25 reyal, kalau baru mungkin harganya bisa mencapai 300 an reyal, karena bahannya bagus, banyak yang dari wool, tapi karena disana banyak pakaian bekas, mungkin daripada dibuang, mendingan dijual, barangkali jamaah haji mau membeli terutama dari Indonesia, ternyata kemiskinan kita terdeteksi sampai Arab Saudi.
           Kira-kira ba’da dhuhur, bis-bis penjemput mulai datang, kami mengira

54
bis-bis itu memang hanya disiapkan untuk kami, ternyata perhitungan kami meleset, ternyata banyak juga jama’ah yang mengambil nafar awal seperti kami, bahkan beberapa jamaah yang tidak ada rencana sebelumnya untuk nafar awal, setelah melihat banyak yang pulang dan ada bus penjemput, maka tanpa ba,bi,bu mereka ikut pulang, maka jadinya kami berdesakan, berhimpitan laksana ikan bandeng, MasyaAllah.




















55

DIHADANG BADAI GURUN

          Ba’da dhuhur kami satu rombongan mulai berangkat ke Makkah, kami melewati jalanan, dan karena banyaknya bis-bis yang menjemput jama’ah nafar awwal , maka jalanan macet total , hingga kami berjam-jam sampai di Makkah. Saya agak heran tidak biasanya, dimina angin bertiup sangat kencang, diiringi gerimis .Kan menurut cerita tanah Arab itu jarang terjadi hujan, masak sekarang mau hujan.Kira-kira 4 km menjelang kota Makkah, tiba-tiba angin bertiup semakin kencang, baru sekali itu seumur hidup saya menyaksikan angin seperti itu, mungkin itu selanjutnya akan diperhatikan, tapi lagi lagi buahnya yang datang kemudian juga banyak yang busuk, wah memang lebih pinter pihak maktab dari pada kita. Lagian , jamaah kan gampang lupa hal-hal seperti itu dan kalaupun mau eyel-eyelan takut nanti hajinya tidak mabrur sebab banyak rafath dan jidalnya.
Karena kami berencana akan melontar jumroh hari kedua pada malam hari, kenapa malam hari ? menunggu antrian manusia agak sepi, sebab kalau pagi atau siang hari, biasanya para jamaah yang gedhe-gedhe , antara lain dari Nigeria, atau Afrika dan Eropa termasuk Turki pada berjibun , berdesak-desakan berebut waktu Afdhol, yaitu waktu yang paling baik untuk melontar Jumroh sebagaimana dicontohkan oleh nabi Muhammad ,saw, dimana waktunya adalah pagi setelah dhukha dan bakda zawal artinya kebanyakan diambil waktu siang. Karena pertimbangan tersebut, dan jamaah kami banyak yang tua dan “krepo”, krepo itu artinya sudah tidak perkasa lagi, kasihan kalau harus berdesak desakan. Toh begitu malam hari juga tidak sepi nyatanya juga masih berdesak desakan dan kalau tidak hati-hati serta waspada bisa-bisa kita tidak berhasil melontar, malah kadang kala dahi kita bisa berdarah karena

56
terlempar oleh orang yang salah sasaran dalam melontar Jumroh, atau malah disangkanya kita ini setan, lalu dilempar dengan batu, ya ..., berdarah deh.
Itulah pertimbangan kami , pokonya kalau melontar malam hari, setidaknya mengikuti anjuran pemerintah melalui ketua Kloter, bahwa untuk bangsa Indonesia yang bertubuh kecil-kecil ini dihimbau untuk melontar pada malam hari, meskipun malam hari juga padat, tetapi kebanyakan yang melontar juga , bangsa-bangsa yang mempunyai fisik rata-rata kecil, kayak Indonesia dan Malaysia.Padahal kalau di pikir-pikir, jamaah kita ini terbanyak yang berada di Jamarot, kalau saja tubuh kita ini gagah, sejajar dengan mereka yang dari Afrika, maka pastilah mereka pada minder, karena apa ? hampir 10 persen jamaah haji disana itu orang Indonesia, bayangkan kalau ada jamaah haji 10 orang berarti Indonesianya satu, maka jangan heran kalau dimana-mana kepetuk orang Indonesia, yang kesasar dan terbengong-bengong juga orang Indonesia, yang seneng belanja di toko-toko dan di pasar Seng juga orang Indonesia.
            Pokoknya kalau kwantitas jangan khawatir , kita paling banyak disana, dan katanya jamaah kita ini paling tertib, tidak banyak masalah, apalagi melawan Askar atau petugas, pokoknya dalam hal ketertiban jamaah kita patut mendapatkan acungan jempol. Sering orang-orang sono mengatakan, Indonesia toyib, Indonesia khoir dan pujian lain yang berisi rasa simpati terhadap orang Indonesia. Namun jangan ditanya kalau ada antrian pembagian  shodaqoh atau ada pemberian shodaqoh berupa makanan atau apapun, maka yang paling banyak ngantri juga orang Indonesia,he..he.., gitu to ?
           Indonesia bagus dan pujian lain yang berisi rasa simpati terhadap orang Indonesia. Namun jangan ditanya kalau ada antrian pembagian  shodaqoh atau ada pemberian shodaqoh berupa makanan atau apapun, maka yang paling banyak ngantri juga orang Indonesia,he..he.., gitu to ?

57
Hari kedua pelontaran jumroh , tepatnya tangga 11 Zulhijjah, kami sudah agak hafal jalan ke jamarot, namun kami tetap mengambil waktu pada malam hari megingat , pada malam hari tidak terlalu banyak jama’ah haji yang melontar. Kami berangkat dari tenda jam 03.00 pagi dengan cara berkelompok menjadi 2 regu, kami berjalan beriringan saling menjaga dan mengawasi, sebab dari 20 orang jama’ah, kebetulan yang sudah berusia lanjut sekitar 9 orang, jadi masing- masing kami yang masih muda punya tugas nggandeng 1 orang jama’ah sepuh. Setelah sampai dikawasan Jamarot, kami berkumpul dulu untuk mematangkan strategi, sambil menungu jama’ah lain yang baru sampai dan masih ngos-ngosan. Setelah berkumpul kami pesah menjadi 4 kelompok dalam pelontaran, dengan catatan yang muda harus selalu mengawasi jama’ah yang sudah tua bahkan bila perlu mengambil alih pelemparan Jumroh, apabila dirasa jama’ah tersebut masakot atau menemui kesulitan dalam melontar, atau mungkin pas mau melontoar tiba-tiba datang rombongan besar, maka sebagai pemimpin kelompok harus mengambil alih pelemparan.Setelah selesai kami berkempul ditempat yang sudah ditentukan, biasanya di salah satu pilar disebelah kanan Jumroh Aqobah, kami berkumpul sambil menghitung jumlah anggota yang datang , setelah itu didongani oleh jama’ah tertua yaitu mbah kiai madhuri yang kemudian ganti nama menjadi K.H. Mashuri.
Saya dan istri biasanya setelah selesai melontar, lalu pamitan pada kawan-kawan untuk pulang akhir, karena masih mau melihat-lihat keadaan sekitar, biar tambah pengalaman , siapa tahu besuk Allah berkenan nimbali lagi, kan bisa mbimbing yang lain, agar lebih faham.Apa yang sering kami kerjakan?.
Biasanya saya dengan istri akan berjalan pelahan-lahan sambil tengok sana , tengok sini, barangkali ada sesuatu yang perlu dibeli, mengingat tidak

58
lama lagi kami harus meninggalkan Mina menuju ke Makkah lagi. Saya banyak mencari souvenir atau pernik-pernik kecil, seperti batu akik, di Mina batu akik sangat murah dan kalau kita teleten dalam memilih akan mendapat batu akik yang asli, masalah seneng itu relatif, tetapi kalau dapat yang asli, sesampai ditanah air banyak yang berminat bahkan katanya kalau dijual, kalau tahu akik itu asalnya dari Mina akan menambah harga, padahal di Mina harganya cuma 1 riyal perbiji, tinggal pilih sak senengnya, saya termasuk agak pinter kalau memilih akik, ya  kerena telaten, kadang kala penjual akiknya sampai bersungut-sungut melihat saya memilih dan memilah akik, mungkin dia mbatin saya , mungkin disangka saya ahli , dalam bidang batu akik.Memilih batu akik itu gampang-gampang  susah, kalau tidak hati-hati dan telaten bisa-bisa salah ambil, atau keliru dengan akik jenangan, akik jenangan itu adalah batu akik yang dibuat oleh manusia dengan dicetak, biasanya bahannya dari kaca, memang corak dan tekstur warnanya lebih baik, tapi namanya palsu ya pasti akan terlihat kelemahannya, kelemahnnya antara lain, gampang pecah, warnanya cepat pudar dan tentu saja kalau dikasih emban yang mat-matan akan tampak palsunya, apalagi yang seneng ilmu klenik, katanya akik jenangan itu tidak bisa dikasih khodam (Khodam ? jawabnya ada dalam episode selanjutnya).
Sebenarnya gampang cara milihnya, yaitu ditimang-timang ditangan bobotnya akan terasa lebih berat, karena terbuat dari batu yang usianya sudah tua , bahasa jawanya lebih anteb, lain dengan batu-batu lainnya, artinya kalau ada batu akik kok sama warna dan bentuknya lebih dari 2 biji berarti itu palsu semua.Lebih keras , cara mengetahui kerasnya , coba dua batu akik itu digesek kalau gesekannya  terasa kasar itu biasanya akik asli, tetapi kalau licin atau

59
lunyu maka dapat dipastikan itu palsu atau jenangan, lho kok malah ngomongin akik !!!, emangnya Kaji akik ?
Sedangkan istriku seneng pada koleksi jilbab, disana banyak dijual jilbab yang harganya memang agak murah, selain jilbab ada alat kecantikan pokoknya keperluan wanita , saya jadi kurang faham apa yang dibeli, selain itu diMina , ternyata gambar-gambar Masjidil haram dan Masjid Nabawi lebih murah, hampir separoh harga gambar-gambar tersebut kalau dibeli di Makkah, apalagi dilingkungan Masjidil Haram, MasyaAllah harganya selangit.Setelah kami puas jalan-jalan, tidak lupa kami beli minuman ringan, untuk sangu perjalanan sampai ke perkemahan, Alhamdulillah kami tidak kesasar lagi, selamat sampai di perkemahan di Mina Jadid.
Pelemparan hari ketiga, kami laksanakan pada malam hari juga namun karena itu merupakan lemparan terakhir rasa-rasanya kami semua larut dalam keharuan , karena bisa selamat melempar jumroh sampai hari ketiga dengan selamat dean jama’ah utuh dan ternyata jama’ah sepuhpun bisa melempar sendiri artinya semua mampu tanpa bantuan orang lain, selesai melempar jumroh terakhir itu kami saling berangkulan, berciuman sebagai luapan kegembiraan, tentu saja antara jama’ah laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan. Bahkan tidak terasa berlinangan air mata, karena rasa syukur kepada Allah dan rasa puas telah menyelesaikan salah satu wajib haji.






60
Nafar Awal
Kami sebanyak 2 regu memang telah sepakat mengambil Nafar Awal, artinya pelemparan Jumroh, hanya sampai hari ketiga yaitu tanggal : 10, 11 dan 12 Zulhijjah.Sedangkan orang orang yang mengambil Nafar Tsani harus melempar sampai pada tanggal 13 Zulhijah, jadi kami kembali ke Makkah pada tanggal 12 Zulhijah, untuk itu kami harus melapor kepada pihak maktab, agar maktab menyiapkan naqobah atau angkutan untuk kepulangan kami ke Makkah.
Hal tersebut bukan tanpa pertimbangan, kami mengambil nafar awal karena pertimbangan beberapa alasan antara lain : Ketersediaan sarana MCK terasa kurang sehingga kami khawati mengurangi kekhusukan kami dalam berhaji karena saling berebut MCK.Kedua dalam beberapa keterangan , dibolehkan jama’ah memilih mengambil nafar awal atau tsani maka kami sepakat memilih nafar awal, ketiga kami tidak dapat istirahat ditenda dengan tenang karena tenda terlalu sempit dibandingkan dengan jumlah jama’ah.
Kira-kira jam 13.00 weaktu setempat bis-bis mulai menjemput jamaah yang akan mengambil nafar awal, ternyata muncul permasalahan, banyak jamaah yang tadinya mau nafar tsani, tetapi setelah melihat jamaah lain udah pada pulang maka mereka pada mendadak ikut, inilah yang jadi persoalan akhirnya jumlah armada tidak mencukupi, makanya kesannya terjadi rebutan bis, sebetulnya bukan rebutan hanya salah persepsi. Tapi ada juga kesalahan dari pihak maktab dalam pendataan jumlah jamaah yang akan  pulang awal atau memang kesengajaan biar tidak rugi dalam sektor pengangkutan jamaah , su’udhon nih.




61
Dihadang Badai

Pembaca pernah membayangkan badai gurun, atau barangkali pernah melihat film-film yang menampilkan peristiwa badai gurun, di gurun Sahara atau di gurun Gobi. Saya mengalami sendiri peristiwa itu , menjelang kepulangan ke makkah tiba-tiba langit Mina terasa gelap gulita, disusul kemudian terpaan angin kencang, mungkin kecepatannya bisa mencapai ratusan km perjam, saya melihat benda-benda beterbangan terbawa oleh dahsyatnya angin, kami sempat agak panik, melihat keadaan alam sekitar, hanya mantepnya karena disana jarang ada pepohonan, kami jadi agak sedikit lega, ndak mungkin kami akan mati tertimpa pohon disana. Tetapi bahaya lain juga mengancam , karena cuaca sedikit gelap dan pasir-pasir beterbangan , hal itu dapat mengganggu pemandangan sopir dalam melihat jalanan yang akan dilaluinya, apalagi karena saking kencangnya angin , ternyata mampu menumbangkan papan reklame dan menerbangkan beberapa atap rumah yang rata-rata terbuat dari seng. Bagaimana kalau seng itu terbawa angin , lalu jatuh meluncur , lalu menimpa leher kita, saya takut membayangkan , bisa jadi orang yang tertimpa seperti pesakitan yang dihukum pancung , sebagaimana penerapan hukum di Arab Saudi, yaitu setiap pelanggar hukum dengan sangsi berat seperti, pembunuhan, perampokan, narkoba dan makar terhadap negara dan pemerintah, maka negara akan menjatuhkan hukum pancung, kalau di jeddah hukum pancung itu dilaksanakan di Masjid Qisos.
Saya sengaja menyempatkan diri sholat dhuhur di masjid Qisos, dengan harap bisa mengetahui atau bahkan mungkin menyaksikan pelaksanaan hukuman qisos disana, sebab prakteknya pelaksanaan hukuman qisos disana dilaksanakan pada hari Jum’at , setelah sholat Jum’at disaksikan oleh orang

62
banyak. Saya banyak menggali informasi dari pemandu yang mengantar saya ke masjid qisos tersebut, menurut pemandu tersebut proses pelaksanaan hukuman qisos itu adalah , dimulai dari nyala lampu di jalan depan masjid, katanya kalau lampu menyala warna tertentu, itu sebagai pertanda kalau nanti selepas sholat jum’at akan ada pelaksanaan hukum qisos. Adapun tempat untuk pelaksanaan hukuman itu, adalah tanah yang agak ditinggikan , terletak di halaman masjid dengan ukuran kira-kira 3 x 5 meter persegi , lantai tersebut dilapisi keramik warna putih, dikelilingi pagar terbuat dari kayu , setinggi kira-kira 1 meter, pagar tersebut mungkin bertujuan agar orang yang melihat tidak terlalu dekat berdirinya dari , orang yang akan di qisos.

Bagaimana eksekusinya ?

Kata pemandu yang mangantar saya , pelaksanaan hukumnya kira-kira begini, orang yang telah dinyatakan bersalah dengan kekuatan hukum tetap dan ahli waris tidak mengampuni , artinya tidak disepakati uang darah, maka pesakitan akan digiring masuk ke tempat eksekusi, dengan mata tertutup dan tangan terikat, setelah diberi aba-aba algojo akan melaksanakan hukuman dengan memancung leher pesakitan tersebut, karena saking tajamnya pedang dan saking kuatnya ayunan tangan algojo, maka hampir dipastikan sekali tebas akan terlepas kepala dari badan, darahnya akan tercecer di altar yang berwarna putih tersebut . Kelihatannya kejam, namun ternyata tidak,  setelah kepala terdakwa terpenggal ada tim dokter yang akan memeriksa apakah terdakwa sudah betul-betul meninggal apa belum, kalau udah meninggal, kepala dan badan akan disatukan lagi dan dibawa kerumah sakit , untuk dirawat dan

63
sebelum mayat itu dimakamkan dokter akan menjahit kepala dan badan itu menjadi bersatu kembali.Saya jadi ingat ajian rawa rontek atau ajian dalam cerita Rahwana, dipenggal kepalanya namun setiap kali ,pulih kembali selama masih menyentuh tanah.
Ketika saya berkunjung kesana saya melihat ada ceceran darah disekitar altar tempat pelaksanaan hukuman, saya kira ceceran oli , tetapi setelah saya coba membaui ternyata baunya amis, anyir seperti darah, hi..,hi..,hi..., ngeri campur takut.
Sesampai di Makkah, kami merasakan ada tetesan air hujan, kami heran , hujannya semakin lebat , bahkan lebih lebat dari curah hujan yang terjadi ditanah air, dan yang mengherankan hujan disana itu rasa-rasanya lebih besar-besar curahnya dan airnya dingin , hampir seperti hujan es.
Hujan berlangsung selama kurang lebih 2 jam, terus menerus, apa akibatnya ? , karena disana hampir tidak ada resapan maka dapat dibayangkan apa yang terjadi, adapun kota Makkah itu, terutama disekitar Masjidil haram itu adalah dataran rendah, ibaratnya seperti cekungan mangkok, maka mau tidak mau , airpun dengan cepat menggenangi semua jalan-jalan di sekitar Masjidil Haram, saya bisa menyaksikan sendiri banjir yang terjadi pada hari itu, malah karena saya kebetulan membawa HP yang dilengkapi kamera , maka saya abadikan kejadian itu dalam rekaman kamera , dan saya simpan dalam memori hingga saat ini.Masya Allah ternyata banjir yang diakibatkan hujan yang hanya 2 jam itu, mampu menyeret beberapa mobil dalam pusaran arus dan untuk sementara waktu, akses jalan tidak dapat digunakan, Namun yang membuat aku heran , adalah reaksi orang asli arab terhadap kejadian banjir tersebut, ternyata di wajah mereka tidak ada tersirat rasa takut, malahan mereka tertawa suka cita ,

64
karena bisa menyaksikan peristiwa hujan besar yang jarang terjadi, konon katanya, belum tentu 40 tahun sekali terjadi hujan disertai banjir seperti itu.Mereka tertawa-tawa sambil mengatakan “Barkah haji,barkah  haji” apa maksudnya, aku tidak faham bahasa arabnya “Laa A’rif” nangam.
Ternyata akibat dari banjir tersebut , tidak segera dapat dibenahi, dalam seharian bahkan sampai malam hari jalanan masih tergenang oleh air hujan, pada pagi harinya saya melihat ada alat -alat berat yang didatangkan untuk membenahi fasilitas yang rusak, ada mesin pengeruk lumpur, ada mesin penyedot sisa air hujan , bahkan yang sangat mengherankan banyak terjadi masyarakat membuang kambal atau permadani yang basah terkena banjir, mereka tidak menjemur permadani itu, melainkan membuangnya di tempat sampah. “O, alah , karang wong sugih ‘ “Aghniya’”.Lha kalau kita kasur kebanjiran saja kalau bisa mau diperas, lalu dikeringkan lagi.














65
Kabar Dari Mina

Bagaimana keadaan di Mina? , saya terima khabar dari Mina, katanya disana juga terjadi banjir yang tidak  kalah dahsyatnya, bahkan dimungkinkan ada korban jiwa, mengingat disana jumlah orangnya banyak , padat dan mungkin terjadi kepanikan , sehingga  terjadi desak-desakan yang dapat menimbulkan bencana.
           Katanya , tenda yang kami tempati pun kebanjiran, padahal kalau tidak salah, tinggi tanggul yang digunakan untuk tenda , kira-kira satu meteran tingginya, bagaimana dengan kawan-kawan yang melontar jumroh pada tanggal 13 atau yang mengambil nafar tsani, katanya banyak yang kesulitan untuk datang ke Jamarot, maka ada yang inisiatif, melontar Jumrohnya dengan cara , Jama’ yaitu 2 kesempatan melontar digabung menjadi 1 , yaitu tanggal 12 tidak melontar karena kesulitan atau masakot digantikan dengan melontar pada tanggal 13 dengan cara melontar dengan 7 kerikil kali 3 lontaran yaitu, Jumroh Ula, Wustho dan Aqobah kemudian diulangi sekali lagi .











66

TIBA DI MAKKAH LAGI

           Menjelang waktu Asar, kami satu rombongan tiba di Makkah lagi, setelah dihadang badai dan disambut guyuran hujan , sampailah kami di depan maktab kami, di jalan Jarwal, perjalanan dari Mina sampai Makkah terasa sangat lama, banyak hal yang saya alami, tidak akan terlupakan dalam memori pikiran dan hati kami, bagaimana tidak , selama perjalanan , banyak jama’ah yang kelelahan setelah sekitar 6 hari , melakukan ritual dari mulai Wukuf di Arofah , mabit di Muzdalifah sampai melontar Jumroh di Mina, membuat kami terforsir. Dalam perjalanan menuju Makkah banyak diantara Jama’ah yang kehabisan tenaga, apalagi jama’ah yang sudah tua, ditambah lagi kepulangan kami menggunakan angkutan yaitu bis yang diisi penumpang over kapasitas, jadinya kami berdesakan, hampir separoh jama’ah berdiri, sebagaian jama’ah bisa menikmati tempat duduk. Kebetulan aku tidak mendapatkan tempat duduk, rasanya tidak tega , bisa duduk enak-enak sementara orang lain yang lebih tua, berdiri sambil terkantuk-kantuk. Kebetulan disamping tempat aku berdiri ,duduk seorang jama’ah yang kepayahan akibat penatnya kegiatan, orang itu diindikasi mendapat komplikasi penyakit.
Sepanjang perjalanan orang itu mengalami dehidrasi, sehingga aku berusaha mencarikan air mineral, balsem dan sejumlah makanan agar orang tersebut tetap dalam keadaan sadar.
           Sesampai di Makkah didepan Maktab kami, ketika mau turun dari bis , kulihat orang tersebut tidak bisa   bergerak, karena  kepayahan, aku heran waktu itu seolah tidak ada orang yang peduli, masing-masing orang mengurus


67
keperluannya sendiri-sendiri, yaitu ingin segera keluar dari bis, sambil membawa bermacam-macam perlengkapan dan segera masuk maktab untuk istirahat, aku mendengar seorang wanita minta tolong, untuk membantu suaminya yang tidak bisa bergerak, padahal jama’ah telah berhamburan saling berebut untuk keluar bis.Istriku kebetulan mendengar permintaan tolong, wanita itu , maka tanpa dikomando istriku menyuruhku untuk menolong, orang tua yang sejak dari Mina ada disampingku.Saya lalu memanggil teman, satu orang untuk membantuku, mengangkat orang itu, kami berdua memapah orang itu lalu kami turunkan di trotoar, tapi lagi-lagi, orang itu tidak dapat berdiri, dia sangat kepayahan, maka aku berinisiatif saya “cengklak” orang itu memasuki maktab. Sebenarnya menurut ukuran normal saya tidak sanggup sebab orang itu gemuk, mungkin bobotnya diatas 80 kg, tetapi Alhamdulillah, karena saya ikhlas , beban itu tidak terasa berat, bahkan saya bisa mengangkat orang itu sampai ke
Lantai 5, dan yang lebih dramatis lagi, aku ingat waktu dalam perjalanan naik ke lantai 5 di lift, orang itu sengaja tidak saya turunkan dari gendongan saya , karena takut saya tidak dapat mengangkatnya lagi. Tiba- tiba saya merasakan ada, sesuatu benda cair yang membasahi lambungku, ternyata orang itu ngompol, dalam gendonganku. Namun yang membuat aku heran, waktu itu tidak sedikitpun aku merasa jijik atau jengkel, bahkan aku sempat menolak ketika dia minta diturunkan karena dia  ngompol. Setelah saya baringkan ditempat tidur, saya  kembali ke lantai 2 untuk menemui istriku, saya menceritakan semua kejadian yang kualami kepada istriku, tapi istriku malah melarangku, dan mengatakan agar aku melakukan itu dengan ikhlas, sambil bilang agar aku melepas semua pakaianku untuk dicucinya.


68

THOWAF IFADHOH

           Setelah kami istirahat, dan hilang rasa capai dan penat, kami bersiap-siap melakukan salah satu rukun haji, yaitu towaf ifadhoh, kami bersiap melakukan tawaf dan sa’i. Kami berangkat dari maktab menjelang sholat Isa’ , kami menyusuri jalan yang biasa kami lewati ,setelah hampir 7 hari kami tidak melihat jalanan itu, yaitu menyusuri jalan Jarwal sambil menikmati berdesakan dengan jama’ah lain dari seluruh dunia. Masya Allah, Masjidil Haram begitu padat oleh jutaan manusia, hampir-hampir kami tak sanggup untuk sekedar menempatkan tubuh kami dalam lautan jutaan jama’ah haji, apalagi konsentrasi jamaah banyak terkumpul di pelataran Ka’bah tempat jama’ah melakukan towaf, untuk towaf ifadhoh kami memilih dipelataran ka’bah , walaupun berdesak-desakan tapi rasanya senang bisa langsung menatap Ka’bah, kami menikmati dari putaran satu sampai putaran ke tujuh, pada putaran pertama sampai ketujuh menjelang sampai di garis coklat atau sepanjang multazam pasti terjadi kemacetan , karena di garis tersebut , jama’ah akan memulai towafnya.
            Kadang kala di sekitar Makom Ibrahim, juga terjadi kemacetan karena banyak jama’ah yang berhenti sejenak untuk sekedar memegang Makom Ibrohim atau malah ada jama’ah yang bertingkah aneh, ada yang terbengong-bengong, ada yang mengelus elus, bahkan sebagaian lain berusaha mengusap- usapkan surban atau pecinya kebagian Makom Ibrohim itu , entah apa maksudnya , barangkali mencari berkah atau sekedar biar ada kenangan tertentu saat berada di dekat Makom Ibrohim, saya ingin sekali berhenti di dekat




69
 Hajar Aswad, untuk mengantri mencium Hajar Aswad, namun saya segera menyadari bahwa sepertinya tidak mungkin untuk ikut mencium hajar aswad dalam kondisi jama’ah yang sangat padat, saya memilih untuk melakukan sholat sunat di Multazam, sambil berdo’a dan mohon ampun pada Allah. Setelah selesai sholat sunat di Mutazam , kami bergegas menuju tempat sa’i, lalu kami melakukan Sa’i diantara jutaan jama’ah yang juga melakukan Sa’i, selesai melakukan Sa’i, kami bersyukur telah selesai melakukan rangkaian amalan ibadah haji, tinggal satu amalan lagi , yaitu melakukan Towaf Wada’, yaitu Towaf perpisahan sebelum kami meninggalkan kota Makkah.
           Malam itu , kami kembali lagi ke Maktab, untuk  melakukan rutinitas ibadah sehari-hari, sambil menunggu sampai kami diberangkatkan menuju Madinah, dalam benak saya , sering terbayang akan keindahan kota Madinah dan juga Masjid Nabawi, tempat kegiatan Nabi  Muhammad Saw dan para sahabatnya, disana ada Makom Mustajab,  Roudhoh, yaitu tempat antara Kamar Rosulullah Saw dengan Mimbar beliau.
           Semenjak terjadi banjir di Makkah, banyak orang yang trauma , kadangkala merasa takut dan was-was, jangan-jangan terjadi banjir lagi, apalagi kalau langit kelihatan mendung disertai angin yang agak kencang, banyak jama’ah yang ketakutan.Dua hari setelah terjadi banjir, pernah sehabis dhuhur, di masjidil Haram terdengar suara gemuruh, entah darimana asalnya, sepontan seluruh jama’ah yang ada dimasjid pada berdiri panik, untung banyak jama’ah yang berfikir tenang dan mengingatkan jama’ah lain agar tidak panik, seraya mengingatkan untuk banyak beristighfar kepada Allah .
           Sampai sekarangpun suara gemuruh itu masih menjadi misteri bagiku,


70
entah itu suara apa, sebab hampir semua jama,ah baik yang di dalam masjid maupun diluar masjid mendengar suara itu.
           Menurut cerita yang berkembang di Makkah, konon katanya itu adalah pertanda hajinya diterima oleh Allah, dan suara gemuruh itu adalah suara malaikat, yang ikut bertasbih kepada Allah, Wallahu a’lamu bi Ashowab.






















71
THOWAF WADA’

           Menjelang kami berangkat ke Madinah, masih ada satu Wajib haji yang harus dilakukan, yaitu towaf wada’ , towaf wada’ artinya adalah towaf  perpisahan, semua jama’ah Haji yang akan meninggalkan Makkah, harus melakukan towaf wada’ kecuali bagi wanita yang sedang menstruasi, tidak perlu melakukan towaf wada’, sebab orang yang towaf harus suci dari najis dan darah haid, maka yang dilakukan cukup melambaikan tangan dari luar masjid, sebagai tanda penghormatan dan perpisahan dengan Ka’bah.
Saya melakukan Towaf Wada’ , sehabis sholat dhuhur, karena kami harus berangkat ke Madinah kira-kira ba’da Asar.
           Saya merasa sangat terharu, sambil berputar mengelilingi Ka’bah, tak terasa air mata mengalir tak dapat kubendung lagi, haru bercampur sedih sekaligus bahagia, haru karena sebentar lagi saya tidak lagi  punya kesempatan untuk mengunjungi Ka’bah,berlama-lama memandangi Ka’bah seperti hari-hari yang lalu, sedih , kerena saya harus berpisah dengan Ka’bah dan Makom-makom mustajab, seperti Multazam, Makom Ibrohim, Hijjir Ismail , Roudhoh ,dan tempat-tempat lain, sedih, karena mungkin tidak akan sempat naik haji lagi ,bahagia, sebab Allah telah memberikan kesempatan kepada ku untuk sowan ke Rumah-Nya , nimbali saya , orang yang fakir dan dhoif untuk menghadap langsung ke Baitullah, Labbaika Allahumma Labbaik, Labbaika Laa syarika laka Labbaik, Innal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulk Laa Syari Ka Laka
           Namun, entah mengapa seolah-olah aku yakin akan bisa mengunjungi Ka’bah lagi, tidak lama lagi ,  (Ternyata Allah nimbali saya lagi, tahun berikutnya ditugaskan oleh Kanwil Depag Prop. Jawa Tengah ,menjadi ketua kloter).

72
BERANGKAT KE MADINAH

           Sebenarnya kota Madinah tidak ada kaitannya dengan rukun haji, boleh saja orang haji tidak datang ke kota Madinah, namun dalam hadist nabi Muhammad SAW, dikemukakan bahwa , tidak dianjurkan seseorang untuk mengunjungi tempat apapun didunia ini kecuali, berkunjung ke tiga tempat yakni, Masjidil Harom, Masjidil Aqso dan Masjid Nabawi, atas dasar itu maka hampir semua jemaah haji , menyempatkan diri untuk berkunjung ke Madinah, yaitu mengunjungi tempat mustajab, “Roudhoh” yang terletak di dalam masjid Nabawi dan makam Kanjeng Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar dan Umar bin Khotob.
           Setelah semua Rukun dan Wajib haji dilaksanakan, untuk jamaah haji gelombang pertama diberangkatkan ke Madinah untuk melakukan sholat Arba’in (empat puluh waktu) di Masjid Nabawi, jadi nanti jama’ah haji akan tinggal di Madinah sekitar 9 hari, sebelum akhirnya diterbangkan kembali ketanah air.
           Jama’ah haji dan semua bawaannya diangkut dengan bis-bis menuju Madinah , dapat dibayangkan bagaimana bawaan jamaah haji yang “pating grendel” selama kurang lebih 32 hari tinggal diMakah, belanja ini , itu , semua barang yang dianggap murah dan asli Arab, akan dibeli, yang tidak kelupaan yaitu sajadah, sampai orang arab sono bilang “ Indonesia kullu-kullu sajadah” yang artinya “ Indonesia saban-saban beli sajah” memang, hampir semua jama’ah haji beli sajadah, walaupun sudah punya, namun di Makkah yang paling pertama dibeli adalah sajadah, terutama yang buatan Turki, katanya yang buatan Turki kualitasnya bagus, disamping   sajadah ada pula dibeli, tasbih, kopiah haji, cangkir stainles, termos, minyak wangi dan barang-barang lain

73
yang dianggap “mewakili” oleh-oleh khas Arab saudi padahal, banyak barang-barang yang made in China, Banglades, India, Pakistan bahkan kadang kala dijumpai barang produk Indonesia, namun jamaah haji tidak sadar bahwa barang yang dibeli itu banyak pula terdapat di Pasar Tanah Abang.
           Jama’ah diangkut dengan bis-bis menuju Madinah, menempur perjalanan 498 KM, jalan dari Makkah ke Madinah sangat lebar dan lurus sehingga banyak sopir-sopir yang ugal-ugalan , menjalankan mobil dengan kecepatan tinggi, sehingga apabila terjadi kecelakaan , akibatnya sangat fatal, untung jama’ah haji kloter saya , semua selamat sampai Madinah, seingat saya dari Makah ke Madinah berhenti satu kali di Rumah Makan “Wadi Kudhef”, saya hanya ingat kayaknya namanya begitu, lalu berhenti lagi di terminal, untuk melapor kepada petugas pengurusan hotel diMadinah, saya tidak ingat berapa jam perjalanan dari Makah ke Madinah, yang saya ingat hanya perjalanan sangat cepat, dan tiba-tiba, saya sudah melihat menara Masjid Nabawi, yang menjulang begitu indah.
           Kami sampai di hotel, dikawasan Madinah, yang jaraknya sekitar 1 km dari Masjid Nabawi, hotelnya lumayan bagus , lima lantai, kami kebagian lantai dua, sehingga tidak terlalu sulit apabila akan naik turun, ketika akan pergi dan pulang dari masjid, namun demikian tidak banyak yang dapat saya ceritakan tenyang kegiatan di Madinah, sebab kami terkonsentrasi dengan kegiatan sholat arba’in, yang harus kami kerjakan, tanpa tertinggal satu waktupun, padahal disamping arba’in kami ada kegiatan Ziarah, yaitu mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti, Jabal Uhun (makam para syuhada’ pada perang Uhud) , Masjid Quba’, Masjid Qiblatain dan tempat-tempat lain yang bersejarah.
           Tidak sulit untuk mencari jalan ke Masjid Nabawi, kebetulan dari hotel hanya berjalan lurus dan menyeberang jalan, dua kali, langsung bisa mencapai

74
area Masjid nabawi kalau tidak salah masuknya lewat pintu nomor 13 , Masjid Nabawi sangat indah dan luas, pintu-pintunya tinggi- tinggi terbuat dari kayu tingginya 6 meter dan lebarnya 3,2 meter terbuar dari kayu berukir dari tembaga kuning model Arab,jumlah tiangnya ada 232  buah masing-masing 5 m , dan ada dua buah menara setinggi 70 m, masuk Masjid Nabawi dianjurkan melaui Babus Salam, namun boleh juga melalui pintu-pintu yang lain.
           Pertama kali ke masjid bersama istri , sholat Subuh, sempat khawatir jangan-jangan tidak bisa ketemu istri setelah sholat Subuh, sebab di Masjid Nabawi antara jama’ah pria dengan jama’ah wanita terpisah, tidak bisa berkumpul seperti da Masjidil Haram, untuk itu saya siasati untuk mencari tempat pertemuan setelah selesai sholat, akhirnya di sepakati dibawah tiang lampu pada pagar pintu nomor 13, pokoknya  siapa yang datang lebih dulu , harus menunggu sampai dapat ketemu kembali. 
           Udaranya dingin sekali, mungkin 12 drajat celcius, pokoknya saya merasakan apabila keluar dari hotel rasanya kayak masuk kulkas, dingin sekali, sampai-sampai hawa dinginnya menembus pakaian yang ku kenakan , seolah-olah  ditusuk duri.
           Ada yang aneh, dimasjid Nabawi, ada Qubah yang tiba-tiba bergeser, jadi atap masjid yang tadinya tertutup Qubah, tiba-tiba terbuka dan jama’ah bisa langsung melihat kelangit, saking penasarannya aku naik ke lantai 2 , melihat langsung bagaimana proses bergesernya Qubah, dan tidak hanya satu Qubah, namun semua Qubah dapat bergeser kecuali Qubah Hijau, tepat diatas makam Rosululloh SAW. Lantai 2 begitu luas dan sangat nyaman untuk I’tikaf , tetapi beberapa orang kawan tidak mau saya ajak jama’ah dilantai 2, alasannya tidak bisa melihat langsung imamnya atau tidak bisa melihat makmum terakhir yang


75
melihat imam (bingung ndak?) , kalau saya sih praktis-saja , masak orang Madinah bikin masjid tidak diperhitungkan dengan keabsahan berjama’ah,  nyatanya  orang yang ikut jamaah dilantai dua juga mencapai puluhan ribu orang, apalagi kalau hari Jum’at.























76
MASUK ROUDHOH

           Dua hari setelah saya masuk Masjid Nabawi, saya berkeinginan masuk Roudhoh untuk melaksanakan Sholat Sunat dan berdo’a. Roudhoh adalah suatu tempat didalam Masjid Nabawi yang letaknya ditandai tiang-tiang putih, berada diantara rumah Nabi (sekarang makam Rosululloh SAW) sampai mimbar. Luas Roudhoh dari arah timur ke barat sepanjang 22 m dan dari arah utara ke selatan 15 meter . Roudhoh adalah tempat makbul untuk berdo’a , teringat Sabda Rosululloh SAW, “Maa Baina khujroti wa mimbari  roudhutun min riyadhil jannah” artinya antara mimbarku dan tempat tidurku adalah pertamanan surga.
           Waktu zaiarah kemakam Rosululloh dan Roudhoh, dimasjid Nabawi berbeda dengan Masjidil Haram Makkah, yang terbuka untuk jama’ah selama 24 jam , karena Masjid Nabawi hanya dibuka pada jam 03.00-22.00 Waktu Saudi Arabia , dan waktu untuk ziarah diatur sebagai berikut : Jama’ah  haji wanita dapat mengunjungi Roudhoh dan ziarah kemakam Rosululloh pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00 dan pukul 13.30 sampai dengan pukul 15.00 Waktu Saudi Arabia , tempatnya terpisah dengan laki-laki yang dibatasi dengan sekat yang dipasang khusus ketika wanita berziarah.
           Saya diajak teman pada hari kedua ba’da dhuhur, teman saya itu sudah pernah naik haji, maka saya manut saja ketika diajak untuk antri memasuki Roudhoh, dia bilang waktu dia haji juga pernah masuk ke Roudhoh dan gampang sekali, katanya tidak berdesak-desakan, saya tertarik dengan ceritanya , maka kuikuti saja kemana teman saya tadi ngajak saya masuk Roudhoh, betul memang ada satu tempat yang sangat padat , begitu padatnya sampai untuk sekedar lewat saja tidak bisa, tetapi karena saya yakin dengan kata teman tadi sekali lagi, kemana saja dia melangkah senantiasa kuikuti, setelah berdiri sekitar

77
setengah jam, saya teringat pada waktu manasik diberi cerita oleh pembimbing manasik, bahwa kalau mau niteni mana Roudhoh dan mana yang bukan Roudhoh, itu gampang, tinggal lihat karpetnya , kalau karpetnya hijau berarti itu sudah masuk tempat yang bernama Roudhoh, namun saya tidak bisa masuk Roudhoh, seperti yang ditunjukkan teman saya tadi, setelah saya tanyakan lagi teman saya bersikukuh bahwa tempat dimana kami berdiri itulah Roudhoh, padahal karpetnya merah, ternyata setelah saya amati itu bukan Roudhoh tetapi jalan keluar- masuk, antara Roudhoh dengan mimbar yang baru, jadi kalau mau masuk tempat itu tidak perlu antri, karena memang itu jalan umum, lha yang jadi pertanyaan saya berarti teman saya tadi keliru, dan tahun lalu ketika haji juga masuk ke Roudhoh yang keliru, atau benar menurut versinya dia.
           Saya lalu putar otak, untuk segera dapat masuk Roudhoh, sedangkan teman yang mengantar saya tadi, sudah tidak kelihatan, mungkin agak malu karena informasinya keliru, betul juga   ternyata untuk masuk Roudhoh harus mengantri, kalau mulai antri ba’da dhuhur , ba’da asar belum tentu bisa masuk, bahkan bisa sampai maghrib baru bisa masuk, itupun kalau pas beruntung kalau tidak bahkan sampai isya’ pun belum tentu bisa masuk, hari itu aku tidak bisa masuk sampai Roudhoh, namun aku ikhtiar , walupun tubuhku masih diluar Roudhoh, namun kakiku bisa kuinjakkan ke karpet hijau yang terhampar diatas Roudhoh, aku sengaja menyusupkan kakiku melewati bawah sekat yang membatasi Roudhoh dengan kawasan sekitar Roudhoh, karena kakiku sudah menyentuh Roudhoh maka aku segera berdo’a menyampaikan seluruh kerinduanku pada Allah Sang Pemilik Roudhoh. Untuk hari itu , saya sudah merasa puas , melebihi kepuasan apapun yang pernah kurasakan didunia ini,
aku telah sampai dan menginjakkan kakiku di surga yang di sabdakan Rosululloh lelaki agung itu, sholawat dan Salam baginya. 

78
           Aku pulang setelah isya’ dan bertemu dengan istriku ditempat yang kami janjikan dibawah tiang lampu didepan pintu pagar nomor 13, rasanya seperti mengulang masa dahulu, aku datang lebih dulu dan istriku belum kelihatan, hatiku degdegan tak sabar menunggu kedatangan istriku, ada rindu yang menggelayut didadaku, berpisah dengan istri sejak menjelang asar sampai ba’da isya’, tak lama kemudian istriku muncul dikejauhan diantar ibu-ibu dari Pakistan, kata istriku , sudah kenalan dengan orang Pakistan itu, walaupun sama-sama tak paham bahasa masing-masing , namun mereka dapat berkomunikasi, orang Pakistan itu berkata padaku “lachuba, lacubha”, sambil menunjuk istriku, mungkin maksudnya cantik, cantik, istriku memang cantik. Sambil berjalan pulang istriku bilang dapat hadiah dari orang Pakistan itu, apa hadiahnya…., beberapa gelang terbuat dari plastik, aku lantas tertawa terkekeh, kekeh.
           Hari ketiga, setelah melalui perjuangan yang keras dan kesabaran yang tinggi akhirnya aku bisa masuk Roudhoh, setelah mengantri dari ba’da Asar baru bisa masuk Roudhoh menjelang Isya’, bahkan aku bisa menyempatkan sholat Isya’ di Roudhoh ditambah dengan sholat sunat Ba’dliyah dan Qobliyahnya sambil berdo’a dengan cucuran air mata “ Allohu Akbar, Alloh Maha Besar. Setelah selesai dari Roudhoh saya keluar melalui jalan keluar yang dijaga Asykar.
           Keluar dari Roudhoh langsung bisa menziarahi Makam Rosululloh SAW, disitulah aku menyampaikan salam pada baginda Rosululloh SAW “ Assalamu’alaika ya ayyu ha annabiyyu warohmatullahi wabarokaatuh” , disamping itu juga kusampaikan salam amanah dari segenap kawan-kawan yang menitipkan salam kepadaku untuk Baginda Nabi Agung Muhammad SAW, aku pernah membaca hadist, bahwa orang yang berz iarah ke makam Nabi dan

79
mengucapkan salam maka akan dijawab langsung oleh nabi, Wallohu a’lamu bi assowab.Aku melihat tidak sedikit orang menangis ketika melihat makam Rosululloh SAW, bahkan ada yang melepas surbannya dan mengusap-usapkan ditembok makam Rosululloh SAW, tentu saja dilarang oleh asykar, tetapi namanya orang saking harunya melihat makam Rosulullah SAW, maka larangan itu tidak digubris, sampai-sampai asykarnya tidak sabar, lalu orang itu dicengkiwing, dibawa menuju ke pintu keluar.Tentu saja orang itu terkaget-kaget, namun apa hendak dikata , mau melawan mana bisa, selain takut, ukuran tubuhnya teramat kecil dibanding dengan Asykar yang telah mengusirnya.


















80
KEMALINGAN DI HOTEL

           Maling ternyata ada dimana-mana, tidak hanya di Indonesia saja , ditanah sucipun masih ada orang-orang jahil, yang menginginkan harta saudaranya secara aniaya alias maling, ada jama’ah yang nangis-nangis karena sepulang  dari masjid dan masuk kamar, ternyata tasnya sudah dibongkar orang, dan barang-barang berharga beserta uang telah raib, tentunya  jamaah haji yang kehilangan harta benda itu menangis sedih campur kecewa, bagaimana tidak ‘ wong sisa uang bekal yang tinggal sedikit berikut barang-barang berharga yang rencananya untuk oleh-oleh sanak saudaranya ,ditanah air ternyata musnah tak berbekas. Waktu itu memang langsung dilaporkan ke pihak pengelola hotel, namun sepertinya tidak membuahkan hasil apa-apa, hanya berpesan agar semakin berhati-hati, ya memang terus ada polisi datang, priksa ini itu, tanya ini itu, namun sampai kami pulang ketanah air tidak ada kabar beritanya, oalah dasar maling, ora wedi karo tanah suci ora samar kuwalat.
           Dua hari setelah kejadian itu , regu kami semakin waspada , jangan-jangan pencuri itu masih berkeliaran mencari mangsa, benar juga, malam hari sekitar pukul  setengah tiga ketika aku sedang sholat Tahajut, tiba-tiba ada orang yang berusaha membuka pintu dari luar, kayaknya dia pakai kunci duplikat, tapi karena kami telah meningkatkan kewaspadaan , maka sengaja kunci yang di dalam tidak kami cabut, dan masih saya tambah dengan grendel , saya tambah lagi dengan kursi sofa yang sengaja kami geser untuk mengganjal pintu, jadinya kuat deh, membuat maling tidak berdaya dan tidak bisa masuk ke kamar kami.


81
           Menurut kabar yang berhembus , entah darimana sumbernya , katanya yang berbuat onar, termasuk mencuri itu adalah salah satu adik pemilik hotel, benar dan tidaknya belum bisa  diketahui, bahkan sampai kami pulang ketanah air hal itu tetap menjadi misteri.























82
ZIARAH KE TEMPAT-TEMPAT BERSEJARAH

           Ada agenda yang menarik selama kami berada di Madinah, yaitu ziarah ke tempat-tempat bersejarah, antara lain di Makam Baqi’ ,Masjid Quba’, Masjid Qiblatain, Makam Syuhada Jabal Uhud , Khondak / Masjid Khamsah dan tidak lupa mampir ke pasar Kurma, tempat orang bertransaksi Korma , semua jenis Kurma tersedia disana dengan harga relative murah dan kualitas Kurmanya bagus, ada juga Kurma “Ajwa” atau Kurma Rosul yang terkenal itu, namun harganya selangit waktu itu ada yang ditawarkan 200 Riyal per kg jadi kalau dirupiahkan waktu itu , tahun 2005 harganya per kg sekitar 500 ribu rupiah .
           Agar lebih dapat di fahami para pembaca saya akan menceritakan tempat-tempat bersejarah itu satu persatu :
1.     Makam Baqi’
Baqi’ adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman Jahiliyah sampai sekarang. Jama’ah haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi’, letaknya disebelah timur dari Masjid Nabawi. Disitu dimakamkan Usman bin Affan r.a, dan para istri Nabi, yaitu Siti Aisyah r.a, Ummi Salamh, Juwairiyah, Zainab, Hafsah binti Umar bin Khattab dan Mariyah Al Qibtiyah, r.a.
Putera dan Puteri Rosulullah di antaranya Ibrahim, Siti Fatimah, Zainab . Demikian pula Ruqoyya Halimatus Sa’diyah ibu susu Rosululloh SAW.
Sahabat yang pertama di makamkan di Baqi’ ialah Abu Umamah, Hasan bin Zararah dari kaum Ansor dan Usman bin Maz’un dari golongan Muhajirin . Dikenal dengan nama Baqi’ Al Gorqod kerena di sini dahulu kala tumbuh pohon-pohon Gorqod ( gerumbul-gerumbul pohon, Gorqod = sejenis pohon-pohon yang berdaun kecil). Kalau di Indonesia mungkin

83
pohon “KROKOT” yang enak dibikin pecel.Di Baqi’ ini Rosululloh membaca do’a sebagai berikut :
“ Mudah-mudahan sejahtera atas kamu sekalian wahai (penghuni) tempat kaum yang beriman, Apa yang dijanjikan kepadamu yang masih ditangguhkan besok itu, pasti akan dating kepadamu, dan kami Insya Allah akan menyusulmu. Ya Tuhan, ampunilah ahli Baqi’  Al Gorqod (H.R. Muslim).
2.     Masjid Quba.
Masjid Quba adalah sebuah masjid yang terletak di daerah Quba. Quba terletak sekitar 5 km sebelah barat daya Madinah . Waktu Nabi Muhammad SAW berhujrah ke Madinah, orang-orang yang pertama menyongsong kedatangan Rosululloh SAW adalah penduduk Quba. Karena orang-orang  Quba dan Madinah belum mengenal Nabi maka tatkala Nabi bersama pengiringnya yaitu Abu Bakar Assiddiq dating dengan berpakaian sama sama putih, mereka ragu-ragu mana yang Nabi. Hal ini menarik perhatian Abu Bakar untuk menghilangkan keragu-raguan mereka maka Abu Bakar memegang selendangnya dan dilindungkan di atas kepala Nabi. Dengan demikian maka para penjemput mengerti yang mana Nabi. Kedatangan Nabi di Quba pada hari Senin tanggal 12 Robu’ul Awwal tahun 13 kenabiannya atau 53 tahun dari kelahiran beliau.
Menurut keterangan Mahmud Pasya Al Falaki , seorang ulama dari Mesir , bahwa hari kedatangan Nabi di Qubba adalah bertepatan dengan tanggal 20 September 622 M. Dan waktu di Quba beliau menempati rumah Kalsum bin Hadam dari Kabilah Amir bin Auf. Di Quba inilah beliau


84
mendirikan Masjid di atas sebidang tanah milik Kalsum bin Hadam. Batu pertama diletakkan oleh Nabi Sendiri , kemudian berturut-turut diletakkan oleh Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali bin Abi Tholib. Selanjutnya dikerjakan oleh sahabat Muhajirin dan Anshor sampai
 selesai .Masjid Quba   adalah masjid yang pertama-tama didirikan oleh Nabi Muhammad SAW dan masjid ini dibangun oleh Nabi Muhammad SAW 2 kali, pertama ketika kiblatnya menghadap Baitul Maqdis dan kedua ketika kiblatnya mengahadap Baitulloh.
Dalam membangun masjin ini beliau dibantu Malaikat Jibril yang memberikan petunjuk kiblat masjid tersebut. Di masjid ini pula pertama kali di adakan sholat berjamaah secara terang-terangan . Letak Masjid Quba saat ini berada di sudut perempatan jalan baru yang menghubungkan Madinah – Makkah – Jeddah.
3.     Jabal Uhud (Bukid Uhud)
Jabal Uhud adalah nama sebuah bukit terbesar di Madinah . Letaknya sekitar 5 km dari pusat kota  Madinah , berada di pinggir jalan lama Madinah-Makkah . Mulai tahun 1984 perjalanan haji dari Makkah ke Madinah atau dari Madinah ke Jeddah tidak melalui jalan lama tersebut, melainkan melalui jalan baru yang tidak melewati pinggir Jabal Uhud. Dilembah bukit ini pernah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin sebanyak 700 orang melawan kaum musyrikin Makkah sebanyak 3000 orang. Dalam pertempuran tersebut , yang gugur sampai 70 orang syuhada, antara lain Hamzah bin Abdul Mutholib, paman Nabi Muhammad SAW. Perang Uhud terjadi pada tahun ke -3 H. Waktu kaum musyrikin Makkah sampai perbatasan di Madinah , umat Islam mengadakan musyawarah bersama para sahabat yang dipimpin oleh Nabi

85
Muhammad SAW. Banyak para sahabat mengusulkan agar umat Islam menyongsong kedatangan musuh di luar kota Madinah , usul ini akhirnya disetujui oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW menempatkan beberapa orang pemanah di atas gunung Uhud, di bawah pimpinan Mash’ab  bin Umair untuk mengadakan serangan-serangan bilamana kaum musyrikin mulai menggempur kedudukan umat Islam. Dalam perang yang dahsyat tersebut umat Islam mendapat kemenangan yang gemilang sehingga kaum musyrikin pontang panting. Pemanah umat Islam yang berada diatas gunung Uhud , setelah melihat barang-barang yang ditinggalkan oleh musuh , ada beberapa diantara mereka yang meninggalkan pos untuk turut mengambil barang-barang tersebut, padahal Nabi Muhammad SAW telah mengintruksikan agar tidak meninggalkan pos meski apapun yang terjadi. Adanya pos yang ditinggalkan oleh pemanah itu digunakan oleh Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) seorang ahli strategi yang memimpin tentara berkuda , menggerakkan tentaranya kembali guna menyerang sehingga umat Islam mengalami kekalahan tidak sedikit yaitu sampai 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada. Dalam perang ini Hindun binti ‘Uthbah mengupah Wahsy Alhabsy , budak Zubair, untuk membunuh Hamzah , karena ayah Hindun dibunuh oleh Hamzah dalam perang Badar. Begitu pula Zubair bin Mut’im berjanji pada Wahsy akan memerdekakannya setelah ia membunuh paman Zubair dalam perang Badar. Nabi Muhammad SAW sendiri dalam peperangan tersebut mendapat luka-luka. Para Sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai Nabi Muhammad SAW gugur karena badannya  penuh dengan anak panah. Setelah perang usai kaum


86
musyrikin menundurkan diri kembali ke Makkah , maka Nabi Muhammad SAW memerintahkan agar mereka yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur berisi beberapa syuhada , kuburan Uhud waktu sekarang di kelilingi tembok.
4.     Masjid Qiblatain
Masjid tersebut mula-mula dikenal dengan nama masjid Bani Salamah, karena masjid ini dibangun di atas tanah bekas rumah Bani salamah. Letaknya di tepi  jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq. Pada permulaan Islam , orang melakukan sholat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di yerussalem / Palestina. Pada tahun ke 2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab waktu Dhuhur di masjid Bani Salamah ini, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al Baqoroh ayat 144 . Dalam shalat tersebut mula-mula Rosululloh SAW menghadap kea rah masjid Aqso tetapi setelah turun ayat tersebut diatas, beliau menghentikan sementara , kemudian meneruskan shalat dengan memindahkan arah menghadap ke Masjidil Haram . Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama  Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.
5.     Khandak/ Masjid Khamsah.
sehubungan dengan peristiwa pengepungan kota Madinah oleh kafir Quraisy bersama dengan sekutu-sekutunya dari Yahudi Nadir,Bani Ghafthfan dan lain-lain. Disaat itulah Rosululloh SAW mendengar kafir Quraisy bersama sekutu-sekutunya akan menggempur kota Madinah, maka Rosulullah SAW bermusyawarah dengan para sahabat-sahabatnya , bagaimana cara menanggulangi penyerangan tersebut. Pada waktu itu


87
sahabat Nabi , Salman Al Farisi memberikan saran supaya Rosululloh
SAW membuat benteng pertahanan berupa parit, usul tersebut diterima oleh Rosululloh SAW . Maka digalilah parit pertahanan tersebut dibawah pimpinan  Rosululloh SAW sendiri. Peristiwa pengepungan kota Madinah terjadi pada bulan Syawal tahun ke lima Hijriyah . Peninggalan perang Khondak yang ada sampai sekarang hanyalah berupa lima pos yang dulunya berjumlah tujuh, yang menurut sebagian riwayat tempat tersebut adalah bekas pos penjagaan pada peristiwa perang Khondak dan sekarang dikenal dengan nama Masjid Sab’ah atau Masjid Khondak.


















88
TRANSIT DI MADINlATUL HUJJAJ
DIJEMPUT MUKIMIN, DIAJAK TAMASYA
          
           Hari   pertama kami berada di Madinatul Hujjaj, kami dijemput keluarga yang berasal dari Magelang yang telah bermukim lama di Jeddah , senang rasanya bertemu famili dinegeri orang, teman dan famili kami tadi kerja di Kedutaan Besar Indonesia diArab Saudi namanya mas Slamet Imam Hanafi (sengaja saya sebut nama, untuk menghormati kebaikan hati beliau) dan adiknya ,yang bekerja di sekolah Indonesia di Jeddah, Mas Din , namanya, kami sejumlah sebelas orang yang berasal dari satu desa dijemput, keluar dari wisma Indonesia  dengan acara tunggal , yaitu tamasya. Mula-mula kami diajak mampir kerumah kediaman Mas Imam, disana di jamu dengan jamuan yang istimewa dan disambut bagaikan tamu agung, selain disuguhi segala macam menu khas Indonesia, yang tak kalah menariknya , juga disajikan Bakwan Jagung berikut Lombok Rawitnya , yang sudah sekitar 1 bulan tidak kami jumpai di Makkah maupun di Madinah.     

1 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
    dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor yang AKI
    beri 4 angka [1164] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus .
    dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
    ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu KI. insya
    allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
    kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
    sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
    yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA,,di no (((085-321-606-847)))
    insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 900 JUTA , wassalam.

    BalasHapus